
UIN Siber Cirebon (Bakung Kidul) — Dalam upaya memperkuat pemahaman keagamaan yang inklusif dan damai, Kelompok KKN 96 UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon kembali mengadakan kegiatan Ngaji Moderasi Beragama Part II bersama masyarakat. Kegiatan ini berlangsung pada Selasa malam (5/8) pukul 19.00–20.00 WIB di Mushola Nurul Huda, Desa Bakung Kidul, Kecamatan Jamblang.
Program ini mengangkat tema penting tentang moderasi beragama, yang mencakup keseimbangan antara akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai moderasi ini bertujuan mendorong sikap toleran, menghargai perbedaan, serta membangun harmoni di tengah keberagaman.
Wujudkan Desa yang Harmonis dan Aman
Ngaji Moderasi Beragama tidak hanya menjadi ajang kajian, tetapi juga sarana mempererat silaturahmi warga. Dalam sesi pengajian, mahasiswa KKN menekankan pentingnya menjaga konsep Baldatun Thoyyiban—desa yang baik, aman, dan tenteram—melalui penguatan nilai moderasi.
Ketua Kelompok KKN 96 menyampaikan,
“Moderasi beragama bukan hanya teori, tetapi praktik keseharian. Kami ingin masyarakat Bakung Kidul memahami bahwa perbedaan pandangan adalah hal wajar, dan harus disikapi dengan saling menghormati, bukan permusuhan.”
Peran Bersama Cegah Konflik dan Bangun Toleransi
Kegiatan ini dihadiri oleh takmir mushola, tokoh masyarakat, ustadz setempat, dan puluhan warga yang antusias mengikuti sesi kajian. Para pemateri mengingatkan bahwa moderasi beragama adalah benteng untuk menghindari konflik yang kerap terjadi akibat perbedaan pemahaman.
Seorang tokoh masyarakat menuturkan,
“Program ini sangat relevan, apalagi di era digital sekarang yang rawan provokasi. Pengajian seperti ini menjadi pengingat agar kita selalu menjaga persatuan.”
Langkah Nyata Menuju Desa Ramah dan Damai
Ngaji Moderasi Beragama Part II ini bukan acara seremonial, melainkan bagian dari gerakan berkelanjutan untuk menjadikan Bakung Kidul sebagai desa yang harmonis. Mahasiswa KKN 96 berkomitmen mengintegrasikan nilai moderasi dalam setiap program pengabdian, sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dengan semangat kebersamaan, Desa Bakung Kidul diharapkan mampu menjadi contoh penerapan moderasi beragama yang nyata—bukan sekadar konsep, tetapi praktik hidup sehari-hari untuk menciptakan masyarakat yang damai, toleran, dan saling menghargai.