Tanamkan Perspektif Pendidikan Islam, FITK Upaya Ciptakan Guru Profetik PPG Dalam Jabatan

Menindaklanjuti kesuksesan angka kelulusan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2023 yang naik menjadi 85%, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon selenggarakan Focus Group Discussion (FGD) “Strategi Pendampingan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar untuk Peserta PPG dalam Jabatan” di Ruang Flamboyan Grand Tryas Hotel, Jalan Tentara Pelajar Nomor 103 – 107, Kejaksan Cirebon pada Hari Senin 18 Desember 2023 pukul 08.00 – 16.00 WIB.

Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber Dr. Anis Masykur, M.A (Kepala Subdirektorat Pendidikan Kesetaraan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Dirjen Pendis). Berbagai unsur peserta hadir dalam kegiatan ini dimulai dari dosen, tenaga kependidikan maupun guru-guru pamong yang terlibat dalam Program PPG sewilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka maupun Kuningan. Hadir menyampaikan sambutan sekaligus pembukaan acara, Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon yaitu Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag menyampaikan bahwa institut mendukung transformasi digital melalui digitalisasi ekonomi, digitalisasi layanan dan digitalisasi masyarakat. Ketiganya diperlukan untuk mendukung terwujudnya SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik).

FGD yang diselenggarakan kali ini bukan hanya untuk menguatkan motivasi menyambut transformasi digital di dunia pendidikan, tapi juga mengembalikan spirit pendidikan Islam yang seharusnya dijadikan warna dalam setiap kurikulum yang diimplementasikan. Perspektif mengenai pendidikan Islam yang perlu dijadikan sebagai motivasi bagi para pendidik antara lain, pertama, perspektif ibadah dalam praksis pendidikan sebagai niat awal bagi para pendidik untuk mengajar. Kedua, hubungan guru dan murid diikat dengan kekuatan mahabbah fillah. Ketiga, penguatan akhlak atau karakter di atas ilmu. Keempat, penguatan kecerdasan melalui adab baik adab antara guru dengan murid, adab antara murid dan guru, adab terhadap diri sendiri baik dalam kegiatan pembelajaran maupun media pembelajaran. Kelima, keberkahan dan kemanfaatan ilmu dalam kehidupan. Keenam, hati sebagai fokus utama pendidikan sehingga menciptakan harmoni dan mendukung terwujudnya tazkiyatun nufus. Dengan kata lain, kejernihan hati mendorong terciptanya kesucian jiwa dari perbuatan syirik dan mampu diwujudkan melalui potensi-potensi menjadi kualitas-kualitas yang luhur (akhlakul hasanah), proses pertumbuhan, pembinaan akhlakul karimah (moralitas) dalam jiwa peserta didiknya. Ketujuh, pendekatan ikhtiar pengkondisian dan hidayah Ilahi. Kedelapan, bertauhid dalam praksis pendidikan (takdir, iradah), dan sinergi doa antar stakeholder pendidikan.