Mahasiswa KKN GEMAR (Gerakan Masyarakat) Mengaji di wilayah 3 Cirebon, yakni Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan, resmi ditutup, Kamis, (25/8/2022).
Penutupan tersebut digelar di sejumlah tempat dan berlangsung bersama dengan kegiatan Lokakarya, guna menganalisis kegiatan KKN Selama 40 hari kemarin.
Salah satu tempat penutupan adalah di Kecamatan Talun. Penutupan dilakukan di GOR Desa Sampiran dan dihadiri oleh 10 kelompok KKN yang tersebar di 10 desa di wilayah Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.
Ketua Panitia, Miko Wijanarko, mahasiswa semester 7, Jurusan SKI, Fakultas FUAD, IAIN Cirebon menjelaskan, pada penutupan KKN GM di Kecamatan Talun ini, dilangsungkan dengan kegiatan Lokakarya
“Lokakarya ini bertujuan untuk menyampaikan apa saja yang menjadi kekurangan, hambatan dan keberhasilan yang sudah dilakukan para mahasiswa KKN selama 40 hari di masing-masing tempatnya. Jadi intinya kayak presentasi gitu,” kata Miko.
Miko juga menjelaskan terkait masa pengabdian 40 hari di KKN GM, yakni setiap kelompok harus mampu menghidupkan masjid atau mushola dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti Maghrib mengaji.
“Ya, setiap kelompok punya tanggungjawab masing-masing, dan setiap kelompok berisikan 14 sampai 15 orang. Dan di Kecamatan Talun ini ada 10 kelompok, karena di Kecamatan Talun terdapat 10 desa,” terangnya.
Sedangkan misi utama KKN GM ini, kata Miko, agar masjid dan mushola yang semakin tergerus oleh kekuatan globalisasi teknologi, kembali ramai oleh berbagai kegiatan keagamaan, agar masjid dan mushola tidak tergerus oleh zaman.
Kendati demikian, Miko punya harapan, agar apa ya g sudah dilakukan para mahasiswa KKN GM, tidak terputus pada kegiatan 40 hari saja, diharapkan masih ada kelanjutan dari kegiatan tersebut, agar masyarakat tetap bisa terus meramaikan masjid dan mushola dengan berbagai kegiatan-kegiatan.
Demikian juga dinyatakan oleh Wahyono, M.Pd, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) juga sekaligus sebagai Koordinator Kecamatan.
Menurut Wahyono, kerja KKN 40 hari ini memang masih kurang dari ideal untuk membangun kemajuan-kemajuan desa di segala bidang, terutama di bidang keagamaan.
Namun 40 hari masih bisa dijadikan sebagai titik awal bagi para mahasiswa dalam pengabdiannya dan bisa langsung berbaur dengan masyarakat melalui program-program KKN GM yang dilakukan mahasiswa di lokasinya masing-masing.
“Kontribusi meramaikan Talun, memang kurang waktu untuk KKN dengan masa waktu hanya 40 hari, tetapi ini bisa menjadi pembelajaran bagi mahasiswa dalam pengabdiannya di masyarakat. Untuk itu saya ucapkan banyak terimakasih kepada seluruh masyarakat, stakeholder dan aparatur desa maupun kecamatan yang sudah membantu mensukseskan kegiatan KKN GM ini,” katanya.
Hal sama dinyatakan H Mahmud dari perwakilan LP2M IAIN Cirebon. Menurutnya, KKN GM ini paling tidak untuk mengetahui kinerja mahasiswa dalam pengabdian ke masyarakat selama 40 hari.
Seperti diungkapkan Wahyono, Mahmud juga beranggapan bahwa 40 hari bagi mahasiswa melaksanakan KKN, tentu belumlah ideal atau cukup untuk berpartisipasi dalam ikut membangun kemajuan yang signifikan di masyarakat.
Tetapi, peran aktif mahasiswa di 40 hari KKN GM tersebut, paling tidak sudah memberikan sedikit warna positif bagi masyarakat dalam bidang keagamaan. Karena memang disinilah mahasiswa dituntut untuk mampu menggulirkan program-programnya kepada masyarakat.
Mungkin nanti jika Belajar Kampus Merdeka (BKM) sudah berjalan, maka KKN bukan lagi berjalan hanya 40 hari, dengan 20 SKS ini, KKN bisa dilaksanakan selama 6 bulan.
Mahmud juga memberikan informasi sekaligus sosialisasi terkait keberadaan perkuliahan PJJ yang hanya ada di PTKIN IAIN Cirebon.
Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ) ini, kata Mahmud, di Indonesia baru ada cuma di IAIN Cirebon. Sehingga apabila ada guru, Aliyah, SLTA ataupu. Guru yang sederajat lainnya, bisa bekerja (mengajar) sambil mengambil kuliah PJJ di IAIN Cirebon.
Sementara itu, Camat Talun, Drs H Abadi, M.Si, nampak dengan semangat memberikan orasi sambutannya di hadapan para mahasiswa KKN GM IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Abadi dengan lugasnya mengajak para mahasiswa KKN untuk terus berkelanjutan dalam menggulirkan program keagamaan di masyarakat.
Abadi juga berterimakasih kepada pihak IAIN Cirebon yang sudah mempercayakan Kecamatan Talun sebagai lokasi atau tempat pelaksanaan KKN GM.
“Mudah-mudahan, setiap tahunnya KKN GM ini terus bergulir atau berlanjut di Kecamatan Talun. Hal ini untuk terus berkesinambungan dari program yang sudah di gulirkan dengan program berikutnya. Sehingga tidak berhenti sampai disini saja,” katanya.
Kendati begitu, Abadi berharap agar ke depan pihak kampus atau kelompok KKN memiliki konsep-konsep membangun dan bertanggungjawab terhadap konsep itu sendiri.
Dirinya mencontohkan, sebagai Camat tentu dirinya harus membuat konsep untuk membangun kemajuan di Kecamatan Talun, dan harus bertanggungjawab terhadap konsep tersebut.
“Ini yang saya lakukan untuk Kecamatan Talun, semoga ini juga dilakukan pihak lain yang ingin ikut memajukan pembangunan, agar nanti kita punya nama sendiri seperti desa-desa lain,” ungkapnya.
Salah satunya, kata abadi, dibuatnya konsep Desa Mengaji, karena ini belum ada dan IAIN Cirebon bisa membuatnya. Identitas ini, akan menjadi tempat yang tidak bisa dilupakan, dan setiap identitas memiliki keunggulannya, seperti ada Desa Wisata, Desa Budaya, Desa Kuliner dan lainnya. “Kita ingin ada Desa Mengajinya,” pintanya.