Prof. Dr. Hajam: Mengimplementasikan Moderasi Beragama di Balai Diklat Keagamaan Bandung

UIN Siber Cirebon (Bandung) – Prof. Dr. Hajam, M.Ag., Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama yang saat ini menjadi Pelaksana Harian (Plh) Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon, didaulat menjadi narasumber dalam acara Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan Bandung. Acara ini diadakan pada tanggal 10 hingga 15 Juni 2024, dengan menghadirkan peserta dari berbagai kalangan, termasuk 90 guru madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dari lingkup Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.

Agus Nasihatul Ahyar, Ketua Balai Diklat Keagamaan Bandung, membuka pelatihan dengan menyampaikan pentingnya penguatan moderasi beragama di lingkungan Kementerian Agama. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa pelatihan ini adalah bagian dari upaya untuk mengimplementasikan Program Prioritas Menteri Agama Republik Indonesia dalam mempromosikan konsep moderasi beragama. Rabu, (12/06/2024).

Pemahaman Islam Moderat oleh Prof. Dr. Hajam

Prof. Dr. Hajam memaparkan materi dengan begitu lugas dan detail, sehingga mudah dipahami oleh seluruh peserta diklat. Dalam presentasinya, beliau menjelaskan bahwa konsep moderasi beragama Kementerian Agama didasarkan pada Perpres No. 58 Tahun 2023 dan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 3 Tahun 2024. Ia menekankan pentingnya mempraktikkan agama dengan sikap ramah, santun, anti radikal, dan inklusif.

“Islam moderat selalu mengedepankan sikap jalan tengah, tidak ekstrem kiri dan tidak ekstrem kanan. Islam mengajarkan kita untuk selalu seimbang, toleran, dan mampu hidup berdampingan dengan kelompok lain yang berbeda paham dan pandangan,” tegas Prof. Dr. Hajam.

Mengangkat Sejarah dan Bukti Nas Al-Quran

Dalam sesi tersebut, Prof. Dr. Hajam juga mengangkat fakta historis dan bukti dari Al-Quran yang menunjukkan bahwa Islam hadir dengan wajah moderat. Ia mengutip beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti Fathul Makkah dan Piagam Madinah, yang menegaskan penolakan terhadap kekerasan dan seruan untuk kemanusiaan.

“Al-Quran tidak memerintahkan sikap tegas dan keras kecuali dalam dua situasi: di medan peperangan dan dalam pelaksanaan sanksi hukum. Selain itu, Islam selalu mengajarkan kelembutan dan toleransi,” jelasnya.

Tantangan Global dan Rekonstruksi Studi Islam

Prof. Dr. Hajam juga membahas tantangan globalisasi yang semakin cepat, maju, dan penuh kompetisi. Ia menyoroti ideologi kapitalisme global dan radikalisme sebagai tantangan besar yang dihadapi umat Islam saat ini.

Dalam konteks dakwah Islam, beliau menekankan pentingnya pendekatan inklusif yang menolak eksklusivisme dan absolutisme. “Paradigma dakwah harus menggunakan pendekatan inklusif, sejalan dengan konsep tauhid yang mengajarkan nilai-nilai persamaan dan keadilan,” ujarnya.

Menutup dengan Harapan dan Komitmen

Prof. Dr. Hajam menutup sesi dengan mengajak seluruh peserta untuk terus mempromosikan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari. Ia berharap, melalui pelatihan ini, para guru madrasah dan GPAI dapat menjadi penggerak utama dalam memperkuat moderasi beragama di lingkungan masing-masing.

Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama ini diharapkan dapat membekali para peserta dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama, sehingga tercipta masyarakat yang harmonis dan toleran.