UIN Siber Cirebon Mantapkan Posisi Sebagai Pelopor Kampus Islam Digital Lewat Rakerpim 2025: Kuatkan Visi, Hadapi Tantangan Global

UIN Siber Cirebon — Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon, atau yang dikenal secara luas sebagai Cyber Islamic University (CIU), kembali menegaskan perannya sebagai pionir kampus Islam digital di Indonesia. Melalui Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) Tahun 2025 yang digelar selama tiga hari, 21–23 Mei 2025, di Luxton Cirebon Hotel, UIN Siber Cirebon merumuskan arah strategis kelembagaan dengan mengangkat tema besar:

“Penguatan Ekosistem Digital Multimedia University (DMU): Inovasi, Kompetensi, dan Kolaborasi Global untuk Masa Depan Berkelanjutan.”

Agenda Rakerpim ini tak hanya menjadi ajang evaluasi dan konsolidasi internal, namun juga menjadi panggung pemetaan isu-isu strategis pendidikan tinggi nasional dan global, penyusunan program prioritas Tahun Akademik 2026, serta penetapan milestone jangka panjang menuju Indonesia Emas 2045.

Dari Peta Isu Menuju Lompatan Masa Depan

Sesi pemetaan isu dan perumusan program strategis dipandu oleh Ilham Bustomi, M.Ag., Kepala Pusat Audit Mutu. Dalam sesi ini, berbagai perspektif kunci terangkat, khususnya dari Prof. Dr. Hajam, M.Ag., Wakil Rektor III, yang menekankan pentingnya Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam mengukur kualitas tridarma perguruan tinggi.

“Ke depan, program studi kita harus kolaboratif, partisipatif, dan bertaraf internasional. IKU bukan sekadar angka, tapi wajah dari mutu perguruan tinggi kita,” ujar Prof. Hajam. Ia menyebutkan IKU penting seperti: lulusan memperoleh pekerjaan layak, mahasiswa dan dosen aktif di luar kampus, keterlibatan praktisi mengajar, kerja sama internasional, serta pengakuan hasil kolaborasi oleh masyarakat global.

Isu Strategis PTK: Dari Akses hingga Inovasi

Paparan selanjutnya disampaikan oleh Ketua Lembaga Penjaminan Mutu, Prof. Dr. Hj. Ria Yulia Gloria, M.Pd., yang mengupas tuntas tantangan utama Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) di Indonesia. Beberapa isu krusial yang disorot antara lain:

  • Kualitas Pendidikan: Peningkatan kompetensi dosen dan kurikulum berbasis digital.
  • Akses dan Kesetaraan: Pengembangan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh.
  • Relevansi Sosial: Konektivitas program akademik dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
  • Pengembangan SDM: Penguatan kompetensi global bagi lulusan dan tenaga pendidik.
  • Inovasi dan Riset: Dukungan anggaran dan peningkatan produktivitas publikasi ilmiah.

Prof. Ria juga mengingatkan bahwa target APK (Angka Partisipasi Kasar) Pendidikan Tinggi nasional sebesar 60% pada 2045 menuntut kerja keras, mengingat posisi saat ini baru mencapai 31,45% (BPS 2023).

Merancang Masa Depan: Milestone 2045

Sesi dilanjutkan dengan Sekretaris LPM Toheri, M.Si., yang memberikan refleksi dan prediksi pendidikan tinggi dalam lima tahun ke depan. Ia menyoroti pentingnya integrasi teknologi digital, pembelajaran berbasis keberlanjutan (sustainable learning), dan daya tahan kampus dalam menghadapi disrupsi global.

Sementara itu, Dr. H. Ayus Ahmad Yusuf, M.Si., selaku Wakil Rektor I, memaparkan secara komprehensif isu-isu strategis nasional dan internasional yang harus direspons PTK ke depan. Ia juga memaparkan kerangka kerja jangka pendek (quick wins) dan strategi jangka panjang dalam roadmap menuju 2045.

“Dari semua pembahasan, kita bisa tarik empat pilar penting yang harus kita perkuat—sesuai arahan Rektor: Capital, Penguatan SDM, Teknologi, dan Spirit of entrepreneurship. Inilah fondasi masa depan UIN Siber Cirebon,” tegas Ayus.

Dalam suasana hangat namun penuh semangat di Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) 2025, sesi pembahasan internasionalisasi kampus menjadi sorotan penting. Acara yang dipandu oleh Ilham Bustomi, M.Ag., selaku moderator diskusi, menghadirkan pemikiran strategis dari para pimpinan universitas mengenai langkah konkret menuju Cyber Islamic University (CIU) yang mendunia.

Belajar dari Jerman: Dua Syarat Menjadi Kampus Global

Dalam sesi tersebut, Lala Bumela, PhD., Kepala International Office UIN Siber Cirebon, membagikan insight berharga dari kunjungan akademiknya ke Jerman. Ia menekankan bahwa untuk dapat diakui sebagai kampus global, terdapat dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh perguruan tinggi:

  1. Internasionalisasi Kurikulum

Kurikulum harus dirancang dengan pendekatan global, memungkinkan pertukaran pelajar dan program joint degree, serta penyusunan materi yang relevan dengan tantangan internasional.

  1. Jaringan dan Kolaborasi Internasional

Kemitraan dengan universitas luar negeri, lembaga riset global, hingga keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam forum akademik internasional menjadi kunci penting dalam membangun reputasi global.

“Kampus digital tanpa orientasi global akan tertinggal. Kita perlu membangun sistem yang mendukung mobilitas internasional dan jejaring global, bukan hanya menunggu undangan, tapi aktif menawarkan kolaborasi,” tegas Lala.

Peluang Magang Internasional di Jepang

Melengkapi pembahasan tersebut, Prof. Dr. H. Sugianto, S.H., M.H., Wakil Direktur Pascasarjana UIN Siber Cirebon, mengungkapkan bahwa peluang mahasiswa UIN untuk magang ke luar negeri, khususnya ke Jepang, semakin terbuka lebar. Ia menyebut bahwa ke depan, kampus telah menjalin komunikasi awal dengan beberapa mitra industri dan universitas di Jepang.

“Ada banyak sektor yang bisa dimasuki mahasiswa kita, mulai dari teknologi, manufaktur, hingga pendidikan. Kita ingin mahasiswa bukan hanya belajar teori, tapi juga menyerap budaya kerja internasional secara langsung,” jelas Prof. Sugianto.

Kolaborasi dengan Dunia Usaha: CSR untuk Beasiswa dan Program Studi Istimewa

Solihin, S.H., M.Kn., anggota Dewan Pengawas BLU UIN Siber Cirebon, menekankan bahwa transformasi UIN Siber tidak hanya bertumpu pada internal akademik, tetapi juga perlu didukung oleh dunia usaha di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan).

“Kita harus segera menjalin MoU dengan para pelaku usaha, terutama dalam skema Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung beasiswa bagi calon mahasiswa di program studi strategis dan istimewa,” tegas Solihin.

Menurutnya, pendekatan ini bukan hanya memperluas akses pendidikan tinggi berbasis digital, tetapi juga memperkuat peran kampus dalam pembangunan ekonomi lokal yang berkelanjutan.

Double Track dan Magang Internasional: Siapkan Mahasiswa Hadapi Dunia Kerja Global

Sementara itu, Dr. Jaja Suteja, M.Pd.I., turut memperkuat gagasan yang disampaikan oleh Lala Bumela, Kepala International Office, terkait arah internasionalisasi kampus. Ia menegaskan pentingnya penerapan pendekatan double track dalam pendidikan tinggi—yakni membekali mahasiswa tidak hanya dengan keilmuan akademik, tapi juga kompetensi praktis yang aplikatif di dunia kerja.

“Kita harus secepatnya mengkomunikasikan peluang magang mahasiswa ke luar negeri, khususnya ke Jerman, setelah MoU disepakati. Ini akan menjadi langkah konkret dari strategi internasionalisasi UIN Siber Cirebon,” kata Dr. Jaja.

Dengan sistem double track, mahasiswa dipersiapkan untuk mampu bersaing di dua jalur sekaligus—akademik dan profesional—yang semakin relevan di era digital dan pasar kerja global.

CIU: Dari Cirebon Menuju Kelas Dunia

Rakerpim 2025 menjadi penanda kuat bahwa UIN Siber Cirebon bukan sekadar institusi pendidikan, melainkan bagian dari gerakan membangun peradaban digital Islam yang cerdas dan adaptif. Dengan arah yang jelas dan dukungan sivitas akademika yang solid, Cyber Islamic University (CIU) siap mengangkat nama Cirebon ke panggung global.

UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon telah melangkah jauh dalam waktu singkat—dari transformasi institusi menjadi universitas unggul, kini menatap masa depan sebagai kampus Islam digital kelas dunia. Rakerpim 2025 telah menunjukkan: visi besar dimulai dari komitmen kolektif dan langkah strategis yang terukur.