
UIN Siber Cirebon — Di tengah transformasi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menuju kampus digital kelas dunia, Komisi III Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) 2025 menegaskan posisi strategis riset kolaboratif dan etika keberlanjutan sebagai fondasi utama keilmuan masa depan yang terintegrasi antara Islam, teknologi, dan kemanusiaan.
Komisi yang diketuai oleh Prof. Dr. Hajam, M.Ag ini menyampaikan gagasan besar: mendorong sinergi lintas-disiplin antara digital-humaniora, keislaman-sains, dan inovasi teknologi, sebagai bentuk konkret dari wajah baru Cyber Islamic University (CIU).
“Era siber menuntut kita tidak hanya berpikir ilmiah, tapi juga kolaboratif dan berkelanjutan. UIN Siber harus menjadi pusat riset Islam masa depan yang relevan dan transformatif,” ujar Prof. Hajam dalam pembukaan sidang.
Kolaborasi Ilmu dan Data: Riset Tak Lagi Berdiri Sendiri
Komisi III menyusun strategi agar riset tidak hanya menjadi produk akademik, tetapi juga menjadi alat perubahan sosial berbasis data. Oleh karena itu, salah satu fokus utama adalah integrasi antara penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (RPM).
Model baru ini mendorong dosen dan peneliti untuk membangun program berbasis riset yang langsung berdampak kepada masyarakat, seperti digitalisasi UMKM pesantren, penguatan literasi keagamaan digital, dan rekayasa sosial berbasis big data.
Tak kalah penting, riset-riset unggulan diarahkan untuk menjawab tantangan global melalui kerangka Sustainable Development Goals (SDGs) — dari isu lingkungan, pendidikan inklusif, hingga transformasi sosial keagamaan.
Kemitraan Global dan Luaran Berkualitas Tinggi
Untuk memperkuat jejaring, Komisi III mendorong terbentuknya kemitraan strategis dengan industri, lembaga riset nasional, dan universitas internasional. Dalam forum Rakerpim ini, dibahas juga perlunya MoU yang spesifik dengan lembaga pemeringkatan dan publikasi global untuk meningkatkan daya saing UIN Siber secara internasional.
Komisi III juga menargetkan peningkatan publikasi ilmiah terindeks (Scopus, WoS), pengurusan paten, hak kekayaan intelektual (HKI), dan luaran riset berbasis produk digital yang bisa dihilirisasi ke sektor industri, edukasi, dan komunitas.
Barisan Pemikir dan Peneliti UIN Siber
Komisi III diperkuat oleh para akademisi dan peneliti lintas bidang yang memiliki visi keberlanjutan dan kompetensi global, antara lain:
Dr. Asep Mulyana, M.Si., Ahmad Rofii, MA, LL.M., Ph.D., Dr. Hj. Dewi Fatmasari, M.Si., Naeila Rifatil Muna, M.Pd.I., Dr. Jaja Suteja, M.Pd.I, Prof. Dr. H. E. Sugianto, M.H., Toheri, S.Si., M.Pd., Basiran, MA, Wakhit Hasim, M.Hum., Budi Manfaat, M.Si., Mujib Ubaidillah, M.Pd, Masri’ah, M.Ag., Lala Bumela, M.Pd, Ph.D., Ivo Dinasta Yanuar, S.S., M.Appling., Maulidya Ulfah, S.Pd.I., M.Pd.I., Wahyono, S.Pd.I., M.Pd.I., dan Nelly Husni Laely, M.Pd.
Mereka menyatukan keahlian di berbagai bidang—dari hukum Islam, linguistik terapan, pendidikan digital, hingga teknologi data dan keberlanjutan—untuk menyusun cetak biru riset masa depan UIN Siber.
Langkah Nyata Menuju Universitas Riset Islam Digital
Rekomendasi Komisi III ini akan dibawa dalam Sidang Pleno Rakerpim 2025 sebagai bagian integral dari strategi besar menuju Digital Multimedia University (DMU) yang moderat dan inovatif.
“Kami tidak hanya ingin UIN Siber menjadi pusat riset. Kami ingin ia menjadi poros ilmu Islam digital yang menjawab tantangan zaman dengan kearifan dan teknologi,” ujar Toheri, S.Si., M.Pd., salah satu anggota komisi.
Dengan arah kebijakan ini, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon tidak hanya memperkuat ekosistem riset internalnya, tetapi juga menempatkan dirinya sebagai pemain utama dalam peta akademik global yang berbasis nilai dan teknologi.