MPI IAIN Syekh Nurjati Cirebon Gelar Bukber Di Lingkungan Kampus Tercinta

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menggelar Buka Bersama yang dihadiri oleh 13 dosen di lingkungan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Jum’at. 14 April 2023.

Kegiatan tersebut dihadiri Dr. H.Taqiyuddin, M. Pd  (Ketua jurusan),  Dr. Mumun Munawaroh, M. Si (Sekretaris Jurusan), dan dosen dilingkungan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Selaku penceramah Bpk. Maman Supriatman (Dosen Sepuh), Beliau memberikan tausiyah bahwa puasa bersifat rahasia, hanya pribadi dan Allah yg tahu apakah dia berpuasa atau tidak. Jangan sampai kita berpuasa tetapi pahalanya tdk ada, karena masih banyak mengumbar kemaksiatan.

Puasa Ramadhan Ala Al-Ghazali dan Al-Qusyairi. Tahukah anda bahwa puasa Ramadhan adalah ibadah yang sangat istimewa? Bukan saja karena Allah langsung yang menilai dan membalasnya, sebagaimana disabdakan Rasulullah dalam sebuah hadits qudsi. Tetapi juga karena perintah puasa dalam Al-Quran adalah satu-satunya ayat perintah ibadah yang ditutup dengan kata la’allakum tattaqun, agar kalian menjadi orang yang bertaqwa.

Puasa Ramadhan adalah jalan pintas untuk mendongkrak kualitas ketaqwaan seorang muslim. Secara umum ia mempunyai tiga tingkatan : biasa, khusus (khas) dan sangat khusus (khashul khawash). Puasa biasa, adalah menahan diri dari makan, minum dan hubungan biologis antara suami istri dalam jangka waktu tertentu. Adapun puasa khusus, adalah menahan telinga, mata, lidah, tangan serta kaki dan juga anggota badan lainnya dari perbuatan maksiat. Sedangkan puasa sangat khusus, adalah puasa hati. Maksudnya, menjaga hati dari lalai mengingat Allah SWT.

Puasa biasa adalah puasanya orang awam, atau muslim kebanyakan, yang ukurannya adalah fiqih. Jika telah syarat dan rukunnya telah ditetapi, puasa itu pun sah. Ini juga tidak salah. Karena memang standar keabsahan puasa yang digunakan ulama fiqih diukur dengan kapasitas orang awam yang sering lalai, mudah terperangkap dalam urusan duniawi.

Sebagaimana disebutkan dalam kisah Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ketika menerima surat dari langit. Dalam surat itu tertulis, “Sesungguhnya nafsu dan syahwat diciptakan hanya bagi hamba Allah yang lemah, agar bisa tertolong dalam melaksanakan ketaatan. Sedangkan hamba Allah yang kuat tidak sepatutnya lagi memiliki syahwat.”

Sedangkan puasa khusus apalagi khasul khawas yang lazim dilakoni orang-orang shalih, auliya dan para nabi tidak cukup hanya dengan memenuhi ketentuan fiqih. Puasa peringkat kedua mempertimbangkan faktor akhlak dan perilaku. Sedangkan pada peringkat ketiga ditambah dengan keistiqamahan mengontrol hati dan pikiran.

Orang-orang dalam tingkatan puasa sangat khusus akan merasa berdosa bila hari-harinya hanya terisi dengan hal-hal yang mubah. Mereka juga merasa bersalah jika membuang energinya selama puasa untuk memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi.

Berpuasa secara khusus, berarti melakoni beberapa fase latihan batiniah yang sangat penting bagi orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sekaligus. Fase-fase tersebut dalam kajian tasawuf lazim disebut maqam atau maqamat.

Imam Abul Qasim Al-Qusyairi dalam Risalatul Qusyairiyyah membagi maqamat tasawuf ke dalam 45 bagian. Beberapa maqamat Al-Qusyairi yang terkandung dalam ibadah puasa antara lain mengosongkan perut, meninggalkan syahwat, mujahadah, sabar, syukur, ikhlas, jujur, istiqamah dan taqwa.