PSGAD UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Gelar Edukasi Pencegahan Kekerasan terhadap Anak di MAN 2 Kota Cirebon

UIN Siber Cirebon, (MAN 2) – Pusat Studi Gender, Anak dan Disabilitas (PSGAD) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon kembali menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan lingkungan pendidikan yang aman dan ramah anak dengan menggelar kegiatan “Edukasi Pencegahan Kekerasan terhadap Anak” di MAN 2 Kota Cirebon.(28/07).

Acara yang berlangsung ini dihadiri puluhan siswa dan guru, dengan menghadirkan Fitriana, S.H., M.H., Best Intelegensia Beauty Muslimah Indonesia 2024 sekaligus CPNS Dosen Asisten Ahli UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, sebagai pemateri utama.

Remaja, Fase Rentan yang Membutuhkan Edukasi

Kepala PSGAD, Hj. Masriah, M.Ag., menegaskan bahwa edukasi ini penting karena remaja berada pada fase yang rentan terhadap pengaruh negatif, seperti pergaulan bebas, kekerasan seksual, dan perilaku berisiko yang membahayakan kesehatan reproduksi.

“Kurangnya pemahaman mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi menjadi penyebab maraknya kasus kekerasan pada anak dan remaja. Melalui kegiatan ini, kami ingin membekali siswa dan guru dengan pengetahuan yang tepat agar tercipta lingkungan sekolah yang aman, sehat, dan ramah anak,” ujarnya.

Urgensi yang Tak Terbantahkan

Materi yang disampaikan Fitriana mengangkat tema “Risiko Seks Bebas dan Kesehatan Reproduksi”. Topik ini semakin relevan melihat data KPAI dan Kementerian Kesehatan (Oktober 2020) yang mengungkap fakta mencengangkan:

  • 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seksual di luar nikah.
  • Dari 94.270 perempuan hamil di luar nikah, 20% berasal dari kelompok usia remaja, dan 21% di antaranya pernah melakukan aborsi.

“Data ini menunjukkan bahwa isu ini bukan hanya masalah pribadi, tetapi masalah sosial yang harus ditangani bersama,” tegas Fitriana.

Materi Edukasi: Pencegahan dan Solusi

Dalam sosialisasi ini, peserta mendapatkan pemahaman mendalam tentang:

  1. Bentuk-bentuk kekerasan yang sering tersembunyi di lingkungan sekolah.
  2. Dampak fisik, mental, dan sosial dari seks bebas, seperti kehamilan tidak diinginkan dan penyakit menular seksual.
  3. Solusi praktis, termasuk perilaku hidup bersih dan sehat, menjaga batasan diri, serta strategi pencegahan kekerasan seksual.

“Pepatah mengatakan, buah yang kita petik hari ini tidak ditanam kemarin sore. Apa yang kita lakukan sekarang akan berpengaruh besar lima hingga sepuluh tahun ke depan. Jadi, remaja harus bijak dalam setiap langkah,” pesan Fitriana.

Harapan Jangka Panjang

Melalui edukasi ini, PSGAD berharap tercipta lingkungan sekolah yang bebas kekerasan, sehat, dan ramah anak. Dengan pemahaman yang lebih baik, siswa tidak hanya mampu melindungi diri, tetapi juga menjadi agen perubahan di lingkungannya.

“Kami ingin menanamkan kesadaran sejak dini, karena perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama,” tutup Hj. Masriah.