IAIN Cirebon (Bandung,Kemenag) — Dunia Pendidikan tinggi di Indonesia semakin kompetitif. Sekjen Kemenag M Ali Ramdhani meminta Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri untuk terus membuat terobosan agar bisa memenangkan persaingan.
Menurut Ali Ramdhani, pengelolaan PTKN tidak boleh bergerak dalam koridor “yang penting jalan” atau terjebak pada business as usual. Sebab, sumber daya manusia PTKN juga semakin kuat dan kompeten.
“Dengan sumber daya melimpah, jika hanya berpegang pada “yang penting jalan” atau auto pilot, memang akan tetap berjalan. Tapi Ada tanggung jawab besar yang diemban. Tentu, kita semua tidak ingin menjadi bagian dari orang yang tidak bertanggung jawab,” pesan Sekjen Kemenag M Ali Ramdhani saat memberikan sambutan pada Dies Natalis ke-56 Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, di Bandung, Selasa (23/4/2024).
Acara ini dirangkai dengan Halal Bihalal Idulfitri 1445 H. Hadir, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, para Wakil Rektor, Direktur Pascasarjana, para Dekan, dan seluruh pimpinan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Ada tiga pesan Sekjen Kemenag agar PTKN terus maju dan kompetitif. Pertama, rancang dan tetapkan visi dan misi yang jelas dan konkrit. Seringkali, sebuah institusi besar melaju tanpa arah yang jelas, karena memang visi dan misinya tidak jelas dan tegas.
“Peran Rektor sangat penting untuk membangun visi dan misi yang jelas sekaligus mentransformasikannya pada seluruh sivitas akademika. Visi dan misi yang menjadi denyut nadi dalam menjalankan segenap aktifitas mereka,” sebut pria yang akrab disapa Kang Dhani ini.
Kedua, melakukan terobosan-terobosan yang kreatif dan berani. Visi dan misi yang jelas diturunkan dalam program inovatif dan keberanian berfikir out of the box atau bahkan berfikir without the box dalam implementasinya.
“Lakukan benchmark ke berbagai perguruan tinggi dengan reputasi internasional di berbagai negara. Lihat secara mendalam, duplikasi dengan berbagai inovasi program-program yang menarik. Atau bahkan, jadikan inspirasi dalam penyusunan berbagai program,” tuturnya.
Ketiga, fokus pada target. Buat target konkrit setiap lapisan tingkatan. Wakil Rektor memiliki target-target konkrit yang harus dipenuhi. Demikian pula Dekan, Direktur Pascasarajan, Kepala Pusat, dan seluruh pejabat. Mereka semua harus memiliki target pencapaian kinerja yang jelas, bisa persemester atau dalam satu tahun. Selanjutnya, setiap lapisan di atasnya mengawasi progres pencapaian itu sekaligus menagih target yang sudah ditentukan.
“Dengan cara ini, pengawalan terhadap berbagai program bisa dilakukan. Rektor juga dapat menjadi konduktor yang mengorkestrasi seluruh gerak dan program,” tegasnya.
Kepada UIN Sunan Gunung Djati, Kang Dhani memberi target khusus agar memperluas medan tanding, baik di dalam negeri maupun luar negeri. UIN Bandung harus bisa bersaing dengan Perguruan Tinggi Umum favorit dan bonafid di Indonesia, atau bahkan di wilayah regional Asia Tenggara maupun Asia.
Untuk itu, dibutuhkan perjuangan yang berat, termasuk mengupayakan bisa masuk QS World University Rankings. Menurut Kang Dhani, UIN Bandung perlu memperhatikan dan memenuhi sejumlah indikator yang dijadikan sebagai basis penilaian QS World University Rankings. Ada Sembilan indikator, yaitu: academic reputation, employer reputation, faculty student ratio, citation per faculty, international faculty ratio, international students ratio, international research network, employment outcomes, dan sustainability.
Sumber: Humas HDI Kementerian Agama RI