
UIN Siber Cirebon (Kemlakagede) — Di tengah tantangan ketahanan pangan dan keterbatasan lahan di wilayah padat penduduk, sekelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menghadirkan solusi kreatif melalui program unggulan bertajuk “Lorong Sayur.” Program ini diluncurkan dalam kegiatan Lokakarya Urban Farming yang berlangsung di Kantor Kuwu Desa Kemlakagede, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, Selasa (22/7).
Program “Lorong Sayur” digagas oleh Kelompok KKN 110 UIN Siber sebagai upaya memberdayakan masyarakat dengan memanfaatkan ruang terbatas seperti lorong, gang sempit, hingga pekarangan kecil untuk menanam sayuran dan tanaman produktif.
Rusli, S.Sos., Kuwu Desa Kemlakagede, menyambut positif inisiatif mahasiswa ini.
“Program ini bukan hanya soal menanam, tapi soal membangun kemandirian pangan rumah tangga dari ruang-ruang yang selama ini terabaikan,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.
Dalam lokakarya tersebut, para peserta — yang terdiri dari kader PKK, tokoh masyarakat, karang taruna, dan warga sekitar — mendapatkan pelatihan langsung mengenai teknik urban farming, mulai dari penanaman vertikal, hidroponik sederhana, pembuatan kompos rumah tangga, hingga strategi memanen dan mendistribusikan hasil panen untuk konsumsi lokal.
Eha Julaeha, M.A., selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), menekankan pentingnya gerakan berbasis komunitas dalam memperkuat ketahanan pangan skala mikro. Ia menilai, program semacam ini berpotensi menjadi model edukatif dan solutif di banyak daerah lain.
Ade Suryana, Ketua Pelaksana kegiatan, menjelaskan filosofi dari “Lorong Sayur” sebagai bentuk transformasi ruang mati menjadi ruang hidup.
“Lorong-lorong yang dulunya hanya dilewati kini bisa jadi sumber kehidupan. Lorong Sayur bukan hanya program tanam, tapi gerakan tumbuh bersama,” ungkapnya.
Semangat kolaboratif dalam kegiatan ini terlihat dari antusiasme warga dan berbagai elemen desa yang terlibat aktif. Bahkan sejumlah pemuda desa mulai merintis instalasi tanam vertikal di lingkungan rumah mereka.
Ketua KKN 110, Mikdad, menyampaikan harapan agar program ini tidak berhenti saat masa pengabdian berakhir.
“Kami ingin ini menjadi cikal bakal gerakan kolektif yang bisa direplikasi di banyak tempat. Selain memberi manfaat ekonomi dan kesehatan, Lorong Sayur bisa mempererat hubungan antarwarga dan menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan produktif,” katanya.
Dengan memadukan edukasi, aksi nyata, dan partisipasi lintas usia, “Lorong Sayur” menjadi contoh konkrit bagaimana solusi pangan dapat dimulai dari rumah dan lorong sempit — dari balok beton hingga ke piring makan. Program ini juga mencerminkan semangat inovatif mahasiswa UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dalam membawa perubahan dari akar rumput.