Forum ADIA 2025 Resmi Dibuka di Surakarta, Dekan FUA UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Tegaskan Pentingnya Ilmu Adab dalam Menghadapi Disrupsi AI

UIN Siber Cirebon (Surakarta) — Forum akademik bergengsi ADIA Annual International Conference 2025 resmi dibuka pada Senin, 21 Juli 2025, di Hotel Syariah Solo, Surakarta. Acara ini mempertemukan para akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai perguruan tinggi nasional dan internasional yang tergabung dalam Asosiasi Dosen Ilmu-ilmu Adab (ADIA), dengan mengangkat tema aktual “Ketahanan Budaya dan Literasi Digital di Era Disrupsi AI.”

Pembukaan forum diawali sambutan dari tuan rumah, Prof. Dr. H. Imam Makruf, S.Ag., M.Pd, Dekan Fakultas Adab dan Bahasa UIN Raden Mas Said Surakarta. Ia menyatakan bahwa ADIA bukan sekadar ruang diskusi ilmiah, tetapi menjadi momentum penguatan jejaring keilmuan dan kolaborasi riset antar institusi. “Kami merasa terhormat menjadi bagian dari forum ilmiah ini, dan berharap kontribusi para peserta bisa memperkaya khazanah keilmuan yang relevan dengan kebutuhan zaman,” ujarnya.

Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof. Dr. Toto Suharto, S.Ag., M.Ag., turut membuka acara dengan menekankan bahwa pendidikan di era disrupsi teknologi harus mengedepankan pendekatan multidisiplin, interdisipliner, hingga transdisipliner. “Literasi digital dan ketahanan budaya bukan hanya isu akademik, tapi menjadi pondasi keberlanjutan identitas bangsa,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua ADIA, Dr. H. Faisol Fatawi, M.Ag. dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, memberikan catatan tajam mengenai kondisi dunia pendidikan yang dinilai belum siap menghadapi lonjakan teknologi kecerdasan buatan. Ia memperingatkan bahwa AI membawa konsekuensi serius terhadap aspek sosial, ekonomi, bahkan nilai-nilai kemanusiaan. “Kita harus terus berpegang pada nilai-nilai adab sebagai fondasi etik keilmuan di tengah kecanggihan zaman,” katanya penuh keprihatinan.

Menteri Agama melalui Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag., dalam keynote speech-nya menekankan pentingnya mengembangkan kajian lintas disiplin dan membangun sinergi keilmuan dalam merespons kompleksitas global. Ia juga menyerukan penguatan SDM unggul dan pelestarian lingkungan sebagai bagian dari maqāṣid al-syarī‘ah. “Khairunnās anfa‘uhum linnās — sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya,” ujarnya memotivasi.

Memasuki hari kedua, Selasa (22/07), sesi pleno menghadirkan narasumber dari dalam dan luar negeri. Dr. Restu Gunawan, M.Hum dari Kementerian Kebudayaan RI menyoroti urgensi pelindungan kebudayaan dalam arus digitalisasi. Sementara Dr. Suzi Handayani, M.A dari FIB UGM mengangkat pentingnya identitas lokal dalam kurikulum. Perspektif global turut diperkaya oleh Assoc. Prof. Dr. Ermy Azziaty Rozali (Universiti Kebangsaan Malaysia) dan Prof. Dr. Sharief Saad Mohamed Aljayyar (Beni Suef University, Mesir) yang menjelaskan transformasi ilmu humaniora dalam lanskap internasional.

Rangkaian konferensi ditutup pada Rabu (23/07) dengan sesi paralel yang mempresentasikan 92 makalah ilmiah dari berbagai perguruan tinggi. Tema-tema yang diangkat mencakup sastra, sejarah, budaya, dan digitalisasi pendidikan, menunjukkan bahwa ilmu-ilmu adab tidak hanya masih relevan, tetapi juga adaptif terhadap zaman.

Dalam momentum strategis ini, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Dr. H. Anwar Sanusi, M.Ag., turut menyuarakan pentingnya menjaga semangat keilmuan yang berakar pada nilai lokal dan nilai kemanusiaan. Ia menegaskan bahwa ADIA merupakan ruang penting untuk memperkuat kolaborasi lintas kampus dan menggagas solusi nyata melalui pendekatan ilmu adab. “Kita harus menjadikan forum ini sebagai tonggak kebangkitan ilmu adab yang solutif, adaptif, dan tetap menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,” tuturnya mantap.

Kehadiran para pemikir dari berbagai penjuru dunia dalam ADIA 2025 membuktikan bahwa kajian ilmu adab tidak tergerus oleh perkembangan zaman, justru menjadi pilar penting dalam meresponsnya. Surakarta pun menjadi saksi semangat kolaboratif dan komitmen keilmuan para akademisi untuk terus menjadikan ilmu adab sebagai fondasi dalam membentuk peradaban yang beradab di era digital dan kecerdasan buatan.