
UIN Siber Cirebon (Mekarsari, Waled) – Suasana berbeda menyelimuti Desa Mekarsari, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon, pada Sabtu (17/8). Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, masyarakat desa bersama mahasiswa KKN UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menggelar Festival Al-Qur’an yang sarat nilai religius, edukatif, sekaligus menghibur.
Mengusung semangat “Menyemai Cinta Al-Qur’an Sejak Dini”, acara yang digelar dari pagi hingga sore hari ini menghadirkan beragam lomba dan pentas seni islami. Lebih dari sekadar perayaan, festival ini menjadi ruang aktualisasi dan pembinaan bagi anak-anak usia dini untuk tumbuh dalam nuansa keislaman yang menggembirakan.
Dibuka dengan Kentongan, Disambut Antusiasme Warga
Festival resmi dimulai pukul 09.00 WIB dengan prosesi pembukaan sederhana namun sarat makna. Kuwu Desa Mekarsari, Mohamad Ghozin, memukul kentongan sebagai tanda dimulainya acara, yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari ratusan warga yang memadati halaman desa.
Hadir dalam acara ini sejumlah tokoh penting, di antaranya Ustadz Rondi (perwakilan KUA Kecamatan Waled), Kyai Athoillah (perwakilan MUI Kecamatan Waled), serta para tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.
Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Muhammad Abyan menegaskan bahwa acara ini tidak hanya menjadi bagian dari kemeriahan HUT RI, tetapi juga medium menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat, khususnya anak-anak.
“Festival ini adalah bentuk cinta kami kepada Al-Qur’an. Harapannya, anak-anak terbiasa dekat dengan nilai-nilai Qur’ani sejak dini, bukan hanya saat lomba, tapi juga dalam keseharian mereka,” ujarnya.
Kuwu Mekarsari, Mohamad Ghozin, memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif mahasiswa KKN yang dinilai membawa warna baru bagi desa.
“Ini lebih dari sekadar festival. Ini adalah penyadaran, bahwa Al-Qur’an harus menjadi ruh dalam kehidupan masyarakat. Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi program berkelanjutan bahkan setelah KKN selesai,” ungkapnya.
100 Peserta Tampil di Ajang Lomba Islami
Usai pembukaan, acara dilanjutkan dengan empat cabang lomba islami:
- Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)
- Lomba Adzan
- Kaligrafi
- Musabaqah Hifzil Qur’an (MHQ)
Sebanyak 100 anak usia 6–12 tahun menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Suasana berubah menjadi penuh semangat dan tak jarang haru ketika lantunan ayat suci, suara adzan yang lantang, dan goresan kaligrafi memenuhi panggung acara.
Tidak sekadar kompetisi, lomba ini menjadi sarana pembinaan spiritual dan karakter anak. Para penonton—mayoritas orang tua—tak henti memberikan dukungan dan semangat kepada para peserta.
Pentas Seni Islami: Kreatif, Ceria, dan Menginspirasi
Menjelang sore hari, pukul 16.00 WIB, panggung Festival Al-Qur’an kembali semarak lewat Pentas Seni Islami. Anak-anak menampilkan berbagai pertunjukan seperti:
- Pembacaan doa-doa pendek
- Nadzhoman ilmu tajwid “Hidayatussibyan”
- Tarian islami
- Seni baca Asmaul Husna
Sorak sorai dan tepuk tangan mengiringi setiap penampilan. Kreativitas anak-anak yang dikemas dalam nuansa islami membuktikan bahwa mendekatkan anak kepada Al-Qur’an tidak harus kaku, tetapi bisa menyenangkan.
Puncak Festival: Penghargaan untuk Para Juara
Puncak acara ditandai dengan pengumuman pemenang dari masing-masing lomba. Tangis bahagia, senyum bangga, dan pelukan haru menjadi penutup manis dari rangkaian festival. Hadiah dan piagam penghargaan diberikan sebagai bentuk apresiasi atas semangat dan usaha para peserta.
Lebih dari Sekadar Acara
Festival Al-Qur’an di Desa Mekarsari telah menjadi model kegiatan keagamaan berbasis masyarakat yang edukatif dan mengakar. Bukan sekadar agenda seremonial, tetapi juga menjadi upaya membangun generasi Qur’ani yang sehat spiritual dan emosional sejak usia dini.
Melalui dukungan pemerintah desa, tokoh agama, dan mahasiswa KKN, festival ini membuktikan bahwa sinergi lintas elemen bisa menghasilkan program yang berdampak nyata bagi masyarakat.
“Al-Qur’an bukan hanya untuk dilombakan, tapi untuk dihidupkan dalam keseharian. Kami berharap semangat ini tidak berhenti di festival, tetapi terus tumbuh dan berkembang menjadi karakter masyarakat Mekarsari,” tutup panitia.
Festival Al-Qur’an Desa Mekarsari 2025 telah menyalakan cahaya harapan: bahwa cinta Al-Qur’an dapat ditanam sejak dini dengan cara yang menyenangkan, mendidik, dan penuh makna. Semoga langkah kecil ini menjadi awal dari lahirnya generasi Qur’ani yang tangguh dan membawa cahaya Islam bagi negeri.