
UIN Siber Cirebon (Gunung Djati)— Tokoh dan juru bicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Mawar Kartina, S.H., M.H., menegaskan pentingnya Pesanggrahan Giri Amparan Djati sebagai salah satu situs bersejarah dalam proses awal Islamisasi Nusantara. Dalam kesempatan tersebut, ia mengutip prasasti yang menegaskan posisi Amparan Djati sebagai tempat Syekh Maulana Dzatul Kafi (Syekh Nurjati/Syekh Nu Drjati) meletakkan dasar-dasar dakwah Islam di tanah Jawa.
“Di bukit inilah Syekh Maulana Dzatul Kafi sebagai salah satu peletak awal proses Islamisasi di Nusantara. Dan di tempat inilah berkumpulnya Walisongo untuk belajar menimba ilmu sekaligus bermusyawarah,” tutur Ratu Mawar.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dalam tradisi lisan Cirebon, Amparan Djati dikenal sebagai “puser bumi” atau pusat bumi, yang dipandang sebagai pusat kosmologis, spiritual, sekaligus simbol awal peradaban Islam di Cirebon.
Menurut kepercayaan lokal, kawasan ini juga merupakan cikal bakal berdirinya “pengguron”—pusat pendidikan Islam pertama di Cirebon—yang berfungsi bukan hanya sebagai lembaga formal, melainkan juga padepokan atau pesantren awal. Tempat ini diyakini menjadi ruang penting bagi para wali dalam menyebarkan ajaran Islam, ilmu pengetahuan, sekaligus nilai-nilai kebudayaan.
Ratu Mawar menegaskan bahwa Amparan Djati memiliki tiga makna mendasar:
- Pusat spiritual (puser bumi): titik keseimbangan kosmos Cirebon.
- Awal mula pengguron: lahirnya lembaga pendidikan Islam pertama di Cirebon.
- Simbol penyebaran Islam Walisongo: terutama melalui dakwah Sunan Gunung Jati dan jejaring murid-muridnya.
Dari fondasi tersebut, lanjutnya, lahirlah banyak pengguron dan pesantren yang berkembang pesat di wilayah Cirebon dan sekitarnya, menjadikan Cirebon sebagai salah satu pusat intelektual dan spiritual Islam di Nusantara.
Menutup pemaparannya, Ratu Mawar memberikan pesan moral yang mendalam:
“Kita sebagai makhluk Allah yang lemah jangan pernah sombong, jumawa, atau mengaku paling kaya dan sempurna. Karena sesungguhnya di hadapan Allah SWT, yang akan diperhitungkan hanyalah iman dan amal ibadah kita.”
Dengan refleksi tersebut, Amparan Djati tidak hanya dipandang sebagai situs sejarah, tetapi juga sebagai cermin spiritualitas yang mengajarkan kerendahan hati, keilmuan, dan pengabdian bagi kemaslahatan umat.
Seminar ini menjadi bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-60 UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon yang diinisiasi oleh Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUA). Kegiatan ini tidak hanya menyoroti warisan sejarah, tetapi juga menjadi momentum refleksi bagi sivitas akademika untuk memperkuat identitas keilmuan yang berakar pada warisan Syekh Nurjati.