IAIN Cirebon – Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon sukses menyelenggarakan kegiatan Penandatanganan Kerjasama (PKS) yang dilaksanakan oleh Siti Maryam Munjiat, S.S., M.Pd.I., Ketua Jurusan PAI FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan Achmad Kurniawan Pasmadi, M.P.I., Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Kendal Batang (UMKABA).
Turut hadir dan menyaksikan penandatanganan PKS beberapa jajaran pimpinan dari Universitas Muhammadiyah Kendal Batang (UMKABA), di antaranya: Wakil Rektor 2 Moh. Isnanto, M.E, Wakil Rektor 3 Dr. Utomo, M.Pd, Dekan Fak. Humaniora Dr. Taufik Pandan, M.H, Wakil Dekan 1 Muhamad Nur, M.S.I, Wakil Dekan 2 Dr. Mukhammad Anieg, Lc., M.S.I, Wakil Dekan 3, Syaiful Hadi, M.Pd, Ketua LPM Dr. M. Fadholi Noer, M.Pd, Direktur Ma’had Jami’ah, K.H. Ikhsan Intizam, Lc, M.Ag.
Di dalam PKS ini berisi tentang kerjasama terkait Tri Dharma Perguruan Tinggi mencakup kerjasama dalam bidang Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Kegiatan Visiting Lecturer atau Kuliah Dosen Tamu, dengan mengangkat tema “Pendidikan Islam dan Kesalehan Sosial di Era 5.0” yang sudah terselenggara pada hari Rabu, 13 Desember 2023 merupakan bentuk tindak lanjut dari kerjasama dalam bidang Pendidikan dan Pengajaran.
Pada kegiatan Visiting Lecturer ini menghadirkan 4 narasumber ahli dan berkompeten, yaitu Dr. Ramat Setiawan, M.S.I, Dr. H. Iwan, M.Ag., Dr. Moh. Ali, M.Pd.I, Dr. Achmad Lutfi, S.Ag, M.S.I.
Dalam sambutannya Dekan FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. Saifuddin, M.Ag. menegaskan bahwa perkembangan teknologi Era 5.0 atau era Industri 5.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang pesat, terutama dalam bidang digital. Perkembangan teknologi ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam kehidupan sosial. Perubahan yang mempengaruhi karakteristik peserta didik yang saat ini disebut istilah Gen-Z. Oleh karenanya, kesalehan sosial yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai moral dan agama ini menjadi sangat penting untuk menjaga keharmonisan dan kerukunan dalam masyarakat, dan untuk para peserta didik kita. Namun demikian, perkembangan teknologi di era 5.0 juga menjadi tantangan bagi pendidikan Islam khususnya.
Dekan FAI UMKABA, Dr. Rahmat Setiawan, M.S.I, sebagai pemateri pertama dalam kegiatan Visiting Lecturer ini, memulai dengan pertanyaan kepada seluruh peserta, siapa di antara kalian yang tadi malam baca buku?. Pertanyaan ini penting diajukan untuk memperoleh gambaran betapa sedikit di antara peserta didik di zaman sekarang yang sangat jarang mau membaca buku. Peserta didik di era 5.0 lebih mengutamakan hal-hal instan dan mengesampingkan proses.
“Padahal justru proses dengan segala tantang dan rintangan yang dihadapkan dalam memperoleh kesuksesan itulah yang menjadikan seseorang menjadi bijak. Maka jangan heran jika di zaman sekarang perilaku bijak ini telah terkikis dan mulai hilang. Maraknya tawuran, bullying antar pelajar dan tindak kekerasan lainnya, salah satunya merupakan dampak dari ketidakbijaksanaan dalam berdigital.” Dr Rahmat menuturkan.
Tiga narasumber lain yang turut menyampaikan materi dalam kegiatan ini sepakat dengan pemikiran tersebut. Masing masing pemateri menyumbangkan ide solutif dalam menghadapi tantangan pendidikan Islam di era 5.0. Dr. Iwan, M.Ag. selaku pemateri kedua, memberikan gagasan solutif dengan tinjauan dari perspektif filsafat, dengan mengangkat tema presentasinya “Ikhtiar Epsitemologis Menundukkan Pendidikan Islam yang Berkeadaban”. Dalam pemaparannya disampaikan bahwa aspek utama yang harus diperhatikan dalam pendidikan di Era 5.0 adalah bimbingan dan pengarahan yang berkelanjutan, adanya keseimbangan asupan nutrisi antara jasmani dan ruhani, antara akal, qalbu dan nafsu.
Sementara itu, Dr. Moh. Ali, M.Pd.I selaku pemateri ketiga memberikan gagasan solutif dengan tinjauan dari perspektif Qolbu dan mental digital (digital culture) dengan mengangkat tema “Hukum Kesuksesan Pendidikan Era 5.0”, menurutnya ada 5 hal yang harus diperhatikan untuk sukses menjadi pendidik di Era 5.0, yaitu adanya Responsibility, Kolaborasi, Repetisi, Religiusitas, Continue Quality improvement, dan Digitalisasi Culture digital.
Adapun Dr. Achmad Lutfi, S.Ag, M.S.I, yang merupakan dosen IAT FUA selaku pemateri keempat melengkapi seluruh gagasan dengan panduan wahyu, inspirasi Qur’an dengan mengangkat tema “Inspirasi Qur’ani Pembentukan Karakter Umat di Era 5.0”. Mengawali presentasinya, pemateri mengutip tafsir Al Qur’an surat Ali Imron ayat 104, kemudian menjelaskan makna Ma’ruf, Munkar dan Muflih yang dimaksud di ayat tersebut, yakni Ma’ruf adalah Ismun li kulli fi’lin yu’rafu bi al ‘aqli aw asy syar’ilihusnihi ( nama bagi semua perbuatan yang dapat dikenali oleh akal ataupun syara’ tentang kebaikannya. Munkar adalah kullu fi’lin tahkumu al-‘uqulu as-shalihah bi qubhin ( Setiap perbuatan yang mampu dikenali oleh akal sehat dan syara’ sebagi keburukan/kejahatan. Adapun muflih dimaknai dengan orang-orang yang beruntung. Sesi pemaparan materi kemudian di tutup dengan menggaungkan yel yel “Generasi Gen-Z muflih, say Yes to ma’ruf and No to munkar”(ZS)