UIN Siber Cirebon (Yogyakarta) —Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Nurjati Cirebon, yang juga dikenal sebagai Cyber Islamic University (CIU), dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) terus memperkuat komitmen mereka dalam berinovasi di bidang pendidikan. Komitmen ini tercermin melalui kegiatan Penandatanganan Kerjasama dan Studium General yang berlangsung pada 8 Oktober 2024, di Gedung Aphitarium Lantai 9 Kampus 4 UAD Yogyakarta. Acara ini merupakan tindak lanjut kemitraan asosiasi Pendidikan Agama Islam (PAI) terkait tri dharma perguruan tinggi dengan mengangkat tema “Influencer Muslim: Membangun Personal Branding Guru PAI yang Positif, Inspiratif, dan Inklusif.”
Dalam sambutannya, Ketua Program Studi PAI, Yazida Ichsan, S.Pd.I., M.Pd., menyatakan bahwa kerjasama ini merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan lulusan yang siap menghadapi tantangan di era digital. “Kerjasama ini adalah langkah penting dalam menciptakan inovasi pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan menggabungkan kekuatan dua institusi, kami optimis dapat mencetak lulusan yang kompeten dan siap berkontribusi di dunia pendidikan,” ujar Yazida.
Siti Maryam Munjiat, S.S., M.Pd.I., Ketua Jurusan PAI UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, menambahkan bahwa kolaborasi ini sangat relevan dengan visi perguruan tinggi berbasis teknologi informasi. “UIN Siber Syekh Nurjati berkomitmen untuk mendukung pendidikan yang berorientasi pada masa depan. Kerjasama ini akan mendukung kami dalam menjadi trendsetter dalam pendidikan agama Islam yang unggul di bidang teknologi,” jelas Siti Maryam.
Studium General ini juga diisi oleh narasumber dari UIN Siber Syekh Nurjati, Muhadditsir Rifa’i, S.Pd.I., M.Pd.I., yang menyampaikan materi terkait personal branding dalam perspektif Al-Qur’an. Ia menekankan pentingnya membangun citra diri yang positif di era digital dengan memanfaatkan platform-platform digital secara maksimal. “Membangun branding diri yang positif dengan kompetensi khusus yang dimiliki masing-masing individu sangat penting. Di era digital, seorang guru PAI bisa menjadi influencer layaknya seorang Da’i, dengan media sosial sebagai wadah dakwahnya,” tutur Muhadditsir. Ia juga menekankan bahwa konsistensi dalam membangun citra positif sangat diperlukan agar guru dapat menjadi figur inspiratif dan inklusif.
Sementara itu, Dr. Fandi Ahmad, M.Pd.I., narasumber dari UAD, menyoroti pentingnya penguasaan kompetensi khusus bagi guru PAI, termasuk kemampuan mengajar membaca Al-Qur’an isyarat bagi siswa berkebutuhan khusus. “Kementerian Agama telah mengeluarkan panduan isyarat huruf hijaiyah dan tanda baca untuk membantu siswa berkebutuhan khusus. Guru PAI perlu berpartisipasi dalam upaya memberantas buta huruf Al-Qur’an di kalangan siswa berkebutuhan khusus dengan menguasai bahasa isyarat ini,” jelas Fandi Ahmad.
Dr. Fandi Ahmad juga mengungkapkan bahwa UAD telah menyediakan mata kuliah opsional tentang pengajaran Al-Qur’an isyarat ini. “Kami di Prodi PAI UAD telah membuka mata kuliah untuk mendalami kompetensi ini, namun statusnya sebagai mata kuliah pilihan, bukan wajib,” tambahnya.
Kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara UIN Siber Syekh Nurjati dan UAD dalam menciptakan inovasi pendidikan yang relevan di era digital serta mempersiapkan guru PAI yang lebih inspiratif, inklusif, dan berdaya saing global.