IAIN Cirebon – Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Mahasiswa Baru (Maba) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon mengusung tema “Mewujudkan Cyber University Berbasis Pendidikan Inklusif dan Moderasi Beragama””, yang dilaksanakan di Halaman Ma’had Al-Jami’ah dan diikuti 3371 mahasiswa baru (Maba). 21 Agustus 2023.
Kegiatan PBAK Mahasiswa Baru Tahun Akademik2023-2024 dilaksanakan selama tiga hari yakni dimulai hari Senin-Rabu 21-23 Agustus 2023. Kegiatan PBAK kali ini mahasiswa baru diperkenalkan dengan anggota Senat Institut dan para Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Rektor IAIN Cirebon, Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag. menjelaskan, PBAK ini menjadi awal untuk menjalin komunikasi antara dosen dengan para mahasiswa baru di IAIN Cirebon yang akan berjalan efektif.
“PBAK ini difokuskan pada ikhtiar kita bersama untuk melakukan literasi dan menyosialisasikan moderasi beragama,” kata Prof Aan dalam pidatonya pada kegiatan tersebut.
Menurut Prof Aan, moderasi beragama ini menandakan sebuah perspektif, sikap, cara tata laku untuk selalu bersikap moderat.
“Yaitu sesuatu yang berada di tengah antara dua ujung yang ekstrim maka yang di tengah itu disebut dengan perilaku moderat,” jelasnya.
Nantinya, kata Prof Aan, para mahasiswa di IAIN Cirebon saat pembelajaran mata kuliah ilmu-ilmu keislaman sebagai bagian dari khazanah yang tentunya bisa diimplementasikan dengan posisi tengah atau yang disebut moderasi beragama.
“PBAK ini bagaimana membiasakan dan meliterasikan kawan-kawan mahasiswa untuk bersikap inklusif, bersikap terbuka, bisa menerima perbedaan, bukan hanya menerima persamaan,” terangnya.
Kemudian, lanjut Prof Aan, bagaimana PBAK IAIN Cirebon di momen peringatan Hari Kemerdekaan ke-78 RI ini bisa meningkatkan rasa kecintaan kepada tanah air dan kebangsaan.
“Kemerdekaan ini harus diisi dengan kinerja, diisi dengan tugas-tugas penting, karena tahun 2045 adalah masa yang ditetapkan pemerintah dimana para mahasiswa ini yang akan tampil menjadi generasi emas,” ujarnya.
Karena, Prof Aan menerangkan, generasi penerus ini yang akan melanjutkan perjuangan para pahlawan dan moderasi beragama ini menjadi jaminan terkait tradisi dan adat budaya lokal.
“Karena tradisi ini juga menandakan fase kehidupan kita bersama untuk merajut kebersamaa, merajut kekompakan, dan merajut toleransi,” ujarnya.
Untuk itu, Prof Aan menegaskan, tradisi dan adat budaya lokal harus dikembangkan dan digunakan untuk merajut rasa kebangsaan, toleransi, dan membangun masyarakat.