Ismayasari dalam pertemuan tersebut menjelaskan, bahwa KADIN menjadi wadah komunikasi bagi para pelaku usaha di Indonesia. Hal tersebut dilakukan oleh KADIN melalui upaya mensinergiskan tiga kekuatan penggerak ekonomi, yakni akademisi, praktisi dan pemerintah.
“Ketiga kekuatan penggerak ekonomi tersebut harus dapat berjalan beriringan,” terangnya dihadapan Rektor IAIN SNJ Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg.
Menurut Ismayanti, KADIN berharap dapat melakukan kerjasama yang lebih intens dengan IAIN Cirebon, dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari masing-masing pihak, yaitu pelaku usaha dan mahasiswa sebagai calon pelaku usaha.
Dimana hal tersebut dapat menjadi program pengabdian masyarakat bagi perguruan tinggi. “Ya, tentu saja ini merupakan program yang berkaitan dengan tridharma perguruan tinggi,” paparnya lagi.
Sementara menurut pelaku usaha lainnya yang juga merupakan rombongan dari KADIN Kota Cirebon, H Sujud mengatakan, bahwa saat ini, KADIN berfokus pada UMKM dengan Program ‘KADIN Grow Up UMKM’ dan ‘KADIN Home Business’.
“Diharapkan KADIN dapat bersinergi dengan IAIN Cirebon melalui keberlanjutan program kerjasama dengan HIPMI PT,” katanya.
Sedangkan menurut Ketua HIPMI Cirebon, Ara, bahwa dari tahun 2014 sudah banyak kegiatan HIPMI di tingkat mahasiswa IAIN Cirebon.
Sementara itu, Rektor IAIN SNJ Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg menyambut baik kerjasama ini. Dirinya menjelaskan bahwa transformasi IAIN ke UIN diikuti dengan transformasi keuangan KNBP ke BLU. Dan salah satu pertimbangan bagi kesuksesan perguruan tinggi yang sukses adalah perguruan tinggi yang dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan pengembangan diri, salah satunya menjadi enterpreuner.
Mahasiswa yang memiliki jiwa enterpreuner lah, kata Sumanta, yang dapat eksis dan menghadapi tantangan sekaligus memberikan respon yang positif di era 4.0.
“Kurikulum kampus merdeka membuka kesempatan bagi lembaga untuk melakukan berbagai kerjasama yang dapat mengembangkan minat enterpreuner yang pada akhirnya menguntungkan bagi Mahasiswa,” ujarnya.
Sedangkan menurut Dekan FSEI IAIN SNJ Cirebon, Perguruan Tinggi memang harus selalu melakukan kolaborasi, salah satunya dengan jaringan pengusaha/pelaku bisnis.
“Jumlah mahasiswa yang banyak menjadi keuntungan tersendiri ketika berbicara mengenai pengembangan kelembagaan. Memberikan peluang sebesar-besarnya melalui program riil bagi mahasiswa salah satunya melalui industri halal,” katanya.
Maka dengan kerjasama ini, lanjutnya, mahasiswa akan dibekali pengganti mata kuliah di FSEI dan dapat menjadi sumber daya awal yang dapat dimaksimalkan dalam program magang dan lain sebagainya, dalam rangka pengenalan kewirausahaan.
“Kekurangan yang harus terus diperbaiki adalah aplikasi kurikulum merdeka masih belum maksimal,” terangnya.
Kendati begitu, mahasiswa dengan basis prodi ekonomi Islam dapat melakukan KKM degan menindaklanjuti kerjasama di wilayah wisata halal.
“Ya, intinya kerjasama dengan KADIN dan fakultas ini akan segera ditindaklanjuti,” tandasnya.
Hal senada disampaikan dosen FSEI, Abdul Azis dan Nining, bahwa saat ini yang terpenting adalah bagaimana merubah mindset mahasiswa untuk menjadi wirausaha.
Kemudian memetakan potensi desa yang ada di Cirebon, disamping memerlukan pembinaan dan pendampingan kepada mahasiswa calon wirausaha. Karena mahasiswa IAIN Cirebon sendiri sudah memiliki 40 outlet bisnis.
“Fakultas syariah menginginkan ada inkubator bisnis untuk menampung keinginan berwirausaha bagi para mahasiswa. Kemudian kerjasama diharapkan dapat memfasilitasi PPL bagi mahasiswa Akuntansi, Perbankan/Ekonomi Syariah,” terangnya.
Sementara menurut Pranata Humas IAIN SNJ Cirebon, H Muhamad Arifin MPd, kerjasama ini dapat menjadi daya dukung bagi pengembangan Perguruan Tinggi, terutama bagi pengembangan mahasiswa di bidang ekonomi dan skill. “Ya, tentunya sangat mendukung,” tandasnya.