
UIN Siber Cirebon (Pabedilan) — Komitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan mulai digerakkan dari akar rumput. Sebanyak 15 mahasiswa Kelompok KKN 83 Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC) menggelar Lokakarya Perdana bertema “Pelestarian Lingkungan dan Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas” di Desa Silih Asih, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon.(21/07)
Kegiatan ini menjadi momentum strategis untuk memperkenalkan program-program KKN secara langsung kepada masyarakat, membangun kolaborasi, serta mengajak semua elemen desa untuk ikut serta dalam gerakan menjaga lingkungan secara partisipatif dan berkelanjutan.
Kolaborasi dari Hati: Pemerintah, Mahasiswa, dan Warga Bersatu
Lokakarya ini melibatkan pemerintah desa, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), ketua RT dan RW, komunitas lokal, serta seluruh anggota KKN 83. Dalam sambutannya, Deden, selaku perwakilan desa, menegaskan bahwa masalah sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga kesadaran bersama.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif mahasiswa. Persoalan lingkungan hanya bisa diatasi jika semua elemen bergerak. Mahasiswa dan masyarakat harus jadi mitra aktif,” ujar Deden.
Sementara itu, Muhammad Fariz, Ketua Kelompok KKN 83, menyampaikan bahwa lokakarya ini diharapkan menjadi awal terbentuknya kebiasaan baru masyarakat dalam mengelola sampah secara bijak dan mandiri.
“Kami ingin program ini tidak berhenti sebagai wacana, tapi hidup di tengah masyarakat, menjadi budaya baru yang tumbuh dari bawah,” tuturnya.
DPL: KKN Adalah Simbiosis Ilmu dan Realitas
Dr. H. Sopidi, M.A., selaku Dosen Pembimbing Lapangan, menekankan bahwa KKN merupakan ruang nyata untuk menghubungkan nilai-nilai akademik dengan kehidupan masyarakat.
“Mahasiswa belajar langsung dari masyarakat, dan masyarakat menerima manfaat langsung dari ilmu yang dibawa. Ini simbiosis yang saling menguatkan,” jelasnya.
Pemetaan Masalah: Dari Data Lapangan ke Aksi Nyata
Dalam sesi presentasi hasil kerja awal, mahasiswa KKN 83 memaparkan berbagai analisis yang menjadi dasar dari program kerja mereka. Beberapa hasil yang dipresentasikan:
- Mapping Peta Desa oleh Aang mengidentifikasi zonasi strategis desa, dari pemukiman hingga lahan kosong yang belum dimanfaatkan.
- Pemetaan Transektoral oleh Bad’ul mengungkap kebiasaan membuang sampah di saluran irigasi serta potensi pemanfaatan lahan terbengkalai.
- Diagram Venn oleh Sidqi dan Wafa menggambarkan hubungan antar elemen sosial desa, membuka peluang sinergi lintas kelompok.
- Analisis Pohon Masalah oleh tim KKN mengidentifikasi akar persoalan utama: minimnya kesadaran warga dalam memilah sampah dan keterbatasan fasilitas pendukung.
Dari Masalah ke Solusi: Aksi Nyata dalam 30 Hari
Sebagai tindak lanjut, mahasiswa KKN 83 merancang program-program berbasis solusi, antara lain:
- Plang “Sampah Warning” & Edukasi Anak
- Penempatan plang peringatan di area rawan sampah dengan desain edukatif bagi anak-anak, untuk menanamkan kebiasaan sejak dini.
- Pembuatan Ecobrick
- Mengolah sampah plastik menjadi ecobrick untuk digunakan dalam pembuatan tugu atau media visual desa. Solusi kreatif untuk limbah plastik.
- Reboisasi di Lahan Kosong & Irigasi
- Penanaman pohon untuk menekan polusi, mencegah erosi, dan mempercantik wilayah desa.
- Pelatihan Kerajinan dari Sampah
Mengubah sampah anorganik menjadi produk bernilai seperti tas dan pot bunga. Program ini menyasar anak-anak dan ibu rumah tangga sebagai bentuk pemberdayaan kreatif.
Harapan untuk Masa Depan Desa yang Mandiri dan Hijau
Kegiatan lokakarya ini bukan hanya sebagai forum diskusi, tetapi juga titik awal dari sebuah gerakan sosial berbasis komunitas. Mahasiswa dan warga menyepakati bahwa keberhasilan program bukan bergantung pada seberapa besar sumber daya, tapi seberapa kuat kolaborasi dan kesadaran yang dibangun bersama.
“Lingkungan yang bersih bukan hasil kerja satu malam, tapi dari kebiasaan kecil yang dilakukan bersama,” tegas Fariz dalam penutupan acara.
Melalui pendekatan edukatif dan partisipatif ini, Desa Silih Asih mulai bergerak menuju perubahan yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan—dimulai dari tangan-tangan muda yang bersatu dengan masyarakat dalam semangat pengabdian.