
UIN Siber Cirebon — Hari ini menjadi momentum yang menggugah harapan bagi ribuan calon mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia. Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) 2025 resmi dimulai secara serentak melalui Sistem Seleksi Elektronik (SSE)—sebuah lompatan inovatif dalam dunia pendidikan tinggi berbasis digital yang menjunjung tinggi nilai akuntabilitas, integritas, dan profesionalisme.(10/6).
Salah satu titik pelaksanaan yang paling mencuri perhatian adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon, atau yang kini lebih dikenal sebagai Cyber Islamic University (CIU). Tak hanya menunjukkan kesiapan teknologi yang mumpuni, UIN Siber Cirebon menghadirkan atmosfer seleksi nasional yang humanis, inklusif, dan inspiratif.
Khusus tahun ini, panitia lokal UIN Siber Cirebon kembali menegaskan komitmennya sebagai kampus ramah difabel. Hal ini terlihat dari kesiapan tim yang menyambut para peserta dengan hangat, terutama bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Rektor UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag., bersama Wakil Rektor I, Dr. H. Ayus A. Yusuf, M.Si., serta Kepala Admisi dan Promosi, Basiran, M.A., dan Ketua Pustikom, Riyanto, ST., M.Kom., menyempatkan hadir langsung meninjau pelaksanaan ujian di berbagai ruang pada sesi kedua, termasuk ruang khusus peserta difabel.
“Kami tidak hanya ingin mencetak lulusan unggul, tapi juga menjadi kampus yang memanusiakan manusia,” ujar Prof Aan saat menyapa peserta disabilitas pada sesi kedua ujian.
Salah satu momen paling mengharukan terjadi saat Prof Aan berdialog hangat dengan Mochammad Gilang Ramadhan, peserta UM-PTKIN penyandang tuna daksa (lumpuh) yang dengan semangat luar biasa mengikuti ujian untuk mewujudkan cita-citanya menempuh pendidikan tinggi. Gilang, yang memilih Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) di UIN Siber Cirebon, menyambut hangat kehadiran Rektor dan menyampaikan terima kasih atas pelayanan yang begitu ramah, inklusif, dan membesarkan hati.
“Saya ingin masuk Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI), Pak. Saya yakin, meski kondisi saya seperti ini, saya tetap bisa bermanfaat untuk orang lain,” ujar Gilang.
“Saya merasa dihargai dan diperlakukan sama seperti peserta lain. Terima kasih untuk semua panitia, khususnya Bapak Rektor,” ucap Gilang dengan senyum sumringah yang menyentuh hati.
Prof. Aan pun terenyuh melihat semangat luar biasa dari Gilang. Dalam diam, ia menatap anak muda itu dengan mata berkaca-kaca, lalu berkata dengan penuh haru:
“Kamu luar biasa, Gilang. Semangatmu adalah inspirasi bagi kami semua di UIN Siber Cirebon. Kamu sudah menang, bahkan sebelum hasil ujian keluar.”
Basiran, M.A., menambahkan bahwa pihak kampus telah menyiapkan ruang ujian khusus dengan berbagai fasilitas kemudahan, mulai dari aksesibilitas hingga pendampingan teknis.
Sementara itu, Mukti Ali, S.Ag., selaku Penanggung Jawab Teknis UM-PTKIN, mengonfirmasi bahwa tahun ini ada dua peserta difabel di lokasi UIN Siber Cirebon, termasuk Mochammad Gilang Ramadhan dan Zaskian Afin Aziz, dan semua kebutuhan mereka telah dipenuhi dengan maksimal.
Semangat inklusif yang ditunjukkan UIN Siber Cirebon menjadi cerminan masa depan pendidikan tinggi keislaman yang berkeadilan, tidak hanya berorientasi pada pencapaian akademik, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan dan empati.
Melalui pelaksanaan UM-PTKIN 2025 yang menggabungkan teknologi digital dan sentuhan hati, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon kembali menegaskan posisinya sebagai perguruan tinggi keagamaan yang inovatif, adaptif, dan peduli terhadap semua kalangan.