Workshop Edukasi Seksual di Harjamukti: Upaya Tim Abdimas CIU dan Relawan PSGA Cegah Pernikahan Dini

UIN Siber Cirebon – Dalam upaya mencegah pernikahan dini, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, yang juga dikenal dengan Cyber Islamic University (CIU), berkolaborasi dengan Relawan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) menggelar workshop bertema “Pendampingan Edukasi Seksual sebagai Upaya Pencegahan Pernikahan Dini”. Acara yang berlangsung di Balai Pertemuan RW 07 Kelurahan Harjamukti, Kota Cirebon ini bertujuan mendukung pencapaian Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 5: Gender Equality (Kesetaraan Gender). Sabtu, (30/11/2024).

Workshop ini dihadiri oleh perangkat desa, kader Posyandu, dan perwakilan remaja Kelurahan Harjamukti. Dengan menggandeng narasumber dari Puskesmas Kalitanjung yang kompeten di bidang kesehatan reproduksi, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko dan dampak pernikahan dini serta pentingnya komunikasi dalam keluarga terkait edukasi seksual.

Ketua panitia, dalam pembukaan acara, menekankan pentingnya edukasi seksual untuk mencegah pernikahan dini yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Pernikahan dini, sesuai definisi UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, merujuk pada pernikahan di mana salah satu atau kedua mempelai berusia di bawah 18 tahun.

Narasumber dari Puskesmas Kalitanjung menjelaskan berbagai risiko pernikahan dini, seperti gangguan kesehatan reproduksi, putusnya pendidikan, hingga dampak sosial ekonomi yang lebih luas. “Pernikahan dini tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga keluarga dan masyarakat secara keseluruhan,” ujar narasumber.

Sesi diskusi menjadi momen penting dalam workshop ini, di mana peserta menunjukkan antusiasme tinggi dalam bertanya dan berbagi pandangan. Pertanyaan seputar tekanan sosial, cara menangkal stigma budaya, hingga pentingnya kesiapan mental dan finansial sebelum menikah mendominasi sesi ini.

“Keberanian peserta untuk bertanya menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap isu ini dan ingin mencari solusi yang lebih baik bagi generasi muda,” ujar Dr. Masri’ah, M.Ag., salah satu pembicara.

Di akhir acara, peserta diajak untuk merefleksikan pentingnya kolaborasi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan kesehatan reproduksi. Dr. Masri’ah menegaskan bahwa isu seperti kehamilan tidak diinginkan dan pernikahan dini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.

“Kita membutuhkan upaya kolektif untuk memberikan pendidikan dan kesadaran tentang bahaya pernikahan dini, agar generasi muda dapat tumbuh dengan sehat dan memiliki masa depan yang lebih cerah,” tutup Dr. Masri’ah.

Melalui workshop ini, diharapkan masyarakat Harjamukti dapat menjadi agen perubahan dalam pencegahan pernikahan dini, mendukung kesetaraan gender, dan memberdayakan perempuan serta anak-anak untuk masa depan yang lebih baik.