
UIN Siber Cirebon – Dalam upaya memperkuat peran kampus sebagai ruang yang inklusif dan ramah bagi semua, Pusat Studi Gender, Anak & Disabilitas (PSGAD) LPPM UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon menggelar Seminar Penguatan Layanan Disabilitas bertajuk “Optimalisasi Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas”, Rabu (28/5), di Auditorium LP2M lantai 3.
Acara ini bertujuan untuk memperkuat komitmen terhadap penghormatan, pemajuan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi penyandang disabilitas, sekaligus membuka ruang diskusi tentang kebijakan dan praktik terbaik dalam menciptakan masyarakat yang inklusif dan setara.
Dibuka secara resmi oleh Ketua PSGAD, Hj. Masriah, M.Ag., seminar ini menghadirkan dua narasumber ahli: Angga Yanuar, S.Psi., M.Psi., dengan materi “Kebijakan dan Praktik Inklusif untuk Mahasiswa Difabel di Perguruan Tinggi”, serta Abdul Mujib, dengan topik “Mewujudkan Masyarakat Inklusif”. Jalannya diskusi dipandu oleh moderator Ameliya Dwi Handayni, M.I.Kom.
Pendidikan Inklusif Bukan Sekadar Wacana
Dalam sesi pertama, Angga Yanuar menekankan pentingnya kesetaraan dalam dunia pendidikan. Ia menggarisbawahi bahwa perguruan tinggi wajib menyediakan lingkungan belajar yang akomodatif bagi mahasiswa difabel.
“Hak pendidikan di perguruan tinggi harus bebas dari diskriminasi, dan perguruan tinggi wajib mengembangkan akomodasi yang layak,” tegasnya.
Pernyataannya menjadi pengingat bahwa akses terhadap pendidikan tinggi harus inklusif, mulai dari fasilitas fisik hingga kebijakan akademik.
Menghapus Stigma, Membangun Kemandirian
Berlanjut di sesi kedua, Abdul Mujib menggugah kesadaran peserta mengenai masih kuatnya stigma yang melekat pada penyandang disabilitas.
“Kita sering terjebak dalam anggapan bahwa penyandang disabilitas tidak mandiri. Padahal, dengan dukungan yang tepat, mereka mampu berdiri dan berkarya,” ujarnya.
Ia pun membagikan pengalaman mendirikan Forum Komunikasi Difabel Cirebon (FKDC) sejak 2007, sebagai ruang pemberdayaan dan penguatan komunitas disabilitas. FKDC kini menjadi contoh nyata keberhasilan komunitas dalam mengikis stigma dan meningkatkan kemandirian difabel melalui kegiatan edukatif, advokasi, dan pelatihan keterampilan.
Komitmen PSGAD: Menuju Kampus dan Masyarakat Inklusif
Ketua PSGAD, Hj. Masriah, M.Ag., dalam sambutannya menyampaikan harapan agar seminar ini menjadi langkah awal menuju pemenuhan hak disabilitas secara menyeluruh.
“Semoga kegiatan ini menjadi tonggak kesadaran kolektif untuk memberikan hak kesetaraan bagi penyandang disabilitas,” ucapnya.
Ia juga menegaskan komitmen PSGAD untuk terus menyelenggarakan kegiatan edukatif serupa, demi mendorong perubahan positif di tengah masyarakat dan menciptakan ruang akademik yang lebih ramah bagi semua kalangan.
Kesimpulan: Dari Seminar Menuju Aksi Nyata
Seminar ini bukan sekadar forum ilmiah, tetapi juga momentum refleksi dan langkah awal menuju sistem layanan disabilitas yang lebih manusiawi dan berkeadilan. Dengan meningkatnya partisipasi dan kesadaran kolektif, diharapkan berbagai sektor – termasuk pendidikan – mampu menjadi garda terdepan dalam mewujudkan masyarakat inklusif.