Untuk mendukung inovasi penyelenggaraan sertifikasi pembimbing manasik haji di era pandemi Covid-19 dan pemanfaatan teknologi yang mutakhir, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon melalui Center for Hajj and Umrah Studies mengembangkan Sertifikasi Haji Virtual berbasis IT. Program sertifikasi pembimbing manasik haji ini menggunakan model pelatihan berbasis online, offline, dan paperless. Hal ini mulai dilakukan dalam program Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Angkatan VII hasil kerjasama IAIN Syekh Nurjati Cirebon bersama Kementerian Agama Kantor Wilayah Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. (19-30 Oktober 2020).
Kegiatan yang dilaksanakan selama 12 hari tersebut menggunakan metode blended learning, yaitu dengan memadukan pembelajaran dalam jaringan dan luar jaringan. Kordinator program, H. Mohammad Yahya, M.Hum menambahkan, website yang dimiliki lembaganya terintegrasi dengan sistem yang mumpuni, yaitu meliputi proses perekaman kehadiran, sajian materi, proses penugasan, survei, penilaian, dan monitoring yang semuanya dilakukan melalui teknologi informasi. Beliau Menjelaskan, “Peserta tidak lagi repot untuk mencari materi, mengumpulkan tugas dan melihat evaluasi dirinya, karena semua dapat diakses melalui satu aplikasi digital.”
Kegiatan ini pun mendapatkan apresiasi dari Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat, Dr H Adib MAg. Dia mengungkapkan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon mampu membuat grand design kegiatan pelatihan di masa Pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Angkatan Ke-VII Reguler ini menjadi starting point pelatihan pembimbing manasik haji dan umrah profesional berbasis daring-luring.
Bahkan, hal ini dikuatkan Kabid PHU Kemenag Jawa Barat, Drs. H. Ajam Mustajam M.Si. Dia menuturkan, pelaksanaan sertifikasi haji virtual dengan teknologi digital adalah yang pertama di Indonesia, dan Jawa Barat adalah pencetusnya. Untuk itu, dukungan konsep dan teknis kegiatan yang baik menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini. Selain itu, menurut dia, model pelatihan berbasis teknologi akan mampu meningkatkan pemahaman peserta terhadap perkembangan zaman yang dinamis. “Permasalahan pembimbing haji yang tidak mampu menjalankan aplikasi-aplikasi haji Kemenag. Harapanya tidak ada lagi, pembimbing haji mampu melakukan akselerasi literasi teknologi dan setiap proses yang terkait dengan ibadah haji.”
Beliau mengungkapkan, antusias peserta terlihat melalui partisipasinya dalam penggunaan teknologi. Peserta yang didominasi oleh para Ulama, Kyai dan Pembimbing yang berpengalaman tersebut melalui proses pelatihan berbasis online dengan sangat baik. Salah satu peserta pelatihan, H Abdul Aziz Siswanto menuturkan, dirinya merasa bersyukur dengan model pelatihan seperti ini. Pasalnya, menurut dia, segalanya dapat lebih mudah. Pasalnya, dengan menyimak materi melalui konferensi virtual, sehingga dalam pembelajaran dan penugasan tidak memerlukan banyak kertas. “Selanjutnya, kami yang belum paham dengan gawai akhirnya mampu mengoperasikan aplikasi-aplikasi online melalui bimbingan dari fasilitator dan panitia. Harapanya, ini tetap dipertahankan dan dikembangkan.”