Keraton Kanoman Gandeng Mahasiswa UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dalam Prosesi Sakral Pelal Ageng Panjang Jimat

UIN Siber Cirebon – Suasana sakral menyelimuti kompleks Keraton Kanoman Cirebon, saat prosesi Pelal Ageng Panjang Jimat kembali digelar dengan penuh khidmat. Ribuan masyarakat memadati kawasan keraton untuk menyaksikan rangkaian adat yang telah menjadi bagian dari warisan budaya tak benda di Tanah Cirebon. Namun, tahun ini ada yang istimewa: keterlibatan langsung mahasiswa dari UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC) dalam mengabadikan dan mendukung jalannya acara. (05/09).

Sebanyak 7 mahasiswa/i jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, turut aktif mendokumentasikan momen-momen penting selama rangkaian acara. Kehadiran mereka merupakan bagian dari Program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang secara khusus ditempatkan di lingkungan Keraton Kanoman.

“Kami merasa bangga bisa menjadi bagian dari pelestarian budaya sekaligus menjalankan tugas akademik. Tradisi ini bukan sekadar tontonan, tapi sarat makna dakwah dan nilai-nilai Islam,” ujar Nazwa Pranawanda salah satu mahasiswa peserta PPL.

Acara dimulai sejak pukul 09.00 WIB dengan prosesi Nyiram Panjang dan Nyisir Ageng, dilanjutkan Saji Buah pukul 10.00 WIB. Menjelang sore, berlangsung prosesi Panjang Mios atau Lamaran, yang menjadi simbol penyerahan sesaji dalam bentuk adat. Puncak acara digelar pada pukul 21.00 WIB dengan prosesi Pelal Ageng Panjang Jimat, yang berlangsung hingga tengah malam.

Sultan Kanoman XII, Raja Muhammad Emirudin, bersama Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran, Elang, Ratu, serta keluarga besar Keraton, hadir memimpin jalannya prosesi. Iringan doa dan pembacaan Srakalan Maulid al-Barzanji di Masjid Agung Kanoman menambah kesyahduan acara.

Mas Farihin, seorang pustakawan sekaligus pembimbing lapangan bagi mahasiswa, menegaskan pentingnya pelestarian tradisi Panjang Jimat sebagai bentuk dakwah kultural.

“Tradisi ini adalah wujud visualisasi nilai-nilai Islam dalam bentuk budaya. Pawai alegoris hingga pembacaan maulid menjadi simbol hadirnya rahmat bagi semesta alam, sebagaimana misi kenabian Rasulullah SAW,” ungkapnya.

Sementara itu, H. Saeful Badar, M.A., selaku dosen pembimbing lapangan, mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan Keraton Kanoman dengan institusi pendidikan tinggi.

“Ini adalah bentuk sinergi yang positif antara budaya dan akademik. Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tapi terjun langsung ke lapangan dan memahami makna dakwah dalam konteks budaya lokal,” jelasnya.

Pelal Ageng Panjang Jimat bukan hanya menjadi acara adat semata, tetapi juga sarana edukasi budaya dan spiritual bagi generasi muda. Kehadiran mahasiswa UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menunjukkan bahwa pelestarian tradisi bukan hanya tanggung jawab keraton, tetapi juga tanggung jawab bersama lintas generasi.

Dengan ini, Keraton Kanoman membuktikan bahwa tradisi bukan untuk dikenang semata, tetapi untuk dihidupkan kembali, dan dilibatkan dalam kehidupan masa kini dengan sentuhan edukasi dan teknologi.