
UIN Siber Crebon (Kuningan) – Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T., hadir sebagai narasumber utama dalam kegiatan Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama Angkatan II yang diselenggarakan oleh Rumah Moderasi Beragama (RMB) Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon. Kegiatan ini berlangsung pada 21–23 Agustus 2025 di Grage Sangkan Hotel, Kabupaten Kuningan, dengan menghadirkan peserta dari berbagai instansi dan kalangan masyarakat.(21/08).
Dalam materinya yang bertajuk “Sketsa Kehidupan Keberagaman di Indonesia,” Prof. Ramdhani mengajak seluruh peserta untuk merenungkan realitas keberagaman bangsa yang majemuk—terdiri dari ratusan suku, bahasa, budaya, dan agama—yang harus dikelola secara adil dan proporsional.
“Keberagaman bukan tantangan, tetapi kekayaan yang harus dirawat. Dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, moderasi menjadi jembatan utama dalam membangun harmoni,” tegasnya.
Moderasi Beragama: Kembali ke Inti Ajaran
Prof. Ramdhani menekankan bahwa moderasi beragama adalah sebuah pola untuk membuat umat beragama semakin dekat dengan inti ajaran agamanya. Ia mengingatkan bahwa agama, apabila tidak dipahami secara utuh, berisiko untuk disalahgunakan, disalahpahami, bahkan dimanipulasi demi kepentingan tertentu.
“Agama tidak pernah mengajarkan kekerasan. Yang diajarkan adalah nilai, moral, dan kemanusiaan. Kita perlu mengembalikan agama ke porosnya yang sejati,” ujarnya.
Ia juga mengutip pernyataan historis dari Ir. Soekarno:
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Kutipan ini, menurut Prof. Ramdhani, menjadi refleksi penting bahwa tantangan bangsa ke depan bukan lagi penjajahan fisik, tetapi konflik internal, polarisasi sosial, dan krisis identitas yang dapat melemahkan fondasi kebangsaan.
Menyongsong Indonesia 2045 dengan Kecerdasan Spiritual
Dalam sesi yang penuh semangat, Prof. Ramdhani juga menyinggung tentang visi Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia. Namun, ia menegaskan bahwa kekuatan ekonomi harus dibarengi dengan kekuatan karakter dan spiritualitas bangsa.
“Moderasi beragama adalah bekal penting menuju Indonesia 2045. Bangsa yang kuat tidak hanya butuh ekonomi yang kokoh, tapi juga masyarakat yang beradab dan berpikir jernih,” katanya.
Empat Pilar Moderasi Beragama
Lebih lanjut, Prof. Ramdhani menjelaskan empat indikator utama moderasi beragama, yakni:
- Komitmen Kebangsaan
- Toleransi terhadap Perbedaan
- Anti Kekerasan
- Penerimaan terhadap Tradisi Lokal
Menurutnya, keberhasilan moderasi dapat dilihat ketika masyarakat memiliki kemampuan memilah informasi, menangkal hoaks, dan tidak mudah terprovokasi. Ia mengingatkan:
“Sebuah kebohongan yang terus diulang bisa dianggap sebagai kebenaran. Di sinilah pentingnya kecerdasan beragama dan literasi publik.”
Ia juga menekankan bahwa seseorang yang telah menerapkan moderasi akan memiliki kecerdasan yang menyeluruh, baik secara intelektual, emosional, fisik, sosial, maupun spiritual.
Orientasi ini menjadi ruang strategis dalam membangun agen-agen moderasi yang mampu menjawab tantangan zaman dan menjaga persatuan bangsa. UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, melalui Rumah Moderasi Beragama, terus menjadi pelopor penguatan nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan di tengah dinamika masyarakat Indonesia.