Tanah Lebih Subur, Sampah Berkurang: Terobosan Biopori Mahasiswa KKN Kebonturi untuk Urban Farming

UIN Siber Cirebon (Kebonturi) – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 91 UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon melakukan langkah nyata dalam menghadapi permasalahan lingkungan dan pangan melalui program “Lubang Resapan Biopori (Bapari)” di Desa Kebonturi, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Program yang dilaksanakan selama dua hari ini menggabungkan edukasi dan praktik langsung dalam penerapan biopori untuk mendukung urban farming dan pengelolaan sampah organik.(02/08).

Mengusung tema “Tanah Lebih Subur, Sampah Berkurang,” kegiatan dimulai dengan sosialisasi kepada warga di Dusun 01, 02, dan 03, tentang manfaat biopori dalam meningkatkan daya serap air tanah, mengurangi genangan, serta mengolah sampah organik menjadi kompos alami. Narasumber kegiatan, Ceri Novramdani, menjelaskan bahwa biopori merupakan solusi sederhana namun berdampak besar bagi ketahanan lingkungan dan pertanian rumah tangga.

“Dengan kompos dari biopori, warga tidak perlu bergantung sepenuhnya pada pupuk kimia. Lebih ramah lingkungan dan hemat biaya,” jelas Ceri saat menyampaikan materi di hadapan warga.

Pada hari kedua, mahasiswa bersama warga melaksanakan praktik langsung pembuatan biopori di enam titik rumah—dua di Dusun 01, tiga di Dusun 02, dan satu di Dusun 03. Menggunakan peralatan sederhana seperti linggis, cangkul kecil, dan alat gali manual, mereka membuat lubang vertikal, memasang pipa PVC, dan mengisinya dengan sampah organik berupa daun kering dan sisa dapur rumah tangga.

Menurut Kemilau Mutiara Harky, anggota tim pelaksana, kegiatan ini memberikan pengalaman sekaligus keterampilan baru dalam pengelolaan limbah yang bermanfaat langsung untuk warga. “Kita tidak hanya belajar soal lingkungan, tapi juga tentang bagaimana teknologi sederhana bisa menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat,” ujarnya.

Program ini diharapkan dapat menjadi contoh penerapan biopori di tingkat rumah tangga. Raisunnas Shidqul Amien, pemapar program, menyatakan bahwa gerakan ini bukan hanya soal lubang di tanah, tetapi tentang membangun kesadaran kolektif terhadap pentingnya pertanian pekarangan dan pengelolaan sampah.

“Semoga ke depan semakin banyak warga yang mengaplikasikan biopori untuk mendukung pertanian pekarangan dan kelestarian lingkungan,” ujarnya.

Apresiasi juga datang dari masyarakat.  Agus, warga Dusun 02 yang rumahnya menjadi lokasi praktik, berharap kegiatan ini dapat dilanjutkan secara luas. “Kalau bisa, biopori ini ada di setiap rumah supaya sampah organik bisa habis diolah jadi pupuk,” katanya.

Program “Bapari” yang dilaksanakan oleh KKN 91 ini dinilai sangat relevan dengan isu lingkungan dan ketahanan pangan saat ini. Biopori tidak hanya menyuburkan tanah dan mengurangi limbah, tetapi juga memperkuat sistem urban farming yang mudah diterapkan oleh masyarakat. Dengan publikasi dan replikasi yang tepat, inovasi ini berpotensi menjadi gerakan lingkungan yang berkelanjutan dan berdampak luas.