Komunitas Sahabat Pena Kita (SPK) bekerjasama dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon gelar Webinar “Literasi Untuk Mengabdi dan Mengabadi”

Komunitas Sahabat Pena Kita (SPK) bekerjasama dengan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon belum lama ini menggelar Webinar  Literasi dan Kopdar V sekaligus Lounching Buku.

Acara yang berlangsung via Zoom Meeting itu mengusung tema “Literasi Untuk Mengabdi dan Mengabadi”. Sabtu, (11/7/2020)

Ketua Pelaksana, Dr. Didi Junaedi, MA, mengatakan, kegiatan ini merupakan kerjasama antara Sahabat Pena Kita dan Kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon

“Saya berharap semoga kegiatan webinar literasi ini mampu menggugah kesedaran kita semua untuk tetap dan terus berbagi ilmu dan pengetahuan yang kita miliki dengan mengabadikannya melalui tulisan, melalui karya, sebagai warisan intelektual untuk generasi mendatang,” Katanya

Dr. M. Arfan Mu’ammar, M. Pd. I, selaku ketua Sahabat Pena Kita mengungkapkan  bahwa SPK ini dibentuk sejak 23 Juli 2018 dan baru resmi sebagai yayasan berbadan hukum 2019.

 

“SPK ini telah menerbitkan buku sekita 14 buku.  Setiap bulan bagi anggota SPK wajib mengirim sebuat tulisan,  dan 6 bulan sekali mengadakan kopdar dan melaunching buku,”. Ujar pria yang juga Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya itu

Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. H. Sumanta Hasyim, M.Ag, menyampaikan pada sambutannya, Webinar ini merupakan sebuah momen sangat penting bagi kita untuk menggugah kesadaran berliterasi, yakni menggali ilmu pengetahuan melalui aktivitas membaca dan menulis.

“Kita tidak bisa membayangkan, seandainya para ulama, ilmuwan masa lalu tidak mengabadikan ilmu pengetahuan yang mereka miliki dengan menuliskannya dalam sejumlah karya. Pasti Ilmu pengetahuan itu akan sirna ditelan zaman,”. Ujarnya

Ia melanjutkan, Masa depan peradaban manusia pasti akan jatuh di titik nadir yang paling rendah. Dunia akan mengalami gulita pengetahuan. Walhasil, kehidupan pun akan menemui kegelapan. Karena itu, saya sangat menyambut dengan antusias perhelatan ini.

Dr. Haidar Bagir, yang hadir selaku narasumber menyampaikan, Menulis bersifat eksistensial,  hidup kita bermakna bila menulis.

Ia menegaskan dengan mengutip dari Pramoedya Ananta Toer, bahwa orang boleh pandai setinggi langit tapi selama tak menulis akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah.

“Mengutip juga dari cucu Rasulullah,  seorang ulama besar yaitu Imam Ja’far al-Shadiq bahwa, ikatlah ilmu dengan menulisnya,”. Ujar direktur Mizan itu

Bahkan, lanjut dia, Sejarah Islam adalah sejarah literasi. Al-Farabi jika tidak salah, selama 20 tahun menacari buku karya Aristoteles dan beliau baru menemukannya di pasar Bagdad.  Sejak saat itu, begitu dahsyatnya para pemikir Islam untuk menulis karya.

Narasumber lainnya, Habiburrahman El-Shirazy, juga menyampaikan, Menulis itu wajib dengan makna seluas-luasnya. Al- Imam Asy-Syuyuti telah menulis 600 judul buku lebih yang satu bukunya saja berjilid-jilid.

Menurutnya, Menulis bisa wajib karena bila seseorang yang memiliki ilmu bila tidak ditulis akan hilang seiring meninggalnya orang tersebut .

“Wahyu Al-Qur’an yang pertama turun juga merupakan penekanan terhadap membaca dan menulis.  Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui manusia,” Ujar pria yang juga novelis itu

Ia menegaskan, Banyak peristiwa besar yang terjadi yang dimulai dari goresan pena.  Seperti yang terdapat pada QS. An-Naml,  mengisahkan Nabi Sulaiman yang mengirim surat kepada Ratu Balqis, sehingga negeri yang dipimpin Ratu Balqis masuk islam.

“Banyak juga pemimpin-pemimpin besar yang merupakan seorang penulis ulung. Seperti Ir. Soekarno, Bung Hatta,  Pak Nasir, KH.  Hasyim Asyari,  KH. Sholeh Darat.  Merupakan tokoh-tokoh yang bisa kita teladani dalam hal keseriusan mereka dalam berliterasi,”. Tandasnya

Sementara itu, dalam sesi lounching buku, Prof. Dr M.  Chirzin, M. Ag, mengatakan, Mengapa perlu menulis buku?,  karena buku merupakan barometer zaman,  penggerak sebuah perubahan.  Tulisan adalah warisan peradaban yang tidak akan akan mati.