UM-PTKIN 2025 Hari Kedua: Panlok UIN Siber Cirebon Tunjukkan Tanggap Darurat Humanis untuk Peserta yang Sakit

UIN Siber Cirebon — Pelaksanaan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) 2025 melalui Sistem Seleksi Elektronik (SSE) resmi memasuki hari kedua dan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia. Ribuan peserta mengikuti ujian berbasis digital ini dengan semangat dan antusiasme tinggi. Namun, di tengah suasana seleksi nasional tersebut, Panitia Lokal (Panlok) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC) menghadapi sebuah insiden yang menguji kesiapsiagaan dan kualitas layanannya.

Seorang peserta atas nama Rifda Maulaya Asa Ayyahdiyani, asal Desa Cibinbin, Kabupaten Kuningan, mengalami gangguan kesehatan di tengah proses ujian, sehingga tidak dapat menyelesaikan tes.

Menanggapi hal ini, Basiran, M.A., Kepala Admisi dan Promosi UIN SSC, menyampaikan bahwa tim panitia segera memberikan penanganan medis awal melalui fasilitas kesehatan yang tersedia di panlok. “Namun setelah dilakukan observasi oleh tim medis, kami menilai kondisi Rifda membutuhkan penanganan lebih lanjut. Maka kami segera berkoordinasi dengan panitia pusat dan mengambil tindakan cepat,” ungkap Basiran.

Sementara Mohamad Arifin, M.Pd.I Pranata Humas Ahli Muda UIN SSC, menegaskan, langkah konkret yang diambil panlok adalah mengantarkan peserta menggunakan ambulans milik UIN SSC, yang merupakan bagian dari fasilitas kampus. Fasilitas ini, bersama dengan layanan klinik kampus, dikelola oleh Pusat Pengembangan Bisnis (P2B), sebagai salah satu unit yang menunjang layanan berbasis Badan Layanan Umum (BLU) UIN SSC.

“Kami bukan hanya tempat pelaksanaan ujian, tapi juga menjadi tuan rumah yang bertanggung jawab atas kenyamanan dan keselamatan para peserta. Ambulans dan layanan klinik adalah bentuk komitmen kampus terhadap pelayanan prima,” tegas Arifin.

Kejadian ini menjadi sorotan karena memperlihatkan tingkat kesiapan dan profesionalitas Panlok UIN SSC dalam menghadapi situasi tidak terduga. Tidak hanya sigap, namun juga menunjukkan pendekatan yang humanis dan peduli terhadap peserta.

Langkah cepat dan tanggap ini pun sejalan dengan misi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon sebagai Cyber Islamic University (CIU) yang tidak hanya unggul secara digital, namun juga mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan pelayanan berbasis empati.

Dengan kasus Rifda, panitia kembali menegaskan bahwa seluruh peserta UM-PTKIN memiliki hak yang sama atas kenyamanan, keamanan, dan perlakuan terbaik, termasuk dalam kondisi darurat. “Kami berharap Rifda segera pulih dan mendapat kesempatan terbaik sesuai prosedur dari panitia pusat,” tutup Arifin.

Pelaksanaan UM-PTKIN 2025 di UIN Siber Cirebon pun terus berlanjut dengan disiplin, ketertiban, dan komitmen tinggi dari seluruh unsur panitia, menjadikan kampus ini sebagai salah satu titik pelaksanaan terbaik dalam seleksi nasional pendidikan tinggi keagamaan Islam tahun ini.