Menariknya, salah satu asesor visitasi tersebut, Prof Dr H Dede Rosyada MAg mengungkapkan, transformasi IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi UIN ini unik. Pasalnya, kata dia, transformasi tersebut tidaknya hanya UIN, tapi juga berbasis siber.
“Memang ada beberapa penilaian terkait kesiapan untuk menjadi UIN, seperti SDM yang kita awasi betul, sistem managemen keuangan, mutu yang khas, dan beberapa aspek lainnya,” kata Prof Dede.
Untuk diketahui, IAIN Syekh Nurjati Cirebon dipercaya oleh Kementerian Agama untuk menjadi Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia (UISSI). Sehingga, proses transformasi di kampus ini tidak saja terkait UIN tetapi juga kampus yang berbasis siber.
Bahkan, sebelum ditunjuknya IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi UISSI, tepatnya sejak tahun 2015 lalu, kampus ini telah menerapkan Smart Campus. Sehingga, berbagai kegiatan yang dilaksanakan di kampus ini, baik pembelajaran maupun aktivitas administrasi lainnya telah menggunakan teknologi informasi.
Pasalnya, sejak saat itu, kampus ini memang telah menyadari penggunaan teknologi di masa yang akan datang akan terus berkembang. Sehingga, IAIN Syekh Nurjati Cirebon pun melakukan inovasi yang memanfaatkan teknologi komunikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di kampus setempat.
Hal itu pun tentu diikuti dengan perubahan lainnya, seperti aspek manajemen, fasilitas belajar, mutu akademik, peningkatan akreditasi, dan perubahan-perubahan lainnya yang berkelanjutan ke arah yang lebih baik.
Salah satu terobosan yang menarik dari Smart Campus IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini yaitu lahirnya aplikasi e-Learning Managemen System (LMS). Aplikasi ini dikembangkan secara khusus untuk mengelola kelas online, mendistribusikan materi pelajaran dan memungkinkan kolaborasi antara mahasiswa dan dosen. LMS IAIN Syekh Nurjati Cirebon berbasis platform Moodle yang dapat memudahkan proses pembelajaran.
Namun, secara kebetulan pada tahun 2020 terjadi pandemi Covid-19 yang mengharuskan kegiatan perkuliahan secara daring. Sehingga, aplikasi LMS ini lahir di saat yang tepat dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon telah memiliki perangkat untuk menerapkan perkuliahan di masa pandemi secara virtual.
Bahkan, Dekan Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr Hajam MAg memaparkan, LSM ini pun telah digunakan oleh Prodi Bahasa dan Sastra Arab di fakultas setempat. Hal itu dilakukan dengan melalui sejumlah tahapan yang dibangun untuk peningkatan mutu yang berkelanjutan.
Proses tersebut, lanjut Hajam, diawali dengan visitasi ISO. Saat itu, Tim Asesor ISO merekomendasikan adanya suatu aplikasi yang dapat menunjang kegiatan perkuliahan. Untuk itu, rekomendasi tersebut kemudian segera dijawab oleh kampus dengan meluncurkan LMS yang dikoordinasikan Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD). Hal itu seperti gayung bersambut, LMS pun berjalan dengan dinahkodai oleh Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Arab (BSA).
“LMS sudah berjalan baik di BSA, baik itu untuk perkuliahan maupun info-info lainnya. LMS juga sangat mendukung dengan bertepatannya IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia dan ini pertama di Indonesia. Apalagi SDM yang kami miliki, baik tenaga IT maupun SDM sudah sangat mumpuni, sehingga program Smart Campus sudah sangat siap termasuk menjadi kampus islam siber,” terang Hajam.
Kendati demikian, kata Hajam, masih ada sejumlah kendala yang membutuhkan dukungan untuk peningkatan pelayanan. Seperti terkendalanya server yang masih satu pintu. Pasalnya, ungkap dia, idealnya setiap fakultas harus suah memiliki server masing-masing, sehingga program LMS dapat berjalan dengan lebih baik.
“Saat ini server yang ada di PTIPD merupakan sarana lama yang pengadaannya dilakukan pada tahun 2011 sehingga perlu dilakukan peremajaan. Bisa kita bayangkan, server pengadaan tahun 2011 harus digunakan secara berkelanjutan untuk menopang semua kebutuhan lembaga, ditambah dengan perubahan status kelembagaan IAIN Cirebon menjadi kampus islam siber, tentu ini bisa menjadi pekerjaan rumah tersendiri,” paparnya.
Hajam menegaskan, persoalan ini penting untuk segera dicarikan jalan keluar oleh lembaga. Pasalnya, jika melihat SDM dan tenaga IT yang dimiliki IAIN Syekh Nurjati tidak ada persoalan, semuanya sudah sangat baik dan mumpuni. Bahkan, yang dapat menerapkan LMS ini pun adalah prodi yang harus terakreditasi A.
Selanjutnya, papar dia, kendala lainnya adalah perlu adanya sosialisasi dan pelatihan serta pembinaan kepada mahasiswa. Bahkan, kata Hajam, juga kepada tenaga pengelola di masing-masing jurusan.
“Pada perkembangan berikutnya, kita inginkan kampus siber yang saat ini menjadi pilot project-nya adalah Prodi PAI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Ke depan dengan tenaga IT dan SDM yang kita miliki bisa merata ke semua fakultas dan prodi-prodi yang ada di Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia,” tandasnya.