Gelar AI-YES 2024, DEMA FITK UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Kampayekan Visi Pendidikan Masa Depan ASEAN

UIN Siber Cirebon – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menggelar kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi Mahasiswa ASEAN bertajuk The 1st ASEAN Islamic Youth Education Summit (AI-YES) 2024. Konferensi tingkat tinggi pertama bidang pendidikan islam dan kepemudaan ASEAN ini mengangkat tema penting tentang Education for the Future: Addressing Cultural. Digital, and Religious Moderation through ASEAN Collaboration. Kegiatan ini bekerjasama dengan Laboratorium Terpadu UIN SSC dan National Youth Council Indonesia (NYC). Kamis, (12/12/2024).

Rijal Mahdi, Lc, MA, kepala Laboratorium Terpadu menuturkan bahwa kegiatan ini selain menjadi medium pertemuan secara hybrid mahasiswa Fakultas Pendidikan Islam ASEAN, juga momen mendiskusikan beragam isu strategis terkait masa depan pendidikan ASEAN, utamanya pada penguatan budaya, digitalisasi dan moderasi beragama. “Pada kegiatan ini hadir beberapa delegasi dari kampus luar negeri seperti Al Madinah International University (MEDIU), Universiti Islam Selangor (UIS) dan Sultan Abdul Halim Mu’adzam Shah International Islamic University (Unishams) Malaysia, Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) dan Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPU-SB) Brunei Darusalam dan Fatoni University Thailand.” tambahnya.

Miftahul Rizqi, ketua DEMA FITK UIN SSC menuturkan bahwa kegiatan AI-YES 2024 meliputi dua sesi kegiatan berbeda, antara lain seminar internasional dan FGD Internasional. Pada kegiatan seminar Internasional, hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Elsayed Mohamed Salem Alawadi (MEDIU Malaysia) dan Prof. Dr. Hashim Hassan Hashim (International University of Africa, Sudan). Sementara, dalam kegiatan FGD menghadirkan narasumber Fauzul Azhim Bin Fakhrurazi (President of SEA Youth Community).

Prof Elsayed dalam materinya menguraikan bahwa masa depan pendidikan di ASEAN dalam bidang kebudayaan, digitalisasi, dan moderasi beragama berpotensi berkembang dengan pesat melalui sinergi antara inovasi teknologi, nilai budaya lokal, dan prinsip keberagaman. Menurutnya, dengan kolaborasi strategis antar pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, ASEAN dapat menciptakan sistem pendidikan yang inklusif, progresif, dan relevan untuk menghadapi tantangan global. Fokus pada kebudayaan, digitalisasi, dan moderasi beragama akan membantu ASEAN menjaga identitas uniknya sambil tetap bersaing di kancah internasional.

Prof Hashim menambahkan bahwa strategi yang dapat dilakukan dalam mengelola masa depan pendidikan ASEAN dapat dilakukan melalui integrasi dan kolaborasi budaya dalam kurikulum, pengembangan literasi digital, pengembangan platform pendidikan siber, dan inklusi nilai-nilai toleransi dalam praktik pendidikan. “Langkah kolaborasi ASEAN diperlukan dalam peningkatan kerjasama regional, pendanaan dan insentif hingga kerjasama lintas sektor” Ungkapnya.

Dalam gelaran AI-YES 2024 ini, dideklarasikan juga berdirinya komunitas mahasiswa pendidikan Islam ASEAN (ASEAN Islamic Youth Education Society). Komunitas epistemik yang digagas untuk terlibat dan memberikan kontribusi dalam isu-isu pendidikan Islam di ASEAN. Fauzul Azhim, Presiden Pemuda ASEAN yang juga mahasiswa S2 Turki menguraikan bahwa langkah strategis ini sangat penting. Menurutnya, pemuda ASEAN dapat memanfaatkan peluang di era digital untuk menciptakan inovasi teknologi dan bisnis yang mendukung kerja sama regional. Selain itu, mahasiswa ASEAN dapat bekerja sama dalam proyek-proyek penelitian untuk memecahkan masalah bersama seperti perubahan iklim, pendidikan inklusif, dan kesehatan masyarakat. “Kita dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan regional untuk memperkuat kompetensi mereka di pasar global” Ungkapnya.

Nurul Abiyana, peserta dari UNISHAMS Malaysia menegaskan bahwa forum sebagai langkah strategis untuk memperkuat peran generasi muda dalam pembangunan kawasan. Forum ini tidak hanya menjadi wadah bagi pemuda untuk berdialog dan bertukar gagasan, tetapi juga berfungsi sebagai ruang untuk memperkuat solidaritas dan kesadaran terhadap identitas ASEAN.

Senada dengan hal tersebut, Novi Puspitasari, Mahasiswa UIN SSC berharap melalui forum ini, pemuda dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan keahlian dapat berkumpul untuk mendiskusikan isu-isu penting pendidikan, kebudayaan, digitalisasi dan keberagamaan. “Forum ini juga menjadi platform yang efektif untuk mengintegrasikan pemikiran kreatif dan inovatif pemuda dalam mendukung kerja sama regional.” Pungkasnya.