Inatitut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon melalui Sidang Senat Terbuka, menggelar Wisuda Sarjana, Magister dan Doktor ke XXVI dengan tema ‘Membangun Generasi Digital Menyongsong Cyber Islamic University‘, bertempat di Ballroom Hotel Aston Cirebon. Prosesi Wisuda Ke XXVI ini dihadiri oleh anggota senat IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan diikuti sebanyak 1.531 Wisudawan yang terbagi ke dalam dua gelombang. Gelombang pertama digelar pada tanggal 24 Mei 2023 dengan jumlah 758 wisudawan dan gelombang kedua, sebanyak 773 Wisudawan digelar pada Kamis, 25 Mei 2023. Prosesi Wisuda XXVI pada gelombang pertama sebanyak 758 Wisudawan ini, di antaranya Fakultas Syariah 220 orang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebanyak 249 orang, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam sebanyak 207 orang dan Program Pascasarjana S2 sebanyak 69 orang serta S3 sebanyak 13 orang. Rabu, (24/05/2023)
Rektor menyampaikan terimakasih kepada segenap orang tua wisudawan atas nama sivitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon. “Kami atas nama pimpinan IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyampaikan terimakasih yang tulus dan mendalam atas kepercayaan Bapak/Ibu selaku orang tua mahasiswa yang telah mempercayai institusi sebagai tempat pendidikan dari para mahasiswa. Banyak hal yang memiliki kekurangan terutama dalam memberikan bimbingan dan pembelajaran ataupun layanan akademik lainnya kepada para mahasiswa. Kami menyadari dengan berharap Bapak/Ibu dapat memaafkan kekurangan dan kealfaan tersebut. Semoga Allah swt selalu memberikan kemudahan, kelapangan, dan kemaslahatan bagi para alumni untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki, serta mengembangkan kompetensi sesuai keilmuan masing-masing dalam berkontribusi merajut kebersamaan, keberagaman, dan persatuan dalam kehidupan kebangsaan, seiring dengan berharap akan keberkahan pada kebekerjaan yang diraih mulai hari ini, esok, dan masa depan”.
Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag dalam pidato Wisuda Sarjana, Magister dan Doktor ke XXVI menekankan tentang Cyber University, Penguatan Digital Culture, dan Keberlanjutan Lulusan Menghadapi Tantangan Global. Menurut Beliau, IAIN Syekh Nurjati Cirebon saat ini dalam proses transformasi kelembagaan menjadi Cyber Islamic University (CIU) sebagaimana Keputusan Dirjenpedis No.1175 Tahun 2021 tentang Penetapan IAIN Syekh Nurjati Cirebon sebagai Pilot Project PTKI Berbasis Siber (Digital University) dan menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU) sebagaimana Keputusan Kemenkeu RI No. 252/KMK. 05/2022 tentang Penetapan IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan IAIN Salatiga pada Kementerian Agama sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan pola PK BLU.
Fakta ini tentunya tidak lepas dari program prioritas dan inovasi pendidikan tinggi yang menjadi kebijakan Menteri Agama RI, K.H. Yaqut Qolil Qaumas, dengan menghadirkan layanan pendidikan untuk semua. Kehadiran Cyber Islamic University ini untuk memastikan bahwa tidak ada warga negara yang tidak terlayani untuk kuliah di perguruan tinggi keagamaan Islam, terutama untuk merespon kebutuhan di lapangan.
Menurut Beliau, transformasi kelembagaan ini untuk menjawab tantangan global dalam menyiapkan sumber daya manusia dan peningkatan mutu layanan di era industri 4.0 dan era society 5.0 dengan menghadirkan kemandirian kampus untuk peningkatan mutu layanan kepada masyarakat. IAIN Syekh Nurjati Cirebon memiliki kekuatan sebagai perguruan tinggi yang diberikan kepercayaan oleh Kementerian Agama RI untuk bertransformasi menjadi CIU dalam pembelajaran online secara penuh dengan menghadirkan Program Studi S1 Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Pendidikan Agama Islam tahun 2021. Jumlah mahasiswa 2021 dan 2022 mencapai 2200 orang dari seluruh propinsi Indonesia. Seluruh mahasiswa diberikan beasiswa selama menempuh studi melalui program LPDP (Basori, 2022).
Dijelaskan, tahun 2023 ini, program PJJ Non-PAI akan dibuka 7 Program Studi yang telah diusulkan kepada Direktorat Pendidikan Tinggi Islam untuk memberikan akses luas kepada seluruh masyarakat Indonesia di berbagai wilayah terpencil, terluar, dan terdalam. Program unggulan ini telah memposisikan IAIN Syekh Nurjati Cirebon sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) pertama di Indonesia yang sepenuhnya diselenggarakan secara daring. Pendidikan Jarak Jauh ini akan dikembangkan pula pada beragam bidang ilmu dari program studi yang menyelenggarakan pembelajaran offline dengan akreditasi unggul, baik jenjang pendidikan sarjana, magister, sampai doktor untuk merespon kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi digital yang memengaruhi industri global saat ini. “CIU merupakan universitas dengan program kuliah yang sesuai dengan perkembangan teknologi masa kini dan mengusung prinsip keterbukaan untuk pendidikan bagi semua orang di seluruh Indonesia dan luar negeri. Lulusan program ini memiliki prospek kerja yang selaras dengan perkembangan teknologi digital dan memiliki keterampilan mumpuni untuk menjadi seorang profesional dalam bidang ilmunya. Hal ini tentu tak lepas dari sarana-prasarana dan proses pembelajaran yang didukung dengan teknologi yang canggih“.
Beliau menjelaskan, dalam konteks evolusi universitas, perguruan tinggi telah mengalami tiga generasi: universitas abad pertengahan, universitas riset (universitas tipe Humboldt), dan universitas wirausaha berteknologi tinggi dan sains. Sekarang ini, fenomena yang ada menunjukkan evolusi akademik dan pendidikan tinggi pada universitas generasi ke-4, yaitu universitas online dan digital. Sebagian besar karena pandemi COVID-19, yang meluncurkan revolusi digital di bidang akademik dan pendidikan tinggi.
Permintaan pendidikan tinggi dalam skala global, katanya, telah mempengaruhi semua sistem pendidikan dan negara di seluruh dunia akibat penurunan ekonomi dan kebangkitan pendidikan digital. Pergolakan digital saat ini di sektor pendidikan dimotivasi oleh kenaikan biaya, peningkatan daya saing, dan peningkatan harapan, sehingga organisasi perlu mempersiapkan masa depan dengan menggunakan teknologi dan data baru untuk mengubah proses dan memodernisasi system.
Kebutuhan mahasiswa yang sekarang ini hidup dengan budaya digital menjadi paling penting sehingga melahirkan universitas siber. Istilah “dunia maya” dapat didefinisikan sebagai ruang informasi jaringan, tetapi yang, dari bagian dalam komputer ke layar, mencapai kita dalam bentuk bahasa-bahasa yang dikenal: lisan, maya, bunyi dan segala campurannya. Jadi dunia maya hanyalah cara metaforis untuk menamai internet, jaringan dari jaringan.
IAIN Syekh Nurjati Cirebon dengan platformi CIU adalah universitas sebagai tempat dunia maya. Universitas sebagai ekspresi identitasnya yang melibatkan aktor manusia dan non manusia menunjuk tempat di dunia maya. Hubungan antara dosen dan mahasiswa akan dimediasi oleh perangkat teknologi, hanya mungkin terjadi interaksi antara aktor manusia dan non-manusia. Faktanya, tanpa sinyal internet, tanpa berfungsinya semua perangkat elektronik yang diperlukan untuk membangun hubungan antara manusia, kelas, kuliah, dan lainnya, tidak akan terjadi.
Pembentukan jaringan aktor manusia dan non-manusia (teori actor-jaringan) ini akan menghasilkan universitas dunia maya. Universitas siber seperti konsep “cyberplace” atau “tempat” diskusi dan apropriasi pengetahuan, konsep penelitian dan pengembangan ide ini, ketika ditransfer secara keseluruhan ke dunia maya, memunculkan refleksi tentang pentingnya fisik universitas.
Sementara istilah cyber university dapat dijelaskan dengan konsep network society yang mengilustrasikan peran universitas dalam proses konstruksi dan penyebaran pengetahuan. Perguruan tinggi sebagai agen utama diseminasi inovasi sosial karena suatu generasi demi generasi muda melalui tahapan ini dengan mengetahui cara-cara baru untuk berpikir, administrasi, bertindak dan komunikasi, dan membiasakan diri dengan mereka.
Adanya perubahan dalam cara membangun dan mengelola pengetahuan universitas selama pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa inovasi pendidikan diadaptasi melalui universitas.
Model pendidikan yang efisien selalu berkaitan dengan visi masyarakat yang bentuknya berupa universitas sebagai tempat virtual. Dunia maya memperluas kemungkinan hubungan antara semua yang terlibat, baik aktor manusia maupun non-manusia. Dalam masyarakat berjejaring, beberapa proses di tingkat global berlangsung dalam jaringan seperti komunikasi, ekonomi, hubungan sosial dan, tentu saja, pendidikan.
Konsep masyarakat jaringan menempatkan model pendidikan jaringan sebagai prioritas, sehingga konsep pendidikan jaringan (network education) sebagai proses sosialisasi dan pengembangan otonomi yang bertujuan untuk integrasi sosial dan melibatkan perolehan pengetahuan, keterampilan, dan nilai.
Oleh karena itu, universitas siber terlibat dalam jaringan ini dan berdasarkan proses pengunggahan yang mendalam, universitas pasti ditempatkan di ruang virtual sebagai salah satu roda gigi jaringan pendidikan ini.
Dalam perencanaan universitas siber di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dibutuhkan perhatian khusus pada kebutuhan pasar untuk membuat keputusan tentang dukungan atas program akademik dan program apa saja yang akan kehilangan sumber daya (Lee & Im, 2006), termasuk analisis keberhasilan universitas siber yang terkait dengan indeks kepuasan bidang akademik dalam bentuk kesuksesan individu pada mahasiswa (Bae & Woo, 2019) dan kesejajaran universitas dengan tempat kerja dan kebutuhan mahasiswa untuk memimpin studi mereka sendiri dalam mencapai kesuksesan akademik (Lee & Jeon, 2020).
Untuk memenuhi tujuan tersebut, universitas siber harus mempertimbangkan desain antarmuka seluler untuk kenyamanan mahasiswa dalam kegiatan akademik (Joo et al, 2014), memiliki perpustakaan akademik yang secara global dapat memenuhi kebutuhan pendidikan akademik dan pembelajaran berkelanjutan (Kunneke, 2004), dan bahkan memiliki alur pembelajaran bagi pembelajar untuk kesuksesan diri (self-efficacy) di university (Kim, 2020).
Sistem perkuliahan pada universitas mengalami transformasi dari tatap muka menjadi pembelajaran secara daring pada masa pandemi Covid-19 yang menekankan pentingnya teknologi digital dalam perkuliahan (Rapanta et al., 2020), seperti belajar dari rumah melalui media dengan pemanfaatan teknologi digital (Pannen, 2021.
Percepatan transformasi digital menyebabkan perubahan pada banyak aspek kehidupan termasuk cara mengajar dan belajar di kampus akibat pandemic (Rospigliosi, 2020; Jaelani & Hanim, 2020).
Pada universitas siber, pembelajaran membutuhkan improvisasi untuk meningkatkan media yang digunakan dalam penyampaian materi perkuliahan melalui pembuatan video online, modul online, dan media lainnya (Lange & Costley, 2020).
Pada universitas siber, indikator kelangsungan akademik mahasiswa antara lain adanya ruang belajar offline, lokasi fasilitas pendukung studi, dan tingkat dukungan universitas pada program (Lee & Yoel, 2015), seperti kursus online yang diberikan sepenuhnya kepada mahasiswa (Costley et al, 2017), blended learning yang dikenal dengan cross dan mixed-mode learning yang menggabungkan metode pedagogis online dan tatap muka (Gaol & Hutagalung, 2020), dan setiap mahasiswa memiliki afiliasi pribadi dengan anggota lain dari universitas siber dengan parameter integrasi akademik untuk pengembangan kompetensi (Choi & Kim, 2018), sehingga ketidakjujuran akademik harus dihilangkan karena dapat menurunkan kualitas pendidikan (Costley, 2017, 2019).
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran, universitas siber dapat mempersiapkan desain instruksional yang memudahkan mahasiswa dalam memahami pembelajaran seperti video tutorial-kuliah (Costley et al., 2017), menyusun model untuk evaluasi metrik bagi mahasiswa, dosen, lembaga, dan jenis pendidikannya yang berfokus pada pembuatan layanan dunia maya untuk pemantauan dan pengelolaan sumber daya dan proses produksi yang akurat untuk mencapai kualitas produk yang dibutuhkan (Hahanov & Chumachenko, 2015).
Visi IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi Universitas Islam Siber yang Unggul untuk Semua Tahun 2030 memiliki makna pemenuhan akses yang luas bagi seluruh masyarakat untuk menempuh pendidikan tinggi pada program pendidikan akademik, profesi, dan vokasi yang ditandai juga dengan masifnya budaya digital bagi keseluruhan aktivitas akademik dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pada tahun 2030, CIU ini diharapkan memiliki kontribusi yang nyata secara nasional dan internasional yang ditunjukkan denngan pendidikan bermutu dan keunggulan kompetensi lulusan yang turut berkontribusi dalam mewujudkan 17 SDGs (Sustainable Development Goals) atau TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) sampai tahun 2030.
Dalam pencapaian visi ini, nilai-nilai yang terkandung pada istilah “SIBER” adalah S = Sustainability (Keberlanjutan), I = Innovative (Inovasi Digital), B = Be Sincere (Menjadi Ikhlas Beramal), E = Environmental harmony (Keharmonisan Lingkungan), dan R = Resilience (Ketangguhan). Nilai-nilai siber ini jika dimaknai menegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan tinggi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon secara berkelanjutan bertujuan membentuk profil lulusan dengan kompetensi digital yang inovatif sesuai bidang keilmuan, memiliki keikhlasan beramal dalam kebekerjaan, adaptif dan responsif dalam mewujudkan lingkungan sekitar secara harmonis, dan memiliki ketangguhan dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa depan.
Untuk mencapai visi tersebut, strategi IAIN Syekh Nurjati Cirebon adalah melakukan inovasi dalam pendidikan futuristik dengan memperkuat kompetensi dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa melalui pengembangan model-model pendidikan dengan platform digital; pengembangan manajemen mutu akademik pada jenis pendidikan akademik, profesi, dan vokasi yang memberikan layanan luas pada seluruh masyarakat, membangun platform akademik berbasis Artificial Intelligence dan Big Data melalui Gedung Siber dalam pengembangan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, mengembangkan integrasi keilmuan yang mengembangkan ilmu-ilmu keislaman pada seluruh rumpun ilmu pada kurikulum dan moderasi beragama untuk menghadirkan keberagaman dan persatuan pada semua kalangan, menyiapkan program universitas yang terintegrasi dengan upaya perwujudan tujuan pembangunan berkelanjutan yang menghasilkan lulusan yang kompetitif di dunia kerja, dan meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha untuk pengembangan kewirausahaan akademik, inovasi, dan terwujudnya budaya digital bagi peningkatan produktivitas dan kemandirian yang mendukung pendidikan inklusif bagi semua orang.