
UIN Siber Cirebon – Semangat spiritual menyelimuti pelaksanaan Praktik Manasik Haji–Umroh 2025 yang digelar oleh Ma’had Al Jami’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon, juga dikenal sebagai Cyber Islamic University (CIU). Di tengah ribuan peserta yang memadati area Ma’had dan halaman Rektorat, salah satu momen paling menyentuh adalah ketika Dr. H. Rosidi Rido, M.A., salah satu tutor dan tenaga pendidik di kampus, menyampaikan khutbah wukuf yang penuh makna dan menggugah jiwa.(25/05).
Dalam kapasitasnya sebagai khatib wukuf, Dr. Rosidi menyampaikan pesan mendalam tentang hakikat ibadah haji sebagai puncak kepasrahan dan penghambaan diri kepada Allah SWT. “Haji adalah jawaban atas panggilan suci Allah SWT ke Baitullah, sebagai bentuk ketaatan dan ikhtiar spiritual menuju ridho-Nya,” ungkapnya di hadapan lebih dari 3.000 mahasiswa dari seluruh jurusan yang mengikuti kegiatan ini.
Ia menekankan bahwa inti dari ibadah haji bukan sekadar ritual fisik, tetapi pengalaman spiritual yang mendalam, khususnya saat wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan melontar jumrah di Mina. “Wukuf di Arafah adalah inti dari haji. Siapa yang tidak berwukuf, maka hajinya tidak sah. Seperti sabda Rasulullah SAW, al-hajju ‘Arafah, haji itu adalah Arafah,” tegas Dr. Rosidi, mengutip hadits dari HR Abu Daud.
Tak hanya menyampaikan hikmah, Dr. Rosidi juga menjelaskan dengan runut rangkaian ibadah mulai dari wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah), mabit di Muzdalifah, hingga melontar jumrah di Mina pada hari Tasyrik (11–13 Dzulhijjah). Ia juga menguraikan secara praktis pelaksanaan thawaf ifadhah, sa’i, dan dua tahallul, serta bagaimana pentingnya menjaga niat dan keikhlasan selama melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji.
Dalam khutbahnya, Dr. Rosidi mengutip QS. Ali Imran ayat 97:
“Mengerjakan haji merupakan kewajiban hamba terhadap Allah yaitu bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke baitullah. Barangsiapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Maha kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam.”
Lebih jauh, Dr. Rosidi menegaskan bahwa ibadah haji adalah simbol perjalanan hidup menuju keabadian, tempat setiap Muslim diuji kesabaran, keikhlasan, dan ketakwaannya. Ia juga memberikan motivasi kepada para mahasiswa agar tidak hanya memahami teori, tapi juga mampu menginternalisasi nilai-nilai haji dalam kehidupan sehari-hari.
“Satop Armuzna, yaitu Satuan Operasional Arafah, Muzdalifah, dan Mina, merupakan perwujudan konkret dari pentingnya manajemen dan pelayanan yang maksimal kepada jamaah. Hal inilah yang harus dipahami oleh mahasiswa calon sarjana Muslim: bahwa dalam ibadah, manajemen spiritual dan sosial berjalan beriringan,” jelasnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Wajib Manasik yang diikuti mahasiswa semester 4 dan juga mahasiswa semester 6 atau 8 yang belum pernah mengikuti. Sebanyak 82 pembimbing turut terlibat dalam membimbing para peserta, dengan tema besar “Manasik Haji sebagai Media Pembentukan Karakter Mahasiswa”, sebagaimana disampaikan oleh Direktur Ma’had Al Jami’ah, Dr. Muhsin Riyadi, M.Ag.
Harapan besar pun disematkan. Selain memahami teori dan praktik, para mahasiswa diharapkan dapat mengamalkan nilai-nilai spiritual dan sosial yang terkandung dalam ibadah haji. Dr. Rosidi menutup khutbahnya dengan doa agar para mahasiswa kelak dapat menunaikan haji secara langsung di Tanah Suci, bukan hanya sebagai ritual, tapi sebagai transformasi spiritual yang membekas sepanjang hayat.