“Meniti Tradisi, Menyapa Budaya”: Mahasiswa SPI FUA UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Menyelami Warisan Sejarah di Keraton Kasepuhan

UIN Siber Cirebon — Di tengah arus globalisasi yang semakin kuat, sekelompok mahasiswa dari Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon justru memilih langkah sebaliknya—menapak jejak budaya lokal yang sarat nilai historis. Melalui kegiatan bertajuk “Meniti Tradisi, Menyapa Budaya”, para mahasiswa terjun langsung ke jantung kebudayaan Cirebon, Keraton Kasepuhan, untuk belajar, berinteraksi, dan merekam ulang denyut peradaban masa lalu yang masih hidup hingga hari ini.

Kegiatan ini berlangsung sejak 1 hingga 15 September 2025, setiap hari (kecuali Kamis) pukul 09.00–16.00 WIB, di lingkungan Keraton Kasepuhan Cirebon, Jl. Kasepuhan No. 43, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Selama 15 hari, mahasiswa mengikuti praktik lapangan yang dikemas dalam serangkaian kegiatan edukatif dan kultural, mulai dari pelatihan pemanduan sejarah, observasi gamelan, dokumentasi prosesi adat, hingga pembelajaran aksara Carakan.

Dari Ruang Kelas ke Ruang Budaya

Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran luar kelas yang dirancang untuk memperluas wawasan mahasiswa tidak hanya dalam aspek teori, tetapi juga dalam pengalaman langsung di lapangan. Peserta aktif mengikuti pembekalan, pelatihan teknis, serta berbagai aktivitas yang menghubungkan mereka secara langsung dengan warisan budaya Cirebon.

Salah satu momen paling berkesan adalah saat mahasiswa menyaksikan dan mendokumentasikan prosesi adat Panjang Jimat, sebuah tradisi sakral yang memadukan unsur religius, historis, dan sosial dalam satu kesatuan budaya. Kehadiran langsung Sultan Keraton Kasepuhan dan jajaran keraton dalam sejumlah kegiatan menambah makna dan mempertegas pentingnya pelestarian budaya sebagai tanggung jawab bersama.

Tradisi Bukan Sekadar Masa Lalu

Narasumber utama dalam kegiatan ini adalah Raden Nanung Suradi, atau akrab disapa Nanung, salah satu abdi dalem Keraton Kasepuhan yang juga dikenal sebagai penjaga sejarah lisan keraton. Dalam berbagai sesi,  Nanung menjelaskan asal-usul terbentuknya Keraton Kasepuhan, filosofi di balik tradisi Cirebon, hingga peran keraton dalam menjaga harmoni sosial.

“Tradisi bukan sekadar masa lalu, tapi juga jembatan masa depan. Mahasiswa hari ini harus jadi penjaga nilai, bukan hanya pengamat sejarah,” ujar  Nanung dalam salah satu sesi interaktifnya bersama mahasiswa.

Budaya sebagai Ruang Kolaborasi Mahasiswa dan Masyarakat

Mahasiswa tidak hanya menjadi peserta pasif. Mereka terlibat langsung sebagai pemandu wisata sejarah, membagikan brosur budaya ke komunitas pengajian, hingga membantu pengelolaan pusaka keraton. Aktivitas ini bukan hanya memperkaya pengalaman belajar mahasiswa, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi masyarakat dalam mengenal kembali kekayaan sejarah lokal.

Dengan bimbingan langsung dari pengelola Keraton Kasepuhan, kegiatan ini menjadi ruang kolaborasi yang mempertemukan dunia akademik dengan institusi budaya secara harmonis.

Warisan untuk Masa Depan: Mahasiswa sebagai Agen Pelestari

Kegiatan “Meniti Tradisi, Menyapa Budaya” tidak hanya memperkuat pemahaman sejarah mahasiswa, tetapi juga menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap pelestarian budaya bangsa. Hal ini selaras dengan visi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dalam membentuk lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berkarakter dan berkontribusi nyata dalam masyarakat.

“Melalui pengalaman ini, kami tidak hanya belajar sejarah, tetapi juga belajar mencintai identitas budaya kami sendiri,” ujar salah satu peserta, mahasiswa semester 5 SPI.

Inspirasi Bagi Sivitas Akademika

Publikasi kegiatan ini menjadi penting untuk mendorong sivitas akademika lainnya—baik dari prodi SPI maupun dari jurusan lain—untuk turut menjadikan budaya sebagai sumber belajar yang hidup. Warisan lokal seperti yang ada di Keraton Kasepuhan bukan hanya perlu dipelajari, tetapi juga perlu dihidupkan kembali melalui keterlibatan generasi muda.

Poin Penting dari Kegiatan Ini:

  • Tradisi: Mahasiswa belajar langsung dari prosesi dan simbol budaya yang hidup.
  • Budaya: Kegiatan menjadi sarana pelestarian budaya lokal Cirebon.
  • Keraton Kasepuhan: Sebagai mitra strategis dan ruang belajar yang autentik.
  • Cirebon: Kota budaya yang menjadi laboratorium sosial-historis bagi mahasiswa SPI.

Dengan melibatkan mahasiswa dalam ruang-ruang budaya seperti ini, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon telah membuktikan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas para akademisi atau budayawan, tetapi juga tanggung jawab setiap generasi muda Indonesia.