
UIN Siber Cirebon (Mertasinga) — Desa Mertasinga, Kecamatan Gunungjati, menjadi saksi lahirnya langkah progresif menuju desa adat mandiri berbasis budaya dan kreativitas. Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), Kelompok 48 Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC) menjalankan gerakan kolaboratif lintas sektor bertajuk “Path The Way”, yang dimulai sejak 11 Juli 2025. Kegiatan ini bukan sekadar pengabdian temporer, melainkan cikal bakal transformasi desa berbasis integrasi budaya, pariwisata edukatif, dan ekonomi kreatif.
Jejak Sejarah, Seni Tradisi, dan Identitas Lokal
Dibimbing oleh Syaeful Badar, MA, dosen sekaligus budayawan yang dikenal dalam pelestarian nilai-nilai lokal, para mahasiswa KKN 48 melakukan pemetaan potensi Mertasinga secara multidimensi. Desa pesisir yang menyimpan jejak Kerajaan Singhapura dan Kesultanan Cirebon ini, menjadi ladang riset etnografis mahasiswa dalam mendokumentasikan kekayaan budaya seperti karawitan, tari topeng, sintren, hingga genjring akrobat.
“Kami datang untuk tumbuh bersama masyarakat, bukan sekadar memberi,” ungkap Syaeful Badar, menggarisbawahi pendekatan partisipatif yang membedakan program ini dari pengabdian biasa.
Tak sekadar observasi, para mahasiswa menghasilkan produk dokumentasi visual, narasi digital, dan pengarsipan berbasis komunitas yang diharapkan menjadi sumber daya budaya berkelanjutan.
Adaptasi Teknologi untuk Pelestarian Budaya
Terobosan digital menjadi aspek menarik dalam kegiatan ini. Pembuatan website resmi “Desa Wisata Religi Mertasinga”, akun media sosial Sanggar Seni Kencana Ungu, hingga penggunaan QR Code untuk memetakan titik-titik budaya dan wisata lokal, menandai sinergi antara konservasi warisan budaya dan transformasi digital.
Ekonomi Mikro dan UMKM: Dari Tradisional ke Digital
Dalam sektor ekonomi, mahasiswa KKN melakukan pelatihan digital marketing, branding produk UMKM, serta penyusunan strategi promosi berbasis kebutuhan lokal. Pendekatan ini menggabungkan ekonomi syariah dengan pemberdayaan komunitas, sehingga warga tak hanya menjadi pelaku ekonomi, tetapi juga bagian dari jaringan kewirausahaan yang tangguh dan adaptif.
Ekowisata dan Sejarah sebagai Pilar Masa Depan
Potensi geografis Mertasinga yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa dimanfaatkan untuk menyusun ekowisata edukatif. Aktivitas pemeliharaan situs bersejarah Lawang Gede Si Blawong, revitalisasi tradisi Bubur Suro dan Nadran, serta penyerahan simbolik Al-Qur’an berbahasa Cirebon, menjadi bentuk nyata pelestarian nilai-nilai spiritual dan historis.
“Ini bukan hanya soal wisata, tapi soal merawat memori kolektif,” tegas Syaeful, menekankan pentingnya narasi sejarah sebagai fondasi identitas desa.
Konstruksi Sosial dan Akademik Terpadu
Program ini dirancang melalui struktur divisi tematik yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan secara sistematis, mencakup sektor pendidikan PAUD, posyandu, audiensi pemerintah desa, dan kegiatan sosial harian bersama masyarakat.
Lebih dari itu, kegiatan KKN 48 dinilai sebagai model ideal pengabdian berbasis integrasi akademik—menggabungkan riset budaya, transfer teknologi, hingga intervensi sosial-ekonomi berbasis lokalitas.
Menuju Desa Adat Modern
Dengan visi “Desa Adat Mandiri Berbasis Budaya dan Kreativitas,” KKN Kelompok 48 meletakkan pondasi baru dalam pembangunan desa berbasis ilmu pengetahuan, partisipasi, dan keberlanjutan.
“Kami optimis Mertasinga bisa menjadi prototipe desa adat modern, di mana warisan sejarah, ekonomi kreatif, dan pariwisata tumbuh harmonis dalam satu ekosistem,” pungkas Syaeful Badar.
Apa yang dilakukan KKN 48 ini menjadi narasi inspiratif tentang bagaimana mahasiswa tidak hanya menjadi pelajar di ruang kelas, tetapi penggerak perubahan nyata di tengah masyarakat. “Path The Way” pun bukan sekadar nama program—melainkan langkah awal membangun masa depan desa yang cerdas, berbudaya, dan mandiri.