UIN Siber Cirebon (Bintaro, Tangerang Selatan) – Dalam upaya memperkuat narasi perdamaian dan melawan ekstremisme, Mohamad Yahya, Dosen Studi Qur’an Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUA) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, yang juga dikenal dengan Cyber Islamic University (CIU), menjadi narasumber dalam Training of Trainer (ToT) Kontra Narasi Ekstremisme yang diselenggarakan oleh Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara yang berlangsung pada 9-12 September 2024 di Santika Premiere Hotel, Bintaro, ini merupakan bagian dari program Pesantren for Peace (PfP) yang telah berjalan selama 9 tahun.
Program PfP, yang didukung oleh Konrad Adenauer Stiftung (KAS), bertujuan melatih ustaz/ustazah pesantren agar aktif dalam melawan narasi ekstremis, baik secara daring maupun luring. Pada tahun 2023 hingga 2025, program ini diperluas ke wilayah luar Pulau Jawa, seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
Dalam pemaparannya, Mohamad Yahya, M.Hum., menyampaikan bahwa sejak 2015, program ini telah melahirkan ribuan santri sebagai agen perdamaian yang aktif melawan ekstremisme. “Melawan gerakan ekstremisme adalah jihad sosial masa kini. Santri di Indonesia telah membuktikan perannya dalam menjaga keutuhan NKRI dari berbagai ancaman, termasuk ekstremisme,” tegas Yahya, yang juga menjabat sebagai Ketua RMB UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.
Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, H.Muhammad Maimun, MA.,M.Si., menegaskan bahwa melawan narasi ekstremis merupakan tanggung jawab bersama. “Penanggulangan terhadap ancaman ekstremisme adalah keharusan bagi kita semua, baik secara individu maupun institusi,” tambahnya.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Dr. H. Anwar Sanusi,M.Ag., juga menekankan pentingnya kontra narasi ekstremisme sebagai upaya menjaga keutuhan NKRI. “Tindakan ini adalah keniscayaan yang harus terus dilakukan untuk membentengi negara dari ancaman terorisme,” ungkapnya.
Program ToT ini akan berlanjut dengan pelatihan-pelatihan di berbagai wilayah target sepanjang 2024 dan 2025. Para peserta akan dibekali dengan keterampilan untuk memperluas jaringan kontra narasi ekstremisme melalui micro training di wilayah masing-masing.
Dengan keterlibatan aktif para dosen dan santri, program ini diharapkan semakin memperkuat pesan damai dan toleransi, serta menjaga stabilitas keamanan di Indonesia.