INTERNASIONALISASI UIN SIBER SYEKH NURJATI CIREBON: Inovasi Pendekatan Baru untuk Internasionalisasi Kurikulum

UIN Siber Cirebon – Dalam lingkungan global yang terus berubah sangat diperlukan bagaimana cara menyampaikan program dan bentuk kolaborasi internasional pada perguruan tinggi. Karena dunia sekarang ini semakin terhubung, kebutuhan untuk menempatkan beragam bentuk pembelajaran dalam konteks global menjadi lebih penting dari sebelumnya. Namun, kemajuan teknologi dan pandemi global telah menyebabkan cara universitas dalam berkomunikasi dan berkolaborasi telah berubah. Dari mulai pendidikan transnasional hingga mobilitas mahasiswa, jaringan penelitian internasional, dan pertukaran virtual, model pendidikan internasional yang ada terus berkembang dan praktik pendidikan yang baru pun bermunculan.

Dalam konteks ini, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dapat mengembangkan beragam program internasionalisasi yang beradaptasi dengan keunggulan teknologi digital, perubahan paradigma pembelajaran, dan memerhatikan lingkungan yang berdimensi lokal melalui penguatan jaringan penelitian atau pun program kolaborasi lainnya. Berikut ini beberapa informasi singkat yang menggambarkan tentang bagaimana beberapa pendekatan terkemuka menanggapi lingkungan yang terus berubah hingga universitas pun harus melakukan perubahan. Hal ini mencakup internasionalisasi kurikulum, dimensi internasional dan antarbudaya, diversifikasi mahasiswa global, dan lainnya.

Internasionalisasi Kurikulum: Berinteraksi dengan Dunia dari Ruang Kelas

Pada beberapa dekade terakhir, internasionalisasi pengajaran dan pembelajaran tampaknya,  hampir identik dengan skenario lintas batas digital. Format seperti mobilitas virtual dan pertukaran virtual telah diadopsi secara luas. Tidak diragukan lagi, ini dapat menjadi format yang sangat menarik dan menginspirasi. Namun, mereka hanya menyajikan satu cara untuk menginternasionalkan kurikulum dan memberikan pengalaman internasional bagi seluruh mahasiswa di kampus asalnya. UIN Siber dengan platform digital dapat menyediakan beragam sumber daya untuk mengakses secara terbuka kebutuhan materi atau konten pembelajaran yang dibutuhkan sekarang ini dengan mengadopsi sampai inovasi dari beragam praktik baik kurikulum yang diselenggarakan oleh universitas dunia yang ada.

Betty Leask, Profesor Emerita Internasionalisasi di Universitas La Trobe, menggambarkan internasionalisasi kurikulum sebagai “penggabungan dimensi internasional, antarbudaya, dan/atau global ke dalam konten kurikulum serta hasil pembelajaran, tugas penilaian, metode pengajaran, dan layanan pendukung program studi”. Dalam hal ini, penggabungan adalah kata kunci. Tujuannya bukanlah untuk memasukkan lebih banyak konten ke dalam program studi yang sudah padat, tetapi untuk “membuka kurikulum” terhadap perspektif baru. Oleh karena itu, internasionalisasi kurikulum dapat dikaitkan dengan berbagai pendekatan didaktik, seperti pengajaran yang berorientasi penelitian, pembelajaran berbasis masalah, pengajaran berorientasi proyek atau praktik, atau pembelajaran layanan. Kurikulum dapat ditemukan dalam kuliah dasar serta di kelas yang lebih maju.

Dalam mendesain kurikulum bisa diawali dengan mengklarifikasi “mengapa” dimensi internasional atau pandangan global penting bagi mahasiswa, program gelar yang ada di universitas, dan disiplin ilmu yang dikembangkan. Kemudian, jelaskan apa arti “internasional” dalam konteks tersebut. UIN Siber dapat memulai dengan mengidentifikasi aspek kebutuhan internasionalisasi dari sisi sistem pembelajaran online, pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan juga digitalisasi materi pembelajarannya. Hal ini akan memberikan petunjuk penting untuk menerapkan internasionalisasi kurikulum. Bergantung pada konteks itu pula, petunjuk ini bisa sangat berbeda, tetapi berikut ini bisa menjadi titik awal:

Mendorong Perubahan Perspektif

Dosen harus memperluas daftar bacaan dan mengundang mahasiswa untuk terlibat dengan sudut pandang lain melalui studi kasus atau teks dari konteks budaya lain. Demikian pula, rekan kerja atau teman sejawat dari belahan dunia lain dapat bergabung dalam perkuliahan untuk kuliah tamu atau sesi diskusi. Dosen dapat berkomunikasi dengan mahasiswa tentang bagaimana pandangan yang tidak dikenal ini terhadap suatu pokok bahasan yang berbenturan dengan perspektif mereka sendiri atau bagaimana mereka bekerja untuk melawan atau, di sisi lain, memperkuat paradigma. Perubahan perspektif akan menjadi sangat menarik ketika dosen menantang mahasiswa untuk secara kritis merefleksikan karya kanonik dalam disiplin ilmu yang dimilikinya dan mengakui perbedaan regional dalam cara karya-karya ini diterima.

Mendorong Pertukaran Antar Mahasiswa

Dosen tidak harus bergantung pada kehadiran mahasiswa internasional yang masuk. Bahkan tanpa kehadiran mereka, dosen mungkin akan dikelilingi oleh kelompok mahasiswa yang beragam. Mereka mungkin memiliki keyakinan yang berbeda, latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, sebagai akademisi generasi pertama, tinggal di daerah pedesaan, dan sebagainya. Mungkin beberapa mahasiswa telah berpindah-pindah dan menghabiskan waktu di luar daerah atau luar negeri. Mungkin beberapa telah mengalami migrasi atau perpindahan tempat tinggal. Dosen harus mengenali kelompoknya dan memanfaatkan keberagaman di ruangan sebagai sumber daya dengan mengundang mahasiswa untuk menyumbangkan pengetahuan tentang konteks lokal dan berbagi pengalaman mereka. Dosen juga dapat meminta mahasiswa untuk bekerja dalam tim selama sebagian kursus atau kuliah dan merancang tugas sedemikian rupa, sehingga keberagaman perspektif dalam kelompok berkontribusi pada penyelesaian tugas.

Pertimbangkan Dimensi Lokal Internasionalisasi dan Globalisasi

Dosen dapat mengajak mahasiswa untuk mencari “dunia internasional” tidak hanya di kejauhan. Mereka akan dapat mengidentifikasi dampak globalisasi dan migrasi di kota atau wilayah mereka sendiri, atau di desa, atau untuk memikirkan keadaan lokal ketika menyangkut pertanyaan global, misalnya, keberlanjutan, perubahan iklim atau kesetaraan. Di sini, proyek penelitian dan pengabdian mahasiswa berbasis masyarakat atau kerja sama dengan pemangku kepentingan lokal dan anggota masyarakat dapat berjalan seiring dengan keterlibatan sosial.

Mengajukan Pertanyaan Komparatif

Dosen dapat meminta mahasiswa untuk mempertimbangkan pertanyaan dalam disiplin ilmu mereka dari perspektif komparatif. Ini akan berhasil untuk berbagai masalah seperti hukum waris, pertanyaan dalam ekonomi makro, atau strategi pembelajaran yang tepat. Mahasiswa akan mampu mengidentifikasi perbedaan dan persamaan, tetapi yang lebih penting, mereka juga akan mampu memahami mengapa sistem lokal atau nasional “seperti itu”. Untuk lebih memahami hal ini, dosen juga dapat menyiapkan atau meminta mahasiswa untuk mengikuti permainan simulasi yang mengharuskan mereka mengambil peran dan sudut pandang yang berbeda.

Mengaktifkan Mahasiswa untuk Berpartisipasi dalam Jaringan Internasional

Dosen harus memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk melihat diri mereka sebagai bagian dari komunitas peneliti dan/atau profesional internasional selama masa studi mereka. Perkenalkan mereka pada kolaborasi lintas batas dalam lingkungan akademis atau konteks profesional lainnya (seperti proyek, studi, publikasi, atau presentasi yang mereka persiapkan bersama dengan mahasiswa dari universitas mitra). Kolaborasi dosen dalam jaringan internasional bahkan dapat berujung pada konferensi internasional mahasiswa, menulis artikel pada jurnal ilmiah, atau pameran daring.

Dalam pandangan Tanja Reiffenrath, Koordinator Proyek Internasionalisasi Kurikulum di Universitas Göttingen, banyak dari contoh internasionalisasi kurikulum ini tidak memerlukan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Terlibat dengan sudut pandang baru, mungkin tidak dikenal, dan menggabungkan konteks global dapat terjadi terlepas dari bahasa pengantar. Namun, hal yang penting adalah bahwa kegiatan ini bukanlah momen insidental dalam program studi. Menyusun hasil pembelajaran pada tingkat modul tidak hanya akan membantu dosen dalam merancang aktivitas dan metode penilaian yang sesuai dengan konteksnya, tetapi juga akan memungkinkan dosen dan para kolega untuk mendekati internasionalisasi kurikulum secara sistematis. Kemudian proses ini dapat memenuhi janjinya untuk membantu semua mahasiswa dalam program tersebut bisa mengembangkan kompetensi internasional dan antarbudaya yang penting – terlepas dari mobilitas internasional.

Penulis

Aan Jaelani

Catatan:

Tulisan ini disadur dari “New approaches to the internationalisation of higher education; Advice on how to deliver internationalised programmes and collaborations in a changing global environment” dan “Engaging with the world from your home classroom: tips for internationalising the curriculum” yang ditulis Tanja Reiffenrath, Project Coordinator for Internationalisation of the Curricula at the University of Göttingen.