DIMENSI INTERNASIONAL DAN ANTARBUDAYA PADA PROGRAM UNIVERSITAS UNTUK INTERNASIONALISASI UIN SIBER SYEKH NURJATI CIREBON*

Desain Program Universitas yang Berdimensi Internasional

Program internasionalisasi menjadi salah satu pilihan untuk memosisikan kampus berkiprah dan memiliki reputasi pada bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam skala perkembangan global. Perubahan masyarakat global dengan isu-isu yang merata pada setiap negara menjadi indikator bagi perguruan tinggi untuk berkomitmen dengan menjalankan program internasional yang menunjukkan kontribusi akademiknya. Isu-isu internasional seperti kemiskinan, kesetaraan gender, transformasi digital ekonomi, dan penyelenggaraan pendidikan inklusif dan sepanjang hayat, dan lainnya, sebagai dimensi internasional, menjadi pekerjaan rumah setiap negara, sehingga universitas dapat menyusun program untuk berperan serta dalam memberikan solusi atas masalah-masalah global melalui program-program universitas.

Dalam konteks lokal, UIN Siber Syekh Nurjati dapat mengembangkan dimensi internasional dan antarbudaya yang digali dari potensi kesejarahan dan demografis di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Cirebon sendiri telah menghadirkan keragaman agama, etnis, tradisi, budaya, bahasa, dan juga kuliner yang menggambarkan situasi perbedaan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelaraskan isu-isu global dengan lokalitas yang ada. Karena isu-isu internasional terkait juga dengan persoalan kemajemukan, diversifikasi, dan pola hubungan antarbudaya sebagai modal dasar untuk menghadirkan internasionalisasi ke dalam program pembelajaran. Dari potensi lokal inilah bisa dimulai proyek internasionalisasi dan pertukaran antarbudaya melalui program universitas.

Ada pendekatan baru yang lebih mudah dengan menyesuaikan kondisi lokal untuk tetap menjalankan program internasionalisasi, yaitu membawa dimensi internasional dan antarbudaya ke dalam program perguruan tinggi. Potensi lokal yang dimiliki masyarakat Cirebon dan sekitarnya, misalnya, bisa dimanfaatkan oleh dosen untuk menyusun program internasionalisasi dan pertukaran antarbudaya dalam perkuliahan. Yang paling penting adalah bagaimana para dosen dapat menciptakan “pengalaman belajar yang terinternasionalisasi” bagi semua mahasiswa dengan memasukkan dimensi global dan antarbudaya dalam desain dan penyampaian kurikulum.

Dalam dunia yang semakin digital dan terhubung, konsep internasionalisasi di rumah atau di kampus lokal, yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar dan terlibat dengan perspektif global terlepas dari lokasi mereka, menjadi semakin penting. Bahkan ketika mahasiswa memilih karier lokal atau bekerja di daerah masing-masing, maka pekerjaan mereka akan dipengaruhi oleh meningkatnya keberagaman pada komunitas mereka sendiri, baik oleh perkembangan global, dan juga oleh berbagai peristiwa di wilayah geografis lainnya. Oleh karena itu, memperkenalkan dimensi internasional dan antarbudaya ke dalam program studi pada UIN Siber sebagai elemen kunci yang mendukung mahasiswa dalam mempersiapkan masa depan.

Memanfaatkan Keberagaman Mahasiswa

Keragaman menjadi fitrah dalam hidup secara sosial, termasuk kehidupan mahasiswa di kampus. Sekelompok mahasiswa dengan latar belakang akademis, linguistik, dan sosiokultural yang beragam sering dipromosikan sebagai pengalaman yang memperkaya bagi semua mahasiswa, sehingga kondisi beragam ini dapat membantu lulusan mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk berhasil di dunia yang mengglobal. Namun, sejumlah hambatan mencegah siswa dan dosen memperoleh manfaat dari keberagaman ini. Mahasiswa pada suatu program studi memiliki pengetahuan dan keahlian yang sangat berbeda, dan ekspektasi budaya yang berbeda pula untuk perilaku kelas yang tepat dan efektif. Selain itu, mereka mungkin mengalami perbedaan budaya dalam nilai dan gaya komunikasi, serta latar belakang dan kemahiran berbahasa.

UIN Siber yang semakin interaktif dengan dunia global di masa depan dapat melakukan percepatan internasionalisasi dengan mengadopsi keberagaman mahasiswa yang berasal dari banyak daerah dengan identitas masing-masing yang dimanfaatkan untuk program internasionalisasi. Hal ini dapat menjadi bahan dasar bagaimana perubahan perspektif penting dalam pembelajaran yang memandang keragaman mahasiswa sebagai potensi untuk pengembangan sikap dan cara berpikir secara global. Perubahan pola pikir itu penting untuk mempercepat laju pengembangan universitas sebagai bagian dari kampus global. Dari keberagaman lokal akan dibawa menjadi pola pikir yang mengglobal. Oleh karena itu, dosen dapat mengatasi tantangan yang dirasakan ini dengan menciptakan pengalaman belajar internasional yang mengakui beragam perspektif dan latar belakang pendidikan mahasiswa dan memungkinkan mereka untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks global.

Mewujudkan Capaian Pembelajaran Lulusan

Para dosen dapat memulai dengan menentukan kompetensi internasional dan kompetensi antarbudaya apa yang diharapkan dikuasai oleh semua lulusan pada akhir kuliah mereka pada program studi. Setelah kompetensi ini diidentifikasi, pengelola program studi dapat bekerja sama dengan pemangku kepentingan eksternal seperti institusi atau perusahaan penyedia/pemberi kerja, sehingga kompetensi lulusan harus tercermin dalam hasil pembelajaran yang diharapkan untuk program tersebut, yang selanjutnya kompetensi ini harus digunakan untuk menginformasikan pengembangan kurikulum baru atau yang sudah ada. Konten program studi, kegiatan belajar mengajar, dan formulir penilaian semuanya harus dirancang untuk membimbing mahasiswa mencapai hasil pembelajaran ini.

Kegiatan Pembelajaran Berdimensi Internasional dan Antarbudaya

Dimensi internasional dan antarbudaya dari suatu program tertentu akan bervariasi sesuai konten atau pengetahuan disiplin ilmu yang akan dipelajari. Mahasiswa harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kompetensi antarbudaya yang spesifik pada disiplin ilmu dan generik sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Hal ini tidak terjadi secara otomatis, tetapi dosen dapat memfasilitasi hal ini dengan kegiatan singkat yang mendorong keterlibatan mahasiswa di kelas, serta tugas dan proyek kelompok sebagai media mahasiswa untuk bekerja sama dalam tim multikultural yang terdiri dari mahasiswa lokal dan internasional, atau mahasiswa dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda atau latar belakang etnis, sosial budaya, atau sosial ekonomi yang berbeda. Juga tugas individu atau kelompok yang menjadi tempat mahasiswa bekerja dengan rekan sejawat atau mahasiswa dari lembaga pendidikan tinggi lain.

Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pertukaran individu secara virtual, pembelajaran internasional daring kolaboratif (Collaborative Online International Learning atau COIL), model pembelajaran yang menempatkan mahasiswa dari berbagai lembaga mitra mengerjakan proyek bersama, atau mobilitas campuran yang memerlukan kombinasi kunjungan kelompok singkat dan kolaborasi daring. Tugas kelompok sebaiknya mencakup kegiatan pembelajaran berdasarkan pengalaman yang tidak hanya berfokus pada konten akademis. Kegiatan ini juga perlu memanfaatkan berbagai perspektif dan pengalaman yang dibawa atau dimiliki mahasiswa ke dalam program, dan pendekatan mereka yang berbeda secara budaya terhadap kolaborasi dan kerja kelompok. Selain itu, agar pembelajaran antarbudaya dapat terjadi, kegiatan-kegiatan tersebut perlu mengajak mahasiswa untuk merenungkan nilai-nilai dan perilaku mereka sendiri dan orang lain, serta bagaimana hal-hal tersebut memengaruhi kolaborasi lintas budaya dalam kelompok mereka.

Pembelajaran internasional dan antarbudaya dapat ditingkatkan secara cepat dengan menggunakan mobilitas fisik, tetapi perspektif global juga dapat diajarkan dan dipelajari oleh mahasiswa yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar di luar negeri atau terlibat dalam mobilitas virtual. UIN Siber yang memiliki platform siber dapat menghadirkan secara virtual beragam mobilitas dan interaksi antar mahasiswa dalam pembelajaran baik secara nasional maupun internasional, karena jarak dan tempat dapat diatasi melalui sistem pembelajaran jarak jauh.

Mewujudkan Kompetensi Internasional dan Antarbudaya

Agar dosen dapat memfasilitasi pembelajaran mahasiswa dalam kelompok yang beragam, program perkuliahan perlu memiliki atau mengembangkan kompetensi internasional dan antarbudaya sebagai penciri khasnya. UIN Siber dapat merumuskan kompetensi tersebut untuk melakukan akselerasi program internasionalisasi kampus. Dalam implementasi peran dosen sebagai pembimbing atau fasilitator maka dapat dipertimbangkan berikut ini: pertama, dosen harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang dunia global untuk menghubungkan konten disiplin ilmu mereka dengan tren masyarakat yang lebih luas. Hal ini memungkinkan dosen untuk mengajukan pertanyaan yang tepat mengenai dimensi internasional dan antarbudaya yang relevan dan menghubungkannya dengan tugas yang mendorong mahasiswa untuk mengatasi kebutuhan masyarakat lokal atau global melalui penerapan disiplin akademis mereka.

Kedua, dosen harus memahami cara mengubah pengalaman keberagaman menjadi pembelajaran antarbudaya yang inklusif. Dengan mengakui insiden antarbudaya sebagai peluang untuk berbagi pengetahuan dan belajar, dan memfasilitasi dinamika kelompok antarbudaya, maka dosen dapat memanfaatkan keberagaman dalam kelompok mahasiswa untuk kepentingan semua. Ini termasuk mengalokasikan waktu dalam program pembelajaran yang didesain untuk dialog antarbudaya yang disengaja untuk memacu kesadaran mahasiswa tentang perspektif dan pengalaman yang beragam; untuk mendukung pemahaman yang jelas tentang orang lain yang berpikir atau bertindak berbeda; dan untuk mendorong keterbukaan dan rasa ingin tahu untuk berkolaborasi dalam kelompok sebaya mereka, secara lokal dan global.

Ketiga, dosen harus menjadi praktisi yang reflektif dan mengambil sikap etis dalam desain dan penyampaian program perkuliahan. Ini memerlukan kesadaran akan norma, nilai, dan bias mereka sendiri, dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi keputusan dalam desain program dan perilaku di kelas. Mereka harus mengenali garis etika yang tipis antara memfasilitasi pembelajaran mahasiswa dan mengadvokasi nilai dan keyakinan pribadi mereka sendiri, dengan demikian mempromosikan pemikiran kritis dan perilaku yang bertanggung jawab secara sosial. Sikap dosen yang terbuka di tengah perbedaan yang ada pada keragaman mahasiswa menjadi pintu masuk untuk menghadirkan substansi internasionalisasi dan keragaman antarbudaya dalam perkuliahan.

Keempat, untuk menciptakan pengalaman belajar internasional yang efektif, dosen harus menilai dan menyempurnakan praktik mengajar mereka melalui proses reflektif yang berkelanjutan. Lanskap global terus berubah dan internasionalisasi pendidikan tinggi harus berubah bersamanya. Wawasan dosen tentang isu-isu global dan masalah yang dihadapi oleh banyak negara seperti pencapaian SDG’s atau tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2023 akan menjadi kerangka kerja bagi dosen untuk memulai program internasionalisasi dalam pembelajaran yang dilakukannya.

Penulis: Prof Dr H Aan Jaelani, M.Ag

*Tulisan ini disadur dari pendekatan baru program internasionalisasi dan antar budaya karya Gregersen-Hermans (peneliti senior pada Pusat Penelitian Bisnis Internasional Berkelanjutan di Universitas Zuyd) dan Lauridsen (Profesor Madya/Emerita, Universitas Aarhus). Keduanya berafiliasi pada Pusat Internasionalisasi Pendidikan Tinggi, Università Cattolica del Sacro Cuore.