RMB UIN Siber Cirebon Hadir di Kinderfield-Highfield School: Kawal Moderasi Beragama Lewat Keteladanan Sosok Paus Fransiskus

UIN Siber Cirebon – Komitmen untuk memperkuat pengarusutamaan moderasi beragama di kalangan generasi muda kembali ditegaskan oleh Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, yang juga dikenal dengan Cyber Islamic University  (CIU), melalui partisipasinya dalam acara bertema kemanusiaan dan lintas agama di Kinderfield-Highfield School Cirebon, Rabu, 30 April 2025. Kegiatan ini digelar sebagai bentuk penghormatan dan refleksi terhadap nilai-nilai yang diwariskan oleh Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal luas karena keteladanannya dalam mengusung toleransi, ekologi, dan kesederhanaan.

Bertempat di Multimedia Room sekolah tersebut, acara diikuti oleh puluhan siswa-siswi kelas 7, 8, dan 11 yang datang dari berbagai latar belakang agama—Islam, Kristen, Katolik, dan Buddha—yang selama ini hidup berdampingan dalam semangat inklusif.

Acara diawali dengan pemutaran video mengenang perjalanan dan pemikiran Paus Fransiskus. Selanjutnya, perwakilan siswa Katolik dan siswi Buddha tampil mengulas kembali pesan-pesan universal dari tokoh dunia tersebut, menegaskan bahwa nilai-nilai kemanusiaan sejatinya dapat menjadi titik temu lintas iman.

Dalam sambutannya, Muhammad Maimun, Ketua RMB UIN SSC, menyatakan bahwa kehadiran RMB dalam kegiatan ini bukan sekadar seremoni, tetapi sebagai wujud nyata dari praktik moderasi beragama yang hidup di tengah masyarakat majemuk.

“Praktik pengamalan moderasi beragama seperti yang dilakukan di Kinderfield-Highfield School adalah langkah strategis dalam membentuk generasi muda yang memiliki kesadaran akan pentingnya hidup bersama secara damai dan saling menghormati,” ungkap Maimun.

Ia menambahkan bahwa menanamkan nilai-nilai moderasi sejak dini sangat penting agar para pelajar tidak hanya tumbuh sebagai pribadi berilmu, tetapi juga sebagai agen kerukunan di tengah dinamika sosial keagamaan.

Turut hadir dalam kegiatan ini, dua pengurus RMB, Abdul Hamid dan Ihsan Sa’dudin, yang menyampaikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif pihak sekolah. Menurut mereka, acara semacam ini menjadi model pendidikan lintas agama yang perlu direplikasi di banyak institusi pendidikan lain.

“Anak-anak di sini menunjukkan bahwa perbedaan iman bukan penghalang untuk merawat nilai-nilai kemanusiaan bersama. Justru inilah wajah Indonesia yang sesungguhnya—plural dan rukun,” kata Ihsan.

Dari pihak sekolah, Pendeta Heru Kusumo, pengajar agama Kristen, menyambut baik kolaborasi ini dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran RMB UIN SSC. Ia menyebut kegiatan ini sebagai bagian dari misi spiritual sekaligus edukatif dalam membentuk lingkungan sekolah yang harmonis dan inklusif.

“Kehadiran Rumah Moderasi Beragama UIN SSC memperkuat pesan yang ingin kami tanamkan kepada siswa: bahwa keberagaman adalah anugerah, dan toleransi adalah jalan kebersamaan,” ujar Pdt. Heru.

Selain Heru, kegiatan ini juga didukung oleh Karjono (Penyuluh Agama Katolik) dan Deni (Pengajar Agama Islam) yang bersama-sama membina siswa-siswi untuk terus memupuk rasa hormat, pengertian, dan kasih terhadap sesama, tanpa memandang perbedaan agama.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa moderasi beragama tidak hanya menjadi wacana akademik, tetapi juga bisa hidup nyata di ruang kelas—di mana anak-anak dari berbagai latar belakang belajar bersama tentang cinta kasih, kedamaian, dan kemanusiaan.