IAIN Cirebon – Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan kegiatan Workshop Inovasi Kurikulum dan Model Pembelajran On-Flek dengan tema “The Cyeber-Based Curriculum Development Innovation” yang bertempat di Auditorium Gedung FTIK pada hari senin, 19 Februari 2024. Workshop tersebut dihadiri oleh Prof. Dr. Hajam, M. Ag (Wakil Rektor III IAIN Syekh Nurjati Cirebon) didampingi Dr. Siti Fatimah, M.hum (Dekan FDKI), Dr. Izzuddin, MA (Wadek I FDKI), Dr. Naila Farah, M.Ag (Wadek II FDKI), Ketua Jurusan se-Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, serta mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam.
Kegiatan workshop ini diawali oleh sambutan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam yaitu Dr. Siti Fatimah M.Hum. yang dalam sambutannya mengatakan bahwa universitas baik pengajar maupun mahasiswa harus mengerti persoalan yang ada di masyarakat terkait dengan situasi pengembangan zaman. Dengan adanya workshop ini beliau berharap kurikulum yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam kedepannya akan memiliki inovasi digital sehingga tidak gagap dalam mengiringi kemajuan masa depan.
Kemudian dilanjutkan dengan sesi sambutan dan pembukaan kegiatan workshop oleh Wakil Rektor III, Prof. Dr. H. Hajam M.Ag. Beliau menjelaskan bahwa untuk mengadaptasi kurikulum berbasis siber denhan memasukkan ajaran Islam tradisional, penting untuk memperhatikan tiga hal utama yaitu aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Selain itu, Prof. Dr. H. Hajam M.Ag. menegaskan bahwa dalam merancang kurikulum siber yang mencakup nilai-nilai ajaran Islam tradisional, haruslah tetap memperhatikan dan mengintegrasikan kearifan lokal.
Setelah pembukaan dilanjutkan dengan sesi I penyampaian materi oleh narasumber, Dr. Abdullah Sumrahadi, S.IP., M.Sc., Presiden Universitas Kebangsaan Malaysia. Dalam presentasinya, beliau membahas integrasi nilai-nilai ajaran Islam tradisional ke dalam kurikulum berbasis siber untuk mendukung komunikasi, yang dikembangkan melalui platform e-learning termasuk podcast, dengan mempertimbangkan fleksibilitas, interaktivitas, dan efektivitas. Beliau menekankan pentingnya pengajar memperhatikan keterampilan literasi digital dalam studi komunikasi Islam dan bagaimana keterampilan tersebut dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum.
Dr. Abdullah Sumrahadi, S.IP., M.Sc. juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan etika dan aspek komunikasi online dalam konteks Islam saat menggunakan platform digital, serta bagaimana hal tersebut dapat disertakan dalam kurikulum. Beliau juga mendorong penggunaan metode pengajaran inovatif seperti gamifikasi, realitas virtual, atau simulasi interaktif dalam pembelajaran studi komunikasi Islam, dengan tujuan meningkatkan hasil pembelajaran. Selain itu, Dr. Abdullah Sumrahadi juga membahas peran kurikulum berbasis siber dalam memfasilitasi komunikasi lintas budaya dalam konteks Islam, serta mempromosikan pemahaman dan toleransi.
Pada sesi II, Prof. Dr. Mohd Kamarulnizam bin Abdullah, seorang Dosen dari Universitas Kebangsaan Malaysia, menyampaikan materi terkait dengan delapan elemen karakter mahasiswa yang menjadi fokus dalam penyusunan kurikulum, yaitu, (1) memahami materi yang diajarkan, (2) konektivitas, (3) kemampuan mahasiswa dalam mentransformasi keterampilan yang dimiliki (4) penguasaan teknologi, (5) keterampilan interpersonal (6) keterampilan komunikasi, (7) keterampilan digital dan (8) keterampilan kepemimpinan. Beliau juga menekankan pentingnya fleksibilitas dengan tidak mewajibkan tatap muka setiap hari, sehingga dapat mengurangi biaya administrasi dan memungkinkan promosi perkuliahan online oleh universitas dengan menyediakan fasilitas bagi pengajar.
Prof. Dr. Mohd Kamarulnizam bin Abdullah juga menyoroti perlunya perubahan dalam metode pembelajaran dengan memanfaatkan pendekatan presentasi melalui video singkat yang menjelaskan konsep materi, didukung dengan ketersediaan internet yang memadai. Sebagai contoh, jika pengajar tidak dapat hadir, materi kuliah dapat direkam dan diakses oleh mahasiswa kapan pun dan di mana pun. Di akhir sesi, beliau menegaskan pentingnya memilih platform digital yang aman untuk digunakan sebagai sarana pembelajaran.