Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menggelar acara seminar nasional daring, Rabu (22/7/2020).
Acara ini mengusung tema ‘Pandemi dalam Catatan Sejarah dan Arkeologi’, berlangsung via zoom meeting dengan menghadirkan narasumber dari Balai Arkeologi Jawa Barat dan Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon, Jawa Barat.
Ketua Jurusan SKI IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Aah Syafaah, dalam sambutannya mengatakan, acara ini merupakan bagian dari ikhtiar jurusan untuk dapat mengupas fenomena pandemi yang tengah terjadi dan mewabah saat ini.
Kepala Balai Arkeologi Jawa Barat, Deni Sutrisna berujar, pandemi merupakan fenomena yang sudah terjadi sejak lama. Pandemi sendiri, menurutnya, merupakan kejadian yang sudah mempunyai beberapa catatan yang sudah ditulis oleh para pujangga yang hidup pada masa tersebut. Salah satu sumber naskah lokal yang bercerita mengenai pandemi penyakit ialah cerita pada naskah Calon Arang.
Naskah ini sendiri berkisah tentang janda bernama Calon Arang dari Desa Girah memiliki anak perempuan cantik bernama Ratna Manggali. Sang ibu merupakan orang sakti dan bengis, tak ada satu pemuda pun yang berani melamar anaknya.
“Sang ibu sakit hati dan kemudian melakukan ritual kepada Batari Durga (membaca kitab dan ritual di kuburan). Terkabul permohonannya, kemudian mengirim wabah penyakit (demam panas tinggi) kepada penduduk desa dan menyebabkan penduduk banyak yg meninggal,” ujarnya.
Tak kalah menarik, Budayawan Cirebon, Bambang Irianto dalam hal ini juga memaparkan, dalam aspek tertentu, zikir-zikir dapat menjadi solusi alternatif dalam mengatasi pandemi virus yang ada secara mental, selain tentunya tetap patuh terhadap protokol kesehatan yang dilberlakukan oleh pemerintah serta minum jamu-jamuan yang resepnya sudah ada sejak jaman nenek moyang.
“Namun jangan lupa, yang terpenting adalah kita tetap harus menggunakan protokol Kesehatan,” tandasnya.
Di sisi lain, Sejarawan dan sekaligus Ketua Jurusan S-3 PAI Didin Nurul Rosidin, menjelaskan dalam paparannya bahwa pandemi merupakan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu peradaban masyarakat dunia. Didin bertutur, dalam catatan-catatan sejarah yang ada, pandemi merupakan pencetus dari berbagai peristiwa besar yang kemudian terjadi setelahnya.
“Tampil dengan seribu wajah, pandemi hadir dalam setiap peradaban manusia. Wabah ini silih berganti mengancam eksistensi kehidupan. Menariknya, dalam setiap situasi pandemi tersebut, terjadi konstruksi sosial yang menyertainya,” tuturnya.