PSGAD UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Peringati Hari Kartini dengan Halal Bihalal Berkesan

UIN Sber Cirebon — Perayaan Hari Kartini tahun ini terasa istimewa di lingkungan Pusat Studi Gender, Anak dan Disabilitas (PSGAD) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon—atau Cyber Islamic University (CIU)—yang berpadu dengan tradisi Halal Bihalal. Kegiatan dilaksanakan di Gedung LP2M lantai 3, menghadirkan suasana kekeluargaan sekaligus pengayaan wawasan bagi lebih dari 100 peserta sivitas akademika dan undangan.

Masri’ah, M.Ag., Ketua PSGAD, membuka acara dengan menegaskan betapa relevannya semangat emansipasi Kartini bagi perempuan Indonesia masa kini. “Memperingati Hari Kartini bukan sekadar menghormati jasa pahlawan, melainkan menghidupkan nilai–nilai keberanian, kebebasan berpikir, dan semangat gotong‑royong,” ujarnya. Dalam nuansa halal bihalal, ia menambahkan, “Kita merajut kembali tali silaturahim setelah Ramadhan, sekaligus memperkuat solidaritas antargender di kampus.”

Sesi Materi: Kartini dari Berbagai Perspektif

  1. “RA Kartini dalam Perspektif Pendidikan”
    • Dr. Hj. Eti Nurhayati, M.Si. membuka wawasan tentang perjalanan hidup Kartini sejak usia 12 tahun hingga wafat pada usia 25 tahun—tepat empat hari usai melahirkan. Ia menyoroti kegigihan Kartini menuntut ilmu meski terkungkung adat.

2. “Kartini dalam Perspektif Sosial Budaya”

    •  Hj. Ratna Puspitasari, M.Pd. memaparkan evolusi figur Kartini dalam ranah sosial budaya, menekankan pentingnya pendidikan perempuan. Ia mengutip,

“Mendidik satu laki‑laki berarti mendidik satu orang, namun mendidik satu perempuan berarti mendidik satu generasi.”

Dan menambahkan, “Anak cerdas lahir dari ibu yang cerdas—sebuah warisan intelektual Kartini.”

  1. “Kartini dalam Perspektif Gen Z”
    • Syifa Soraya, mahasiswi semester 6, mewakili generasi muda memaparkan bagaimana Kartini menjadi inspirasi bagi Gen Z:

“Kartini mengajarkan kita berani mengekspresikan diri, berpendapat, dan meraih kesempatan—nilai yang terus kami bawa dalam dunia digital saat ini.”

Setelah penyampaian ketiga materi, acara berlanjut dengan Halal Bihalal: para peserta saling bermaaf‑maafan dalam suasana hangat, ditemani hidangan khas Lebaran. Sesi tanya jawab kemudian memantik diskusi kritis: mulai tentang inklusi gender di lembaga pendidikan hingga tantangan perlindungan anak di era media sosial. Semua pertanyaan dijawab komprehensif oleh narasumber.

Kegiatan ini tidak hanya memperkuat nilai historis Hari Kartini, tetapi juga mendekatkan makna kebersamaan pasca-Ramadhan. Para peserta mengaku terinspirasi untuk meneruskan semangat Kartini dalam karya akademik, sosial, maupun dakwah. Masriah menutup dengan harapan: “Semoga PSGAD terus menjadi ruang dialog kritis dan penggerak transformasi sosial demi kesetaraan dan keadilan gender di kampus maupun masyarakat.”