Menjaga NKRI dari Ruang Digital: UIN Siber Cirebon Perkuat Sinergi Militer dan Pesantren

UIN Siber Cirebon (Jakarta) — Dalam era di mana pertahanan nasional tak lagi hanya bertumpu pada kekuatan senjata, tetapi juga pada narasi dan pengaruh di ruang digital, sinergi antara militer dan pesantren menjadi kebutuhan strategis. Inilah yang mendorong Dr. Andri Azis Putra, dosen Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUA) Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC), untuk terlibat dalam sebuah lawatan ilmiah ke Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta.(07/07).

Kegiatan ini merupakan bagian dari riset nasional lintas institusi bertajuk “Model Komunikasi Strategis antara Militer dan Santri dalam Penguatan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) melalui Media Baru.” Tim peneliti terdiri dari kolaborasi Universitas Muhammadiyah Cirebon, Universitas Pertahanan, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, BRIN, dan Universitas Trunojoyo Madura. Kunjungan ke Mabes TNI ini dipimpin oleh ketua tim peneliti, Dr. Nurul Chamidah.

Disambut hangat oleh Wakil Asisten Teritorial (Waaster) Panglima TNI, Brigjen TNI (Mar) Bambang Hadi Suseno, S.E., M.M., bersama tujuh Perwira Pembantu Utama (Paban), forum diskusi strategis ini membahas ancaman kontemporer yang dihadapi Indonesia. Brigjen Bambang menegaskan bahwa hari ini musuh hadir dalam wujud yang tak kasat mata — menyusup melalui internet, menyebarkan ideologi ekstrem, dan menggoyang fondasi kebangsaan.

“Ancaman hari ini datang bukan lagi dalam bentuk serangan militer konvensional, tetapi hadir secara diam-diam dan kompleks melalui ruang digital. Mereka bersifat asimetris, tak terdeteksi, namun sangat destruktif,” tegasnya.

Diskusi juga menyinggung lemahnya dukungan legislasi terhadap pelaksanaan Sishankamrata secara menyeluruh. Dalam konteks ini, peran pesantren sebagai benteng ideologis bangsa dinilai sangat strategis. Para perwira menegaskan pentingnya menjalin komunikasi yang sinergis dan membangun kepercayaan dengan komunitas pesantren sebagai mitra ideologis dan sosial.

Dr. Andri Azis Putra menanggapi dengan menekankan nilai-nilai universal yang menjadi jembatan antara militer dan pesantren: kedisiplinan, tanggung jawab sosial, dan cinta tanah air. Ia mengingatkan bahwa media kini bukan hanya alat, melainkan medan tempur utama dalam perebutan makna dan identitas bangsa.

“Media bukan hanya alat komunikasi, tapi medan perang ideologis. Jika ruang digital kita dikuasai oleh narasi yang memecah-belah, maka pertahanan kita runtuh dari dalam,” jelasnya penuh semangat.

Diskusi yang berlangsung dinamis ini menghasilkan beberapa poin penting:

  • Penguatan komunikasi strategis lintas institusi secara terstruktur dan berkelanjutan.
  • Kesiapan kolektif menghadapi ancaman hibrida yang bersifat kompleks dan tersembunyi.
  • Perumusan nilai-nilai bersama militer dan pesantren sebagai dasar etika dan operasional kolaborasi nasional.
  • Advokasi kebijakan berbasis riset agar kerja sama ini masuk dalam kerangka regulasi nasional.

Dengan demikian, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon sekali lagi menegaskan perannya sebagai Cyber Islamic University yang bukan hanya unggul dalam pendidikan digital, tapi juga turut aktif dalam menjaga ketahanan nasional melalui kontribusi riset, dialog lintas sektor, dan pendekatan humanis berbasis nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.

“Kami berharap, riset ini menjadi batu pijakan lahirnya sistem pertahanan ideologis yang kokoh, melalui jalinan erat antara kekuatan militer dan moral-spiritual santri,” tutup Dr. Andri.

Ruang digital mungkin tanpa batas, namun semangat kolaboratif antara pesantren dan militer membuktikan: ketika bangsa bersatu, tak ada ruang yang tak bisa dijaga.