Sebanyak 62 Peserta KKN Nusantara yang terdiri dari berbagai UIN, IAIN dan STAIN seluruh Indonesia termasuk perwakilan IAIN Syekh Nurjati Cirebon berkumpul di Asrama Haji Kupang Nusa Tenggara Timur untuk melaksanakan apel pembukaan KKN Nusantara dengan tema “Peace Building Mewujudkan Moderasi Beragama dalam Membangun Indonesia dengan Metode ABCD (Asset Based Community-Driven Development)”. Acara pembukaan tersebut dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Arksal Salim, GP, M. Ag (Direktorat Tinggi Keagamaan Islam), dalam sambutannya beliau mengatakan, NTT merupakan nusa terindah toleransinya dan itu merupakan salah satu alasan mengapa kita ditempatkan di NTT, NTT mendapat nilai KUB (Kerukunan Umat Beragama) 81.1 yang berada di urutan ke 2 se-Indonesia setelah Papua Barat dengan nilai 82.1. Selasa (07/02)
Tiga hari di Asrama Haji, kami mendapatkan pembekalan mengenai metode ABCD oleh Bapak Fatikhul Himami, M.Si dan Hernik Ferisia, M.Pd.I. Metode ABCD atau Asset Based Community-Driven Development merupakan suatu pendekatan untuk meberdayakan masarakat melalui sikap kolaboratif dengan memfokuskan pada mencari, menemukan dan mengembangkan asset atau potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Adapun jenis asset terbagi menjadi 7, yakni asset bakat dan keterampilan individu, asosiasi dan jaringan sosial, institusi lokal, fisik, sumber daya alam, sumber daya keuangan dan sosial budaya. Setelah pembekalan, pada tanggal 11 Januari 2020, kami beranjak dari tempat pembekalan menuju Kecamatan Sulamu. Di sanalah tempat yang akan kami tempati untuk melakukan KKN dan mengimplementasikan metode ABCD yang sudah dibekali pada pembekalan kemarin. Sebanyak 62 mahasiswa yang terbagi menjadi 7 kelompok, diterjunkan ke 7 desa yang ada di kecamatan sulamu. Desa Oeteta adalah salah satu desa yang akan ditempati untuk kami mengabdi kepada masyarakat. Salah satu Asset SDA yang dimiliki oleh desa ini, yakni lahan jagung dan padi, jambu mete, laut, tambak garam, peternakan, dan lahan kelor. Selain sumber daya alam yang sangat kaya, asset sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakat NTT khususnya Desa Oeteta kecamatan Sulamu yakni toleransinya yang sangat tinggi.
Walaupun berbeda agama, tetapi masyarakat bisa hidup berdampingan. Tidak heran jika disini antara muslim dan non muslim bisa hidup rukun, hidup dengan tenang dan nyaman. Jika ada perayaan diagama islam ataupun Kristen, pasti saling satu sama lain saling mengundang. Seperti halnya jika perayaan natal tiba, pasti umat muslim diundang untuk menyembelih sapi atau kerbau yang akan dimakan untuk pesta, agar umat muslim juga bisa memakannya. Selain itu, umat muslim juga dipersilahkan untuk mengolah makanan yang akan disajikan untuk pesta agar ketika perayaan, umat muslim dan umat kristiani bisa makan bersama. Begitu juga ketika umat muslim merayakan Idul Fitri atau Idul Adha, pasti umat kritiani ambil bagian dalam perayaan tersebut. Dan ketika Idul Adha umat kristiani, pasti mendapat bagian daging dari umat muslim.
Bapak Christo V. Luirome, yang mana merupakan salah satu anggota FKUB (Forum Kounikasi Umat Beragama dari agama Kristen protestan) berkata, “Perbedaan adalah kekuatan. Tugas kita adalah menyatukan perbedaan menjadi kekuatan. Semua orang yang bernafas itu sama dihadapan Tuhan. Katong punya agama, kita belakangkan dulu. Yang nomor 1 tetap kesatuan dan persatuan”. Ibu pendeta dari gereja Eklesia juga mengatakan “ walau katong beda tempat tidur, tetapi tetap katong pu mimpi sama” Dari pernyataan tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa NTT pantas mendapatkan penyematan sebagai kota toleransi tertinggi ke 2 se-Indonesia. Karena yang mereka dahulukan adalah kebersamaan, kesatuan dan persatuan, bukan ego masing-masing.
Begitu indah jika seluruh pelosok di Indonesia bisa menerapkan toleransi seperti yang dilakukan di NTT khususnya di desa Oeteta ini. Toleransi beragama yang dilakukan oleh masyarakat di desa Oeteta merupakan asset yang sangat besar yang harus tetap terjaga dan harus lebih ditingkatkan lagi. Kita juga bertugas untuk mem-booming-kan ke seluruh pelosok di Indonesia bahwa masih ada manusia yang tidak mementingkan egonya dalam beragama, yang hidupnya tenang, yang mendahulukan kepentingan bersama, yang mendahulukan kebersamaan, yang tidak ada pertikaian, yang saling menghargai perbedaan, yang menerima pendapat, yang saling tolong menolong, yang berbuat baik kepada manusia lainnya, yang saling menyayangi satu sama lain, yang hidup rukun dan damai. Dan merekalah masyakat Oeteta yakni desa yang menjunjung tinggi toleransi beragama. (Maulidia Safitri IAIN Syekh Nurjati Cirebon, peserta KKN Nusantara).