IAIN Cirebon – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan IAIN Cirebon berkolaborasi menggelar sosialisasi antikorupsi melalui kegiatan movie day ACFFEST 2024, Jumat, 1 Maret 2024.
Kegiatan yang digelar di auditorium lantai 4 gedung Pascasarjanan IAIN Cirebon ini diikuti sekitar 150 mahasiswa dari sejumlah kampus di wilayah Cirebon.
Kepala Satuan Tugas Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK, Medio Venda menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk kampanye antikorupsi.
Dalam pemberantasan korupsi, kata Venda, KPK memiliki tiga sula, yaitu pendidikan, pencegahan, dan penindakan.
“Dalam melaksanakan sula pendidikan tujuan kita untuk membangun awareness (kesadaran) dari masyarakat untuk berperilaku antikorupsi,” jelasnya.
Bahkan, lanjut Venda, dalam sula pendidikan ini juga banyak program yang diusung, salah satunya penyelenggaraan film festival atau ACFFEST.
“Tujuan ACFFEST ini adalah untuk meningkatkan awareness dari masyarakat khususnya untuk generasi muda Indonesia melalui seni peran, seni gambar, dan seni musik yang dikemas dalam sebuah film,” jelasnya.
Menurut Venda, menonton film sambil belajar tetapi tidak merasa digurui. Hal inilah yang menjadi alasan pihaknya memilih film sebagai sarana media pendidikan.
“ACFFEST sendiri tahun (2024) ini sudah satu dekade. Tujuan kita memberantas korupsi melalui seni,” ujarnya.
Di satu dekade ACFFEST ini, Venda menerangkan, pihaknya memiliki program movie day yang akan digelar di 11 kota. Dan acara yang digelar di IAIN Cirebon ini adalah yang pertama.
“ACFFEST ini memang kita fokusnya pada film, ada movie day, kompetisi film. 9 tahun terakhir kita skalanya nasional dan di satu dekade ini kita akan mencoba go internasioal,” ujarnya.
Venda mengatakan, untuk penyelenggaraan di IAN Cirebon ini, pihaknya memutar 2 film antikorupsi yang menjadi pemenang ACFFEST film tahun 2022 dan 2023.
“Tahun 2023-2024 kita masuk tahun politik, sehingga pada kompetisi ACFFEST 2023 kita fokuskan untuk mengembangkan film dengan tema-tema politik, khususnya terkait keresahan masyarakat dengan politik uang,” jelasnya.
Kemudian, lanjut Venda, KPK pun mengampanyekan ‘hajar serangan fajar” yang tujuannya menyadarkan masyarakat terkait potensi bahaya dari politik uang.
“Kita punya 3 target audiens utama dari kampanye hajar serangan fajar, yaitu ibu-ibu rumah tangga usia 35 sampai 50 tahun, karena mereka adalah target utama dari sasaran serangan fajar,” ungkapnya.
Target selanjutnya, terang Venda, yaitu milenial dan gen z yang memiliki suara sangat besar untuk mengamplifikasi gerakan hajar serangan fajar.
“Karena milenial dan gen z ini juga menjadi target utama kita, itu sebabnya kita sampai turun sampai ke level mahasiswa plus pelajar SMA. Lalu target yang selanjutnya adalah peserta kontestannya atau kita berinama pemberi serangan fajarnya,” terangnya.
Sementara, Wakil Rektor III IAIN Cirebon, Prof Dr Hajam MAg menegaskan, pendidikan anti korupsi di kalangan mahasiswa dianggap sangat penting. Karena, mahasiswa adalah generasi penerus calon-calon pemimpin di negeri ini.
“Kasus-kasus korupsi ini sudah menjadi fenomena di Indonesia dan menjadi sorotan publik. Sehingga acara seperti ini sangat membantu untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa terkait bahaya korupsi yang akan menggerogoti ekonomi nasional,” katanya.
Untuk itu, Prof Hajam menegaskan, pihaknya akan menindaklanjuti penerapan pendidikan antikorupsi menjadi mata kuliah wajib di IAIN Cirebon.
“Mata kuliahnya adalah Pendidikan Antikorupsi yang menjadi mata kuliah wajib di tingkat institut,” katanya.
Bahkan, Prof Hajam mengungkapkan, saat dirinya masih menjabat sebagai Dekan di Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah IAIN Cirebon, ia pernah merencanakan penerapan pendidikan antikorupsi di fakultas setempat.
“Bahkan saat itu buku dan modulnya sudah siap. Mudah-mudahan tahun kedepan di IAIN Cirebon bisa diterapkan pendidikan antikorupsi. Kita juga sudah melapor ke Pak Rektor dan beliau sangat mendukung,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Prof Hajam berharap bisa menjalin kerjasama dengan KPK untuk memberikan pendidikan antikorupsi di kampus setempat yang bukan hanya untuk mahasiswa, tetapi untuk segenap sivitas akademika kampus setempat.
“Semoga kedepan setelah acara ini ada tindaklanjut, kedepan perlu ada MoU untuk membuat program yang sama dalam rangka memberikan edukasi kepada dosen, pimpinan, dan mahasiswa supaya berhati-hati,” tegasnya.