PSGAD UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Gelar Workshop Nasional: Dorong Kurikulum Inklusif untuk Gender dan Disabilitas

UIN Siber Cirebon – Pusat Studi Gender, Anak, dan Disabilitas (PSGAD) Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong pendidikan yang adil dan merata melalui Workshop Nasional bertema “Merancang Kurikulum Setara dan Aksesibel untuk Semua: Gender dan Disabilitas”. Kegiatan ini digelar secara virtual melalui platform Zoom dan diikuti oleh lebih dari 70 peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan pemerhati isu pendidikan inklusif.

Workshop menghadirkan dua narasumber nasional, yakni Prof. Dr. Tri Marhaeni Pudji Astuti, M.Hum. (dosen Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, FISIP UNNES Semarang) dan Ro’fah, MA., Ph.D. (Koordinator Program Magister Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Kedua pakar ini dikenal sebagai akademisi sekaligus aktivis yang fokus pada isu gender, inklusi, dan pendidikan berbasis keadilan sosial.

Dalam sambutannya, Hj Masriah, M.Ag., Kepala PSGAD UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, menegaskan pentingnya merancang kurikulum yang ramah gender dan aksesibel bagi penyandang disabilitas.

“Tujuan utama workshop ini adalah meningkatkan kesadaran dan kapasitas para pendidik serta akademisi untuk menghadirkan kurikulum yang inklusif dan setara. Ini bukan hanya isu akademik, tetapi juga upaya strategis mewujudkan pendidikan yang selaras dengan prinsip keadilan dan kesetaraan,” ujarnya.

Mengintegrasikan Perspektif Gender, Bukan Merombak Kurikulum

Prof. Dr. Tri Marhaeni menekankan bahwa mengubah kurikulum secara menyeluruh bukanlah solusi cepat. Sebaliknya, pendekatan integrasi tema gender ke dalam mata kuliah yang sudah ada dinilai lebih efektif.

“Merubah kurikulum itu tidak mudah dan membutuhkan perjalanan panjang. Maka, mari kita memasukkan perspektif gender tanpa harus merombak kurikulum, agar tetap inklusif bagi semua, termasuk kelompok difabel,” tegasnya.

Hal senada disampaikan oleh Ro’fah, MA., Ph.D., yang menekankan pentingnya penghapusan diskriminasi dalam dunia pendidikan.

“Dunia ini diciptakan satu, untuk difabel, laki-laki, serta perempuan. Maka tidak ada pemisah di antara kita. Segregation is not an option!” ucapnya tegas.

Mengapa Perspektif Gender dan Disabilitas Penting?

Isu ini sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, khususnya prinsip “No One Left Behind”. Dengan mengintegrasikan analisis gender dan disabilitas, perguruan tinggi dapat memastikan semua kelompok mendapatkan akses pendidikan yang adil, tanpa hambatan struktural maupun kultural.

Workshop ini bukan hanya ruang diskusi, tetapi juga forum strategis untuk menghasilkan rekomendasi konkret bagi pengembangan kurikulum di perguruan tinggi. Diharapkan, hasil diskusi ini mampu mendorong perubahan nyata dan menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, ramah gender, serta responsif terhadap keberagaman peserta didik.