
UIN Siber Cirebon (Pasindangan) — Komitmen nyata dalam membangun Indonesia yang cerdas kembali diperlihatkan oleh mahasiswa UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, atau yang lebih dikenal sebagai Cyber Islamic University (CIU). Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), Kelompok 35 terjun langsung ke Desa Pasindangan, Kabupaten Cirebon, untuk menjalankan program Penguatan Literasi Baca Tulis Masyarakat—sebuah upaya edukatif yang mengedepankan sinergi, empati, dan kolaborasi.(22/07).
Di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Nurhannah Widianti, M.Pd, program ini tidak hanya bertujuan mengajarkan huruf atau membaca, tetapi membentuk budaya literasi sebagai bagian dari kehidupan warga. “Literasi bukan sekadar membaca dan menulis,” ujar Nurhannah, “tapi bagaimana seseorang memahami, mengolah, dan menggunakan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Itulah esensi dari program ini.”
Dari Huruf ke Cerita: Literasi yang Membumi
Program ini dirancang secara bertahap, mulai dari pengenalan huruf hingga pemahaman teks utuh. Anak-anak di desa diajak belajar melalui metode yang menyenangkan—mulai dari lagu, permainan edukatif, kartu kata visual, hingga cerita pendek yang dekat dengan keseharian mereka.
“Kami sadar bahwa tingkat literasi anak-anak sangat beragam,” kata Afifudin, Ketua Kelompok KKN 35. “Karena itu, pendekatan kami tidak satu arah. Kami membangun kolaborasi aktif—melibatkan orang tua, guru, perangkat desa, pemuda, hingga anak-anak itu sendiri.”
Arifudin pun menegaskan, Kami mengadopsi kerangka pengukuran literasi baca tulis yang terdiri dari lima tahapan:
- Pengenalan Huruf
- Pengenalan Suku Kata
- Pengenalan Kata
- Pemahaman Paragraf
- Pemahaman Cerita atau Teks Utuh
Kepala sekolah setempat, Aripin, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif ini. Menurutnya, bukan hanya kemampuan membaca yang meningkat, tetapi juga kemampuan berpikir kritis dan reflektif anak-anak, yang kini mulai mampu menyimpulkan isi cerita, menangkap pesan moral, bahkan memprediksi alur cerita.
“Bersama Masyarakat, Bukan Untuk Masyarakat”
Salah satu nilai kuat dari program ini adalah pendekatan partisipatif dan kolaboratif. Seperti yang diungkapkan oleh Bowo Wicaksono, S.E, salah satu tokoh masyarakat, “Kami tidak merasa mahasiswa datang membawa proyek, tapi kami merasa ini gerakan bersama. Ada dialog, ada keterlibatan warga, ada rasa memiliki.”
Kegiatan literasi ini tidak berhenti di ruang belajar. Mahasiswa KKN juga mendirikan Taman Aksara, mengadakan bimbingan belajar selepas Magrib, dan menyelenggarakan lomba literasi dalam rangka HUT RI. Warga desa ikut menyumbang tempat, peralatan, dan bahkan waktu untuk mendampingi anak-anak belajar.
Karang Taruna, ibu-ibu PKK, hingga perangkat desa turut menjadi bagian dari gerakan ini. “Semua berjalan karena sinergi. Literasi bukan tugas satu pihak, tapi tanggung jawab bersama,” tegas Afifudin.
Literasi, Jalan Menuju Masa Depan
Di tengah arus informasi yang deras dan tantangan zaman yang kian kompleks, kemampuan literasi menjadi bekal utama dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Program KKN Kelompok 35 di Desa Pasindangan menjadi bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari hal-hal sederhana, asal dilakukan bersama dan dengan sepenuh hati.
“Ini bukan sekadar program kerja, tapi proses belajar hidup bermasyarakat,” pungkas Nurhannah. “Mahasiswa belajar mengabdi, masyarakat mendapatkan manfaat, dan yang terpenting—terbangun jembatan pengetahuan antara kampus dan desa.”
Dari Desa Pasindangan, sebuah gerakan kecil telah dimulai—sebuah langkah menuju masa depan yang lebih tercerahkan, satu huruf, satu cerita, dan satu perubahan pada satu waktu.