FGD Penelitian Afirmasi Perguruan Tinggi IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Focus Group Discussion (FGD) Penelitian Afirmasi Perguruan Tinggi IAIN Syekh Nurjati Cirebon Tahun 2022 dengan tema “Pemetaan Wilayah Kajian Kelompok Riset IAIN Syekh Nurjati Cirebon” bertempat di aula gedung masjid At-Taqwa Cirebon.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepda Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Penelitian Afirmasi Perguruan Tinggi IAIN Syekh Nurjati Cirebon Tahun 2022 dengan tema “Pemetaan Wilayah Kajian Kelompok Riset IAIN Syekh Nurjati Cirebon” bertempat di aula gedung masjid At-Taqwa Cirebon. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program penelitian afirmatif 2022 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang dikawal oleh Peneliti Syaeful Badar dan Ade Hidayat. FGD ini menghadirkan enam narasumber, yaitu Laksdya TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, KH. Wawan Arwani, Inang Winarso, H. Yoyon Indrayana, drh. RH. Bambang Irianto, dan Muhtar Jaidin, yang dimoderatori oleh Kapus Penelitian LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Budi Manfaat.

Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag (Ketua LP2M) menyampaikan kegiatan ini merupakan bagian dari penelitian afirmatif 2022 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang dikawal oleh dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon yakni H. Syaiful Badar, M.A dan Ade Hidayat. “Penelitian tersebut dimaksudkan untuk merumuskan peta wilayah kajian di IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang dibagi pada lima kelompok (klaster) riset, riset ke-Indonesiaan, keislaman, sosial kemasyarakatan, ke-Cirebonan, dan sainstek”. 

Menurut beliau, pemetaan wilayah penelitian dapat menggambarkan potensi, karakteristik, dan kekhasan riset di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. “Untuk itu penyelengaraan Focus Group Discussion (FGD) dimaksudkan untuk menyamakan persepsi, penggalian pandangan lebih mendalam terkait pada penetapan dan perumusan tema-tema besar kelompok riset yang akan diturunkan pada topik-topik kajian yang lebih spesifik”.

Pada kluster riset Keindonesiaan yang menjadi narasumber adalah Laksdya TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro. Jenderal bintang tiga kelahiran Tegal yang menjabat sebagai Sekjen Dewan Ketahanan Nasional RI ini menyampaikan tantangan internal dan eksternal bagi identitas kebangsaan, pemeliharaan nilai kewarganegaraan, dan memperkuat identitas Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan dan bermental bahari.

Narasumber kluster keislaman yaitu KH. Wawan Arwani, yang memperkuat pemaparan mengenai identitas kebangsaan Indonesia dengan menyampaikan hubungan khas antara kebangsaan dan keislaman di Indonesia. Ketua Syuriah PC NU Kabupaten Cirebon ini menegaskan bahwa melalui hubungan erat kebangsaan dan keislaman tersebut mampu mengukuhkan umat Islam Indonesia yang berpegang pada nilai-nilai agama Islam sekaligus berjiwa Pancasila, sehingga Islam dan Pancasila tidak perlu dipertentangkan. “Pancasila dan agama menjadi menjadi simpul bagi perbedaan di Indonesia dalam merawat persatuan dan kesatuan bangsa”.

Pembicara ketiga, Inang Winarso, menyoroti mengenai pentingnya standar etik bagi riset sosial kemasyarakatan. Seorang peneliti penting dalam mengawali risetnya dengan menentukan keberpihakan terhadap subjek penelitian.

Direktur Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat ini memberikan gambaran bahwa keberpihakan peneliti sosial akan memperkuat pilihan metodologi dan analisisnya demi kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberpihakan juga akan menuntun peneliti sosial pada subjek penelitian yang memang membutuhkan perbaikan hidup.

Selanjutnya H. Yoyon Indrayana sebagai Widyaiswara Ahli Madya BPSDMD Provinsi Jawa Tengah yang menekankan pentingnya riset dan inovasi untuk meningkatkan kemampuan daya saing global. Di mana posisi Indonesia sekarang berdasarkan The Global Competitiveness Report 2019 maka peringkat daya saing Indonesia menduduki peringkat 50 dunia dari 141 negara yang disurvei. “Hal ini tentu sangat penting ditingkatkan mengingat sumber daya alam (SDA) dan jumlah sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam usia produktif yang melimpah”.

Narasumber yang mewakili kluster Kacirebonan, yaitu budayawan Muhtar Jaidin dan Ketua Rumah Budaya Pasambangan Jati Cirebon, drh. RH. Bambang Irianto. Pembicara Muhtar Jaidin memaparkan pada masa kejayaan Kesultanan Cirebon menjadi salah satu kota yang pernah dikunjungi Laksamana Cheng Ho. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Cirebon sebagai kota besar, menjadi puser bumi, salah satu pusat perdagangan dunia. Sehingga kajian mengenai Kacirebonan dan sejarahnya dapat digunakan sebagai cermin sekaligus pijakan dalam mendukung meningkatkan kesejahteraan bangsa, khususnya Cirebon menjadi kota metropolitian yang berbudaya, humanis, maju, dan kreatif. Guna mendukung kajian mengenai Kacirebonan tersebut, Rumah Budaya Pasambangan Jati Cirebon telah menghimpun sekira 600 manuskrip yang sudah digitalisasi sebagai sumber atau referensi utama dalam kajian berbagai bidang disiplin ilmu.