UIN Siber Cirebon (Black Forest, Jerman) – Dalam rangka mempererat hubungan dan mendukung pengembangan karir diaspora Indonesia di luar negeri, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, melalui Lala Bumela, Ph.D., dan Prof. Hajam, menggelar diskusi mendalam bersama komunitas diaspora di kantor WIFOG, Black Forest, Jerman. Diskusi ini memperkenalkan Syekh Nurjati Global Employability Framework, sebuah kerangka kerja inovatif yang dirancang untuk meningkatkan kesempatan kerja dan daya saing global mahasiswa dan alumni UIN SSC global, dan diaspora Indonesia di kawasan Black Forest, Jerman, yang merupakan kawasan insutri terpadat dan terbesar di Jerman. Rabu, (06/11/2024).
Kegiatan ini berlangsung dengan antusiasme tinggi dari komunitas diaspora yang hadir, didukung suasana hangat dan partisipatif di kantor WIFOG. Framework yang diperkenalkan merupakan adaptasi dari konsep Global Employability Framework yang sudah diimplementasikan di universitas-universitas ternama di Australia, namun diubah sesuai dengan konteks lokal Cirebon. Pendekatan ini memberikan keunikan bagi diaspora Indonesia dalam mengembangkan potensi mereka di pasar kerja internasional dengan mempertahankan nilai-nilai lokal.
Syekh Nurjati Global Employability Framework bertujuan untuk membekali diaspora Indonesia dengan pemahaman mendalam tentang keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan di era modern. Konsep ini mencakup adaptasi terhadap teknologi, pengembangan soft skills, dan kemampuan bekerja dalam lingkungan multikultural, serta menekankan nilai-nilai kearifan lokal Cirebon yang dapat menjadi daya tarik tersendiri di pasar kerja global. Peserta diberikan panduan praktis tentang cara mengidentifikasi peluang karir, membangun portofolio, dan meningkatkan kemampuan negosiasi untuk bersaing di Eropa.
Dalam pemaparannya, Lala Bumela, Ph.D., yang juga merupakan Kepala Pusat International Office & Partership, menekankan pentingnya self-branding berdiferensiasi sebagai bagian dari strategi pengembangan karir diaspora. Ia menegaskan bahwa identitas profesional yang kuat akan meningkatkan daya saing individu, terutama di lingkungan multikultural seperti Eropa. Beliau juga menjelaskan bahwa framework ini menonjolkan kualitas keunikan Indonesia yang dipadukan dengan standar profesional internasional.
Prof. Hajam, yang juga merupakan Wakil Rektor 3 bidanga Kerjasama dan Kemahasiswaan, melanjutkan dengan menyoroti pentingnya kolaborasi antar diaspora dan pentingnya jaringan profesional yang kuat. Menurutnya, komunitas diaspora perlu membangun jejaring sebagai sarana untuk berbagi informasi dan membuka akses terhadap peluang yang lebih luas. “Sinergi antar diaspora adalah kunci kesuksesan di negara-negara seperti Jerman. Konsep ini menguatkan keinginan diaspora untuk maju bersama sambil membawa kekayaan budaya Cirebon,” ujarnya.
Diskusi berlangsung interaktif, dengan peserta mengajukan pertanyaan beragam tentang cara memanfaatkan teknologi, membangun jaringan, hingga kiat praktis dalam mengelola tantangan bekerja di luar negeri. Sesi ini tidak hanya memberi wawasan baru, tetapi juga menjadi wadah bagi diaspora untuk saling berbagi pengalaman, tantangan, dan strategi sukses di pasar kerja internasional.
Sebagai penutup, Dr. Lala Bumela dan Prof. Hajam menyampaikan harapan mereka agar Syekh Nurjati Global Employability Framework dapat menjadi pilar yang memperkuat komunitas diaspora dalam mengukir prestasi dan membawa nama baik Indonesia di kancah internasional. Inisiatif ini diharapkan menjadi landasan kuat bagi diaspora di Eropa untuk terus mengembangkan diri sambil menjaga nilai-nilai lokal yang menjadi identitas mereka.