Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April merupakan hari bersejarah bagi wanita di Indonesia. Karena, tanggal tersebut merupakan momentum untuk mengingat perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita.
Semangat Kartini dalam memperjuangkan hak wanita itu masih tertanam dan diterapkan dalam kehidupan Wakil Rektor II Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, Dr Kartimi MPd.
Wanita yang telah mencatatkan sejarah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dengan menjadi wakil rektor perempuan pertama di kampus setempat itu terus melanjutkan perjuangan Kartini di bidang pendidikan.
“Wanita itu penting untuk memiliki pendidikan yang tinggi, karena mereka akan menjadi ibu yang kelak akan mendidik anak-anaknya,” kata Kartimi, Jumat (22/4/2022).
Dengan memiliki pendidikan yang tinggi, lanjut Kartimi, maka hal itu dapat menjadi motivasi kepada anak-anaknya untuk mengejar pendidikannya.
“Pendidikan itu dimulai dari tingkat terbawah, yaitu di lingkungan keluarga. Karena biasanya anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama ibunya, sehingga ibu sangat besar peranannya dalam memberikan pendidikan di rumah yang dapat menjadi pondasi anak-anaknya dalam menjalani kehidupan,” jelasnya.
Kartimi menegaskan, hal terpentinga dalam mendidik anak adalah mengajarkan pendidikan agama. Karena, dengan menanamkam budi pekerti dan nilai-nilai luhur dapat membentengi anak dari pengaruh negatif lingkungan.
“Pendidikan agama perlu ditanamkan sejak kecil karena ini akan melindungi anak dari pengaruh buruk lingkungan. Dengan begitu, diharapkan dapat tercipta generasi yang hebat, unggul, dan berakhlakul karimah,” katanya.
Karena, Kartimi menerangkan, pendidikan untuk anak tidak hanya melulu soal ilmu pengetahuan. Tetapi sangat penting ditanamkan pendidikan akhlak sedini mungkin.
“Akhlak lebih tinggi di atas ilmu. Setan itu berilmu, tapi tidak berakhlak, makanya terhina. Untuk itu ilmu dan akhlak harus berjalan beriringan, sehingga anak-anak kita sebagai generasi penerus menjadi manusia yang hebat dan beradab,” terangnya.
Kendati demikian, kata Kartimi, seorang perempuan tidak bisa memberikan pendidikan kepada anak di rumah sendiri. Melainkan harus berbagi peran dengan suami.
“Emansispasi wanita ini menurut saya bukan berarti wanita dan pria sama, tetapi mereka memiliki proporsi dan tugasnya masing-masing yang perlu dikerjasamakan dengan baik agar tujuan di kehidupan mereka dapat tercapai,” katanya.
Terlebih, terang Kartimi, jika suami dan istri sama-sama memiliki pekerjaan. Sehingga mereka harus membagi tugas antara pekerjaan di kantor dan urusan rumah.
“Karena tanpa kerja sama yang baik, itu tidak bisa berjalan. Semoga wanita Indonesia bisa menjadi wanita yang hebat dan harus menjadi wanita yang beradab,” tandasnya.