IAIN Cirebon – CNN Indonesia mengeksplorasi sejarah Islam di Indonesia melalui liputan khusus, ketika memasuki bulan suci Ramadan. Salah satu destinasi unggulannya adalah Pesantren Buntet di Cirebon, Jawa Barat. Reporter CNN Indonesia tidak hanya mengunjungi situs bersejarah ini, tetapi juga berbincang dengan ahli sejarah Islam, Aah Syafaah, M.Ag., Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Dalam paparannya, Aah Syafaah menjelaskan kisah berdirinya Pesantren Buntet yang tak terlepas dari jejak Sunan Gunung Djati (1479-1568). Sunan Gunung Djati, pendiri Kerajaan Cirebon pada tanggal 2 April 1482, memegang peran sentral dalam kekuasaan politik dan agama. Penerima mandat dari Pangeran Cakrabuana, Sunan Gunung Djati diberi gelar Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awliya Allah Kutubiz Zaman Khalifatur Rasulullah SAW.
” Sunan Gunung Djati menjalankan dakwah dengan jelajah Desa Milangkori, menciptakan masa kejayaan dalam bidang keagamaan, politik, dan perdagangan di Cirebon,” ungkap Aah Syafaah. Reporter CNN Indonesia menggali lebih dalam tentang pascawafatnya Sunan Gunung Djati, mengungkap perpecahan Cirebon menjadi tiga penguasa, serta peran kunci dalam meminta bantuan Kompeni Belanda untuk meredakan konflik.
Tidak hanya menjelaskan sisi historis, wawancara dengan Aah Syafaah juga mengungkap keunikan Pesantren Buntet. Pada pertengahan abad ke-18, pesantren-pesantren di Cirebon, termasuk Babakan Ciwaringin dan Buntet, tumbuh pesat di bawah pimpinan ulama-ulama keraton. Pesantren-pesantren ini, yang didirikan oleh tokoh-tokoh seperti Kyai Ali dan Mbah Muqayyim, menjadi pusat penyebaran ilmu agama dan pengetahuan.
“Pesantren Buntet tidak hanya bersifat tradisional, tetapi juga mengadopsi sistem sekolah modern sesuai amanat UU Pendidikan Nasional,” jelas Aah Syafaah. Keunikan lainnya adalah empati tinggi para kyai terhadap masyarakat, terlihat dari pembagian tanah kepada warga dan keberlanjutan dapur umum yang membuka peluang bagi masyarakat menikmati hidangan setiap harinya bagi orang yang membutuhkan.
Liputan ini tidak hanya membuka jendela sejarah Pesantren Buntet, tetapi juga mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dan kontribusi pesantren dalam memperkaya khasanah budaya dan agama di Cirebon. Ramadan tahun ini menjadi momen yang lebih berarti dengan pemahaman mendalam terhadap jejak sejarah Islam di Nusantara.