Prodi PBA FITK UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Gelar Review Kurikulum: Wujudkan Pembelajaran Adaptif dan Berbasis OBE  

UIN Siber Cirebon — Dalam upaya memperkuat kualitas pembelajaran dan memastikan kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan dunia pendidikan serta industri, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan kegiatan Review Kurikulum pada Selasa (28/10/2025).

Kegiatan strategis ini menjadi bagian dari komitmen UIN Siber Syekh Nurjati dalam mengembangkan kurikulum berbasis Outcome Based Education (OBE) dan mendukung pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Hadirkan Pakar Kurikulum Nasional dari UNNES

Acara yang digelar di lingkungan FITK UIN Siber Syekh Nurjati ini menghadirkan Singgih Kuswardono, M.A., Ph.D., Ketua Divisi Pendidikan dan Kurikulum PPPBA sekaligus Kaprodi PBA Universitas Negeri Semarang (UNNES), sebagai narasumber utama.

Kegiatan diikuti oleh dosen-dosen Jurusan PBA, serta sejumlah stakeholder dan tamu undangan seperti Kaprodi PBA Universitas AIC Cirebon, STIT Sayid Sabiq, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri LP2M, serta Kepala Pusat Studi Gender, Anak, dan Disabilitas.

Dalam sambutannya, Ketua Tim Kurikulum PBA, Khasan Aedi, menegaskan pentingnya kegiatan ini sebagai langkah pembaruan akademik yang berorientasi pada masa depan.

“Melalui kegiatan review ini, kami berharap kurikulum PBA dapat semakin kuat dan terarah, sejalan dengan visi UIN Siber sebagai kampus digital yang unggul dalam riset dan inovasi,” ujar Khasan Aedi.

Kurikulum Berbasis OBE dan Kolaborasi Dunia Industri

Dalam pemaparannya, Singgih Kuswardono menjelaskan landasan pengembangan kurikulum berdasarkan Permendikbudristek Nomor 34 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Ia kemudian memandu peserta menelaah secara rinci draf kurikulum PBA FITK UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon yang tengah dikembangkan dengan pendekatan Outcome Based Education (OBE).

Lebih lanjut, Singgih menekankan pentingnya kolaborasi antara kampus dan mitra eksternal, baik dunia industri, sekolah mitra, maupun lembaga sosial, agar mahasiswa memiliki pengalaman belajar yang kontekstual dan kompetitif.

“Kurikulum bukan hanya dokumen akademik, tetapi peta jalan untuk mencetak lulusan yang siap berkontribusi di masyarakat dan dunia kerja. Karena itu, penting bagi kampus untuk terus beradaptasi dengan dinamika kebutuhan zaman,” ungkapnya.

Selain menelaah capaian pembelajaran dan struktur mata kuliah, narasumber juga berbagi praktik baik pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di UNNES Semarang. Ia mendorong agar prodi PBA mengintegrasikan kegiatan magang, proyek kemanusiaan, dan kolaborasi riset mahasiswa sebagai bagian dari pembelajaran.

Diskusi Produktif dan Respons Stakeholder

Sesi diskusi berlangsung aktif dan produktif. Perwakilan MAN 1 Cirebon mengajukan pertanyaan terkait pembekalan mahasiswa dalam pelaksanaan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP), sementara Hasan Saefuloh menyoroti adaptasi kurikulum madrasah terhadap kebijakan OBE.
Adapun Sopwan Mulyawan menanyakan strategi penerapan program MBKM di lingkungan Prodi PBA UIN Siber Syekh Nurjati.

Setiap pertanyaan disambut dengan respons mendalam dari narasumber, menegaskan pentingnya sinergi antara dunia pendidikan tinggi, madrasah, dan kebijakan nasional dalam mengimplementasikan kurikulum yang dinamis dan aplikatif.

Langkah Menuju Kurikulum PBA yang Komprehensif dan Relevan

Kegiatan Review Kurikulum PBA FITK UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon diakhiri dengan sesi tanya jawab dan foto bersama seluruh peserta.

Acara ini menandai langkah maju bagi Prodi PBA dalam menghadirkan kurikulum komprehensif berbasis capaian lulusan, yang tidak hanya menekankan aspek keilmuan bahasa Arab, tetapi juga kompetensi digital, pedagogik, dan soft skills mahasiswa.

Melalui kegiatan ini, FITK UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menegaskan komitmennya untuk terus berinovasi dan memperkuat mutu pendidikan Islam berbasis teknologi dan kebutuhan dunia nyata.

“Kami ingin kurikulum ini menjadi lebih dari sekadar dokumen — ia harus hidup di ruang kelas, di dunia kerja, dan di masyarakat,” tutup Khasan Aedi.